LOVE AND MADNESS (INDONESIA)

Menceritakan tentang Feli seorang gadis yang memiliki postur tubuh yang menarik, kulit putih bersih serta bentuk wajah yang kecil. Sayang Feli tak memiliki ijazah Sarjana yang layak dan hanya mampu berkerja di semua tempat yang menerimanya walaupun hanya dengan gaji yang amat sangat jauh dari kata layak. Walupun seperti ini keadaan dirinya, Dia tetap berusaha keras untuk melanjutkan hidup dan mencapai cita-cita meskipun butuh banyak waktu. Tidak semua hal bisa berhubungan dengan baik dan selaras dalam hidup. Banyak orang yang membutuhkan perjuangan dalam menggapai cita–citanya. Banyak juga yang dengan mudah menggapai semua yang ingin ia miliki tapi tidak bisa mendapatkan apa yang orang lain miliki. Angga, seorang pria tampan yang bekerja sebagai CEO sebuah perusahaan di bidang perhotelan yang mencakup masyarakat dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Dengan wajah tampan dan tinggi yang menjulang dengan tubuh yang tegap membuat dirinya menjadi khayalan para wanita. Angga sangat pandai dalam berbisnis sehingga dia menciptakan satu ide pelayanan maksimal dengan harga murah untuk masyarakat yang ingin tidur di hotel dengan harga standart. Bisnis yang ia mulai dari bawah ini berhasil menghantarkan dirinya menjadi salah satu orang yang di kagumi di kota ini di usianya yang sangat muda. Angga yang terkenal dalam bisnis juga terkenal di kalangan para wanita, khususnya masalah percintaan. Tapi sayang cintanya harus di khianati oleh Keke sang calon istri yang lebih mencintai laki-laki lain. Tanpa sengaja Angga mencuri dengar pembicaraan keke dan sahabatnya saat itu. Membuat dirinya sangat kesal dan frustasi, untunglah ia tak begitu mencintai Keke. Jadi dengan mudah ia dapat berpaling dari gadis itu. Padahal saat itu Angga sudah mendeklarasikan pertaubatannya sebagai sebagai laki-laki yang di kenal sangat suka gonta-ganti wanita. Di saat seperti inilah semua terjadi. Semua kesialan jatuh pada Feli setelah dia bertemu dengan Angga, untunglah ada Naya yang merupakan sahabat baik Feli yang tinggal bertetangga dengannya dulu sebelum keluarga Feli bangkrut dan tak menyisakan apapun. Naya adalah seorang dokter spesialis bedah saraf. Dia adalah wanita dengan latar belakan kaya raya yang memiliki pekerjaan dokter secara turun temurun. Sikap Naya yang keras kepalanya membuatnya tak memiliki banyak teman. Hanya teman yang benar -benar tulus yang mampu menghadapi dia dan menjadi sahabatnya. Selain itu ada Mas Bram, dia adalah suami Naya, sikapnya sangat bijaksana karena terlahir dari keluarga yang sederhana. Ibunya seorang wanita yang hebat karena memulai karir dari Perwira tinggi di satu kesatuan Polri sedangkan ayahnya hanya seseorang yang memulai karir dari Bintara. Kehidupan mereka sangat harmonis sampai suatu hal besar tak dapat hadir dalam hidup mereka 'CUCU' Rena merupakan kakak satu- satunya dan keluarga tunggal bagi Angga. Karena sejak kedua orang tuanya pergi kehidupan Rena dan Angga sangat sulit. Mereka di jauhi keluarga karena di anggap sebagai benalu, saat itu lah Rena bertekad menyelesaikan kuliahnya dengan cepat sambil bekerja serabutan dan membantu Angga untuk mengejar mimpinya. Hal inilah yang membuat Angga sangat menghormati dan menyangi kakaknya. Sedangkan Edo adalah suami Rena, dia adalah seorang pemilik Bank swasta yang di wariskan turun temurun. Walaupun Rena tak bisa memberikan anak padanya, sikap Edo tak pernah berubah pada Rena. Membuat Angga begitu menghargai sang kakak ipar. ** Prasetyo Group. Anggara prasetyo membereskan semua file yang ada di mejanya. Ah, aku butuh sekretaris baru. Semua pekerjaan wanita itu berantakan. Apa dia berlagak karena sudah tidur denganku? Angga merutuki dirinya sendiri. Ayo Angga bergerak lebih cepat! Kamu harus ke rumah sakit. Angga benar-benar kesal dengan hari ini. Dia terus menyemangati dirinya sendiri sambil sesekali berteriak atau mengumpat. Prasetyo Group, bisnis di Bidang Perhotelan yang mencakup masyarakat menengah ke bawah. Mereka memiliki konsep tak hanya orang kaya yang harus tidur di hotel. Tidak harus menumpang di rumah keluarga kalau ingin jalan-jalan. Jangan takut merepotkan orang lain karena sekarang sudah banyak hotel 200.000-an yang bisa melayani sepenuh hati. Angga menjalankan mobilnya dengan kesal, sesekali dia membanting stir mobilnya. Setiap hari Jakarta selalu begini. Kalau enggak macet karena kendaraan padat, pasti karena perbaikan jalan. Tahun 3030, apa ada ya kendaraan yang melayang-layang di udara. Dia membodohi dirinya sendiri dengan ekspektasi yang luar biasa. Hampir 2 jam, mobil Angga baru memasuki parkiran Rumah Sakit Bunda Jakarta. Ya, saudara satu-satunya, Rena Prasetyo, saat ini sedang terbaring di rumah sakit. Dia terlalu lelah dalam memikirkan pekerjaannya. Fokusnya terlalu tinggi membagi antara keluarga dan pekerjaan. Akhirnya jiwa yang akan meronta. - Oh para wanita! Kalian sungguh terlalu terhadapku, Angga bernyanyi tak tentu seperti orang gila di dalam mobilnya. Jakarta kapan kamu akan baik-baik sajaq? Aku harap kamu juga bisa bernapas seperti diriku suatu saat nanti! Angga meyambung nyanyiannya yang tak jelas. Aku akan membuat hidupku lebih bahagia lagi tidak memikirkan hal-hal yang membuat aku pusing. Jakarta sungguh padat hari ini! Arus pergi tampak menguasai jalanan. Pagi ini Angga akan menemui seorang gadis bernama ‘Feli’. Gadis yang Angga kenal dalam hubungan satu malam. Sejak jam sepuluh Angga sudah menunggu Feli di depan Toko photocopy, tempat ia bekerja. Sial! Kemana dia pergi? Kenapa tak kunjung datang? Angga mengumpat kesal. Saat Angga mulai jenuh, matanya menangkap seorang gadis yang berlari dari arah depan mobilnya dengan terburu-buru. Dia masih menggunakan baju hitam putih dan Almamater kampusnya. Angga memicingkan matanya untuk memastikan itu adalah Feli. “Ow ow ow ternyata kamu terlambat datang gadis kecil!” Angga tersenyum miring melihat gadis yang tampak sederhana dengan rambut hitam panjang yang terurai. Angga tidak memindahkan matanya. Dia masih tertuju pada Feli, gadis itu sesekali berhenti berlari karena tapak sepatunya lepas. Apa yang harus aku lakukan padamu, wahai gadis? Angga bersedekap pada dirinya sendiri Ddrdrtt, Ponsel Angga tiba bergetar dengan malas dia mengangkat ponselnya. “Selamat siang pak, hari ini ada Rapat penting pukul dua Saya harap bapak segera menuju kantor. Sekretaris Angga, berkata dengan lembut di seberang telpon. “Baiklah!” Jawab Angga yang melihat arlojinya. Masih ada waktu gumam Angga. Pria itu menarik napasnya panjang. Rasanya sangat malas untuk mengurus Bisnis kali ini. Angga ingin menemui Feli karena hatinya masih penasaran. Feli... Angga bergumam dalam hati menyebut nama wanita itu. Entah kenapa Angga masih merasakan setiap sentuhan yang dirinya dan Feli lakukan. Ya Feli, berdasarkan informasi yang Angga dapat. Gadis itu berkuliah sambil bekerja, Nilai-nilainya yang baik mendukung dirinya untuk mendapatkan Beasiswa di kampus. Untuk kehidupan sehari-hari Feli pun bekerja dengan hasil yang lumayan jika hanya untuk kebutuhan wajib dan penting. Angga meluruskan posisi duduknya saat melihat Feli berbicara dengan seorang pria yang mungkin pegawai photocopy itu juga. Rasanya Angga sungguh tidak nyaman. Sial! Kenapa aku menjadi kesal hanya dengan hal seperti ini Rutuknya. Dari jauh Angga terus memperhatikan Feli yang sibuk dalam toko itu. Bibirnya tanpa sadar ikut tersenyum saat Feli juga tersenyum. Kamu cantik! suara Angga terdengar seperti mengagumi. Angga melihat Arlojinya. “Ah Tuhan..! Aku ada rapat!” Dia baru menyadari jika jam telah menunjukan pukul satu siang. Prasetyo Group adalah Bisnis yang di bangun dari bawah. Berkat Angga yang memiliki Hoki dan kecerdasan dalam berhubungan sosial membuat Investor berdatangan dan mau mengembangkan Idenya bersama-sama. Jadi sangat sulit bila tiba-tiba merasa lelah dalam menghadapi semua ini. Mobil Angga baru saja masuk basement, Dia melangkah dengan sedikit berlari. Prasetyo Group memiliki Fasilitas yang hampir sama dengan kantor lainnya. Walau tergolong Bisnis yang menggiurkan. Angga masih bertahan dengan gedung yang dia bangun pertama kali dengan Hotel Prasetyo tepat di samping kantornya. Hotel itu sengaja Ia beri Prasetyo agar mengingatkan Angga pada sang Ayah.