bc

My Mate

book_age18+
845
FOLLOW
3.1K
READ
billionaire
friends to lovers
omega
drama
ABO
mpreg
mxm
husband
naive
selfish
like
intro-logo
Blurb

[Cerita mengandung konten LGBT+]

Alkana Hydro Tritas, si bungsu dari keluarga Alpha terkenal terlahir sebagai satu-satunya Omega dalam keluarga, yang membuat dirinya harus hidup dalam kungkungan keluarganya yang overprotektif.

Disaat dia baru mendapatkan sedikit kebebasan, teman pertamanya pergi dan Al dipaksa menghadapi Alpha sombong yang menyebalkan seperti Steve.

Mampukah seorang Alpha menaklukan keluarga yang begitu protektif terhadap Omega manis itu? Dan siapakah Alpha yang akan diberikan Pemerintah pada Al untuk dijadikan mate?

Yang terpenting, mampukah Al menerima Alpha tersebut untuk menjadi matenya?

chap-preview
Free preview
First Friend and Fredoom
“Lil’ brother, ini waktunya hari pertamamu sebagai anak sekolah. Kamu tentu tidak mau telat sampai ke sekolah kan?” Sayup-sayup aku mendengar suara Kak Lylo memanggilku sambil terus mengusap lembut rambutku. Aku diam tidak menanggapi, karena jujur saja aku masih ingin tidur karena kemarin aku hampir tidak tidur seharian saking semangatnya memulai sekolah hari ini. Konyol memang, tapi aku benar-benar ingin tidur lima menit lagi. “Oh, jadi puppy  manis Kakak tidak mau bangun? Baiklah. Lylo, bilang saja pada Mom bahwa Al sakit sehingga akan beristirahat untuk hari ini.” Mendengar penuturan Kak Lu, aku segera bangkit dan memandangnya nyalang untuk beberapa saat, sebelum aku memutuskan untuk masuk kamar mandi dan memulai rutinitasku. Dapat aku dengar suara kekehan Kak Lylo dan Kak Lu diluar. Itu sudah biasa, mereka memang senang menertawakanku jika aku sedang marah ataupun merajuk. “Nah, Princess cantik Kakak, sekarang biarkan Kakak membantumu bersiap setelah itu Kakak antar ke sekolah okay?” ajak Kak Lu yang telah memegang seragamku begitu aku keluar dari kamar mandi. Aku mencebik begitu melihat mata Kak Lylo dan Kak Lu bersinar layaknya orang m***m. Sesegera mungkin aku mendorong mereka keluar dan kukunci pintunya dari dalam dengan susah payah karena tubuh tinggi mereka. “Sudah kubilang berhenti memanggilku Princess kakak! Aku ini laki-laki! Dan lagi, berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil!” Aku berteriak kesal tanpa peduli sedikit pun pada ratapan yang diberikan mereka dari luar kamarku. ***** “Mom, Dad, kalian harus dengar ini! Our little angel menolak kami saat kami menawarkan untuk membantunya berpakaian. Padahal sebelumnya dia tidak pernah melakukan itu kan? Belum berangkat sekolah saja efeknya sudah sedasyat ini, bagaimana dengan nanti Dad? Arggh…. Kenapa Al harus bersekolah sih Dad? Kita bisa membuatnya homeschooling saja bukan?” “Jika bisa Dad sudah melakukannya Lu. Tapi Mom mu bilang dia harus mengenyam pendidikan biasa agar bisa bersosialisasi di masa depan. Dan masalah Al sudah dewasa atau belum, Dad pikir ingin berpakaian sendiri bukan berarti dia tidak butuh bantuan kita lagi. Tenang saja, Al akan tetap polos seperti sebelumnya. Dad akan menjaminnya sendiri.” “Tapi Dad-” Lagi-lagi perdebatan konyol kudengar begitu turun menuju ruang makan. Kurasa satu-satunya yang normal dirumah hanyalah mommyku, karena hanya dialah satu-satunya orang yang saat aku memasuki ruangan memasuki ruangan menyapaku dengan, “Selamat pagi Al, siap untuk memulai harimu sebagai siswa SMA?” Aku memajukan bibirku karena kesal dan memandang nyalang kakak-kakakku dan Daddy yang tidak mau melepaskan pandangannya dari gerak-gerik yang kulakukan. “Pagiku menyebalkan Mom! Kak Lylo dan Kak Lu mengangguku di pagi hari! Mereka terus memperlakukanku seperti anak kecil!” aduku pada Mommy. Mommy mengusap rambutku pelan sebagai balasan sementara Daddy mulai menanggapi ucapanku. “Sayang.... Mereka hanya ingin membantumu bersiap untuk hari pertama.” Ya tentu saja, Daddy pasti membela Kakak. Mereka kan satu kubu. Aku memilih diam daripada membalas mereka lebih jauh lagi. Waktu sarapanku tinggal sedikit, dan aku tidak mau telat di hari pertamaku bersekolah. “Dad, aku ijin mengantar Al ke sekolah sebelum berangkat kerja. Aku ingin melihat sebagus apa sekolah idaman adik tercintaku ini,” ujar Kak Lu begitu selesai makan. Mendengarnya, aku hampir saja tersedak susuku jika saja Mommy tidak segera membantuku untuk meminumnya. “No! Aku akan berangkat sekolah sendiri! I dream about it guys, biarkan aku berangkat sendiri kali ini!” protesku sambil mengelap bekas susuku dengan sapu tangan. Kini giliran Daddy yang memandangku serius. “Perjanjian kita adalah Daddy ijinkan kamu sekolah reguler TAPI antar jemput tetap dilakukan salah satu anggota keluarga. Daddy bahkan setuju saat kamu protes mengenai masalah bodyguard. Jadi Daddy ingin Al menuruti perintah Daddy yang ini,” tegas Daddy sambil menatapku dalam. Jujur aku tidak suka jika Daddy sudah menatapku begini. Tatapannya itu selalu mampu membuat tubuku kaku, sehingga kata-kata protesan apapun yang semula terpikir olehku langsung menghilang begitu saja. “Mommy rasa itu yang terbaik Al. Kau tahu kami melakukan ini semua untuk melindungimu. Mommy harap kamu mengerti akan hal ini,” ujar Mommy sambil mengusap lembut kepalaku. Rasanya aku ingin menagis saja sekarang. Kenapa takdir itu begitu kejam kepadaku? "Hei lil’ bro, kami janji hanya akan mengantarmu dan tidak akan mengacau. Jadi jangan menangis okay?" Aku menatap Kak Lylo yang dengan lembut mencegah air mata turun dari mataku yang sudah memerah. Dia memang kakakku yang paling pengertian. Aku mengangguk lemah, diam saja saat Daddy mencoba membuatku mengerti dan mengantar kami sampai depan rumah. Aku sebenarnya kesal pada mereka, walaupun aku tahu semua ini demi kebaikanku. Ah, aku lupa untuk menceritakan siapa aku sebenarnya. Namaku Alkana Hydro Tritas, seorang Omega yang lahir di tengah-tengah keluarga Alpha elit. Singkatnya semua keluargaku adalah seorang Alpha kecuali diriku dan tentu saja Mommy, sehingga mereka terkadang bertingkah menyebalkan terhadapku. Mereka bilang, Omega akan terikat mate mereka selamanya jika sampai tergigit. Sehingga sejak kecil aku selalu dikawal bodyguard berdarah Beta untuk menjagaku dari para Alpha yang lapar. Sebenarnya bukan hanya itu saja, mereka juga tidak pernah mengijinkanku sekolah reguler sehingga selama ini aku hanya homeschooling dan dilarang pergi ke mana pun tanpa persetujuan keluargaku. Kadang kala aku benar-benar iri dengan kakak-kakakku yang dibebaskan melakukan apapun yang mereka mau karena mereka berdarah Alpha. Sementara aku harus tinggal di rumah layaknya perempuan karena nasibku sebagai Omega. Ngomong-ngomong tentang kakakku, mereka berdua bernama baiklah, mulai dari kakak sulungku yang bernama Lussac Garlos Tritas. Pria lajang 22 tahun yang senang sekali menolak jodoh yang diberikan pemerintah. Alpha memang bisa memilih, sehingga itu bukanlah masalah besar untuk Kakak. Yang kedua adalah Kak Lylo Aides Tritas, berumur 20 tahun dan berstatus lajang layaknya Kak Lu. Akupun sebenarnya sedikit bingung dengan keinginan kedua kakakku yang belum mau memilih jodohnya dengan alasan konyol aku yang belum memiliki mate, walaupun Omega yang ditawarkan Pemerintah bukanlah Omega sembarangan. “Al, kita telah sampai di sekolahmu.” ucapan Kak Lylo menyadarkanku dari lamunan. Dia mengecup pucuk kepalaku lembut lalu digantikan dengan Kak Lu. “Kakak mengerti kamu ingin kami memberikan kelonggaran. Jadi, setelah kakak pikir mungkin tidak akan terjadi apapun jika kami tidak mengacau disekolahmu. Namun berjanjilah pada Kakak bahwa kamu akan cerita pada kakak jika ada yang menganggumu di sekolah.” Kata-kata Kak Lu membuatku senang dan refleks memeluk kedua kakak yang begitu kusayangi ini. Aku mengangguk menyanggupi syarat Kak Lu. Akhirnya setelah 16 tahun aku hidup mereka memberiku sedikit kebebasan untuk melihat dunia luar. Ah, tidak sia-sia aku menangis tadi. Dengan penuh semangat kulangkahkan kakiku ke tempat yang selama beberapa tahun ke depan akan kuhuni tanpa gangguan dari keluargaku. ***** Aku berjalan seperti orang linglung saat memasuki lorong sekolah. Aku yakin telah membaca denah yang dipasang di mading dengan benar, lalu di mana kelasku ya? Sekolah ini memang tidak menggunakan sistem orientasi biasa di awal tahun pelajaran. Sebagai gantinya, mereka membebaskan siswa untuk berkeliling dan mencari teman baru di kelasnya. Guru wali kelas akan masuk setelah makan siang, dan disitulah kami baru diperkenalkan dengan nama guru-guru dan sistem pengajaran. Semoga sistem pengajarannya berbeda dari saat aku homeschooling, karena tujuanku masuk sekolah ini adalah salah satunya untuk itu. Walaupun alasan terbesarnya tentu saja untuk terbebas dari rumahku. Bruk Karena pikiranku berada di tempat lain sedari tadi, tanpa sengaja aku menabrak seseorang sampai barang-barangnya berjatuhan dan kacamatanya lepas. Aku segera berdiri untuk membantunya. “Maaf aku tidak sengaja menabrakmu. Apa kamu terluka?” tanyaku sambil mengembalikan buku tebal miliknya yang tadi kupegang. Dia mengangguk sambil membenarkan posisi kacamata tebalnya. Wajahnya memerah, apakah dia sakit? “A-aku ya-yang seharusnya minta maaf...” Suaranya begitu lirih dan terdengar takut. Apa aku menakutinya? “Emm... Bajumu.... Kamu anak baru juga kan? Apa kamu tahu di mana letak kelas 10-1?” tanyaku untuk memecah kecagungan diantara kami. Dia mendongak, menatapku dengan ragu. “Ke-kelasmu sama denganku. Aku tahu dimana, ji-jika tidak keberatan, kamu bisa mengikutiku,” tawarnya kaku. Melihatnya aku jadi teringat Pere, salah satu pelayan di rumahku. Bicaranya begitu kaku dan selalu meminta ijinku untuk melakukan segala sesuatu. Aku tersenyum sambil menggandeng lengannya. Kupikir ini biasa dalam pertemanan namun tampaknya ia terkejut dengan perlakuanku. Sesegera mungkin aku melepaskan tanganku dengan canggung dan memandangnya bingung. “Apa.... Teman tidak boleh menggandeng satu sama lain?” tanyaku. Dia segera menggeleng, wajahnya kembali memerah kulihat. “Bu-bukan begitu. Hanya saja aku bingung ternyata masih ada yang mau berteman denganku,” ungkapnya malu-malu. Aku malah dibuat semakin bingung. Memangnya mencari teman sulit ya? Aku malah dilarang berteman dengan orang asing jika keluargaku tidak mengijinkan sejak kecil. Kembali kugenggam tangannya sambil tersenyum. Kali ini dia tidak menolak dan mulai berjalan. Kepercayaan dirinya juga lebih terlihat sekarang. “Namaku Alkana Hydro Tritas. Kamu bisa memanggilku Al. Namamu?” tanyaku memperkenalkan diri. “Namaku Alfian Hitomi. Panggil aku.... Um... Karena nama panggilan kita sama kamu bisa memanggilku Fian. Salam kenal,” ucapnya malu-malu. Setidaknya kali ini dia tidak terlihat gugup. Itu bagus bukan? "Nah, akhirnya kamu tidak gugup saat bicara denganku Fian. Mulai sekarang kita berteman ya," pujiku yang dibalas anggukan oleh Fian. Setelah sekian lama akhirnya aku bisa memiliki teman atas usahaku sendiri. Mommy, Daddy, dan kakak-kakakku yang tampan, seharusnya mereka melihat kemajuanku. Aku bukan anak yang akan bergantung pada mereka lagi mulai sekarang. To be continued

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Married With My Childhood Friend

read
43.6K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
9.9M
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Sweet Sinner 21+

read
884.8K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook