bc

The Ice Girl

book_age12+
903
FOLLOW
3.7K
READ
family
fated
brave
drama
tragedy
bxg
lighthearted
genius
icy
betrayal
like
intro-logo
Blurb

Keluarga adalah kebahagiaan pertama yang dimiliki seorang anak. Banyak di dunia ini keluarga yang jauh dari kata harmonis, terlalu banyak masalah yang terkadang mengorbankan anak-anak.

"Kau bukan anakku!"

"Benar, aku juga merasakan seperti itu." ucap Luci seraya menyeka air matanya.

"Pergi kau!! Jangan pernah menginjakkan kakimu di rumah ini lagi!" tegas Jordan.

"Seharusnya aku yang mengatakan itu."

"Apa maksudmu?" timpalnya.

"Kau bukan ayah kandungku, kau mendekati bundaku karena hartanya, bukan karena kau mencintai Bundaku!" seru Luci marah.

"Lu-Luci!!"

"Aku tidak membutuhkanmu... pergi!"

chap-preview
Free preview
BAB 1 (The Ice Girl)
"Orang pernah berkata, 'sebaik-baiknya tempat untuk kembali adalah rumah.' Namun bagiku, rumah adalah tempat terburuk untuk kembali." -Luci- *** Plakkk.. "Dasar, anak yang tidak tahu diuntung!" Luci tersenyum miris saat mendapatkan tamparan keras dari sang ayah. Ayah yang dulu terasa begitu hangat dalam keluarga mereka, kini berubah menjadi sosok iblis yang mengerikan sesaat setelah kematian bunda. Di belakang ayahnya berdiri dua orang perempuan nan tengah tersenyum bahagia menyaksikan siaran langsung kekasaran orang tua terhadap anak. "3 kali!" Luci terkekeh dingin. “....” "3 kali, aku mendapatkan tamparan keras dari seseorang yang seharusnya aku panggil dengan sebutan, AYAH." Tangan kecilnya terangkat dan mengusap pipinya pelan. Jika saat itu ada yang bertanya 'apakah tamparan itu menyakitkan?' Maka Luci akan menjawab IYA, ini sangat menyakitkan bahkan sampai ke dalam relung batinnya. Tak ada lagi air mata yang menetes lemah. Hanya menyisakan kemarahan dan kebencian yang begitu dalam untuk orang yang dengan mudah menamparnya begitu saja. "Terima kasih, atas apa yang telah Anda berikan. Saya cukup paham, seperti apa itu sosok ayah!" Luci melangkah pergi dengan santai dari rumah itu. Tak kan ada lagi sisa kerinduannya untuk pria tua yang dulu ia panggil ayah dengan sangat bahagia. Semua menjadi kebencian yang semakin hari semakin menumpuk di dalam hati Luci. "Apa ayah harus menamparnya? Dia juga putri ayah!" sela Kevan di tengah kesunyian di ruangan itu. Kevan menatap sendu kepergian adik tirinya itu. Walaupun mereka tidak memiliki ikatan darah, namun rasa sayang Kevan kepada Luci tetaplah besar bagaikan adik kandungnya sendiri. Semenjak Kevan datang ke dalam keluarga ini bersama ibu dan adiknya, tak pernah sekalipun ia melihat Luci tersenyum ataupun tertawa. Hanya ada tatapan dingin saat gadis itu menatap ayah dan keluarga barunya berkumpul bersama. "Anak itu harus diberi pelajaran untuk belajar menghargai ibunya, Kevan." jawab Jordan yang masih setengah marah. "Tidak harus dengan k*******n, yah. Apa salahnya jika ayah membicarakannya baik-baik. Dia itu masih remaja." sanggah Kevan menatap kecewa pada sang ayah. "Kevan, ayah melakukan itu karna memang sikapnya yang sudah melampaui batas." Kevan pergi tanpa mengiyakan ucapan ayahnya yang sudah keterlaluan. Ia berpikir mungkin ucapan Luci memang benar adanya. Bahkan adik dan ibunya hanya diam tak mau membela. Kevan benar-benar tak habis pikir dengan keluarga ini. *** Di parkiran sekolah, Luci keluar dari mobilnya dengan santai. Tamparan tadi memang cukup berbekas, namun segera ia tutupi dengan masker agar tidak ada yang membicarakannya. Cukup banyak yang menatapnya kagum, namun lebih banyak yang menatapnya benci saat Luci berjalan dilobi dengan santai. Sikap cuek dan dinginnya memang membuat banyak orang membenci dirinya. Namun Luci hanya menganggap itu tiupan angin yang tak ada pengaruhnya sama sekali untuk masa depannya kelak. Dikelas baru ini, tak ada seorang pun yang mau mengajak Luci berbicara ataupun berkenalan. Luci tahu, ia takkan pernah bahagia memiliki banyak teman lagi seperti dulu. Karena, Luci hari ini memang berbeda dengan Luci dua tahun yang lalu. Saat semua sesi acara perkenalan serta awal pembelajaran, bel pulang berbunyi. Luci mendesah lelah, karna ia harus pulang ke rumah itu dan kembali menghadapi semua iblis dalam keluarga itu. Jam telah menunjukkan pukul 5.45 PM, Luci baru beranjak dari bangkunya. Ia melangkah ke arah parkiran dan pulang ke rumah p********n batinnya. Setelah memarkirkan mobilnya dengan baik, Luci memasuki rumah itu. Baru beberapa langkah saja ia masuk, kata-kata sindiran menerpa telinganya. Jengah, itulah yang Luci rasakan saat ini. "Dari mana saja kau, anak s****n?" Luci tersenyum miring dan menatap tajam wanita didepan ya itu. "Apa pedulimu?" lirih Luci. Jawaban yang sangat singkat dan padat sehingga membuat Meliza kesal setengah mati. Jika Meliza tak mengingat suaminya, ia dengan senang hati menyingkirkan gadis ini dari permukaan bumi. "Aku memang tidak peduli mengenai dirimu, tapi hanya memperjelas kalau gadis di depanku ini memang anak tak tahu diuntung!" Meliza tersenyum miring, bangga dengan apa yang ia miliki saat ini. Hanya dengan beberapa hal saja, ia mampu memperoleh kehidupan yang ia impian selama ini. Luci berlalu tak menanggapi ucapan ibu tirinya. Hanya ocehan tak bermakna yang membuat Luci merasa bosan karena terlalu sering mendengar sindiran Meliza yang tak pernah ia lakukan. "Dasar perempuan s****n! Pantas saja ibumu mati mengenaskan. Mungkin karena dia mempunyai anak pembawa s**l seperti dirimu." ucap Meliza kesal karena perkataannya yang tak dihiraukan oleh Luci. Gadis itu berbalik menatap tajam pada ibu tirinya itu. Setiap hari ia rela menelan semua kalimat kasar dari keluarga ini, namun jika telah berhubungan dengan bunda-nya Luci takkan pernah tinggal diam. "Jangan pernah menyebut nama bundaku dengan mulut kotormu itu. Bunda jauh lebih mulia dari w*************a seperti dirimu!" Luci kembali menghampiri Meliza dengan tatapan mematikan. Tepat saat Luci mengucapkan kalimat itu, Jordan datang dan langsung marah-marah pada Luci. "Siapa yang mengatakan istriku w*************a?" Suara lantang Jordan membuat Meliza terkejut. Ia buru-buru melangkah menghampiri suaminya itu. "Sayang, kau sudah pulang?" tanya Meliza dengan nada yang begitu lembut. "Apa yang telah dilakukan anak ini padamu? Kenapa kau diam saja saat dia mengatakan kau w*************a?!" suara Jordan yang begitu keras membuat Kevan dan Meria ikut dari kamar mereka. Sedikit bingung namun dibalik itu, Meria tertawa bahagia saat mendapati ayah tirinya memarahi Luci. "Sudahlah, mungkin Luci tengah banyak pikiran." Meliza mengelus pelan lengan suaminya, bertingkah seolah-olah ia membela Luci. "Kau memang anak kurang ajar. Mengapa kau tidak pernah menghargai orang tuamu!" Jordan tak habis pikir dengan kelakuan putrinya itu. Sudah cukup selama ini Luci tak menganggapnya ayah dan tak menghargai Meliza sebagai ibunya. Kini semua hal itu membuat Jordan lelah menghadapi Luci. "Jika kau tidak mau menghargaiku sebagai ayahmu, silahkan nikmati hidupmu di rumah ini tanpa uang sepeser pun dariku." Luci terkekeh kecil membuat amarah Jordan kian memuncak. Gadis itu menatap ayahnya dingin dan tajam. "Apa kau pernah menafkahiku sebagai anak selama ini? Sekilas info saja, aku tak pernah menerima uangmu sepeser pun. Tenang saja, aku cukup tahu diri dengan posisiku di rumah ini." Luci tersenyum sinis menatap semua orang yang ada disana. "Silahkan nikmati kehangatan keluarga kalian, aku tak akan mengganggu. Kalau begitu aku permisi, Tuan dan Nyonya Jordan." Luci melangkah pergi ke dalam kamarnya, meninggalkan semua orang yang sedari tadi diam menonton adegan drama di depan mereka. Jordan sedikit menyesal setelah mendengar ucapan Luci. Ia merasa sangat gagal menjadi seorang ayah, walaupun Jordan tahu ini bukan dirinya sama sekali. "Sudahlah, kau istirahat saja. Nanti biar aku yang berbicara dengan Luci." Meliza masih saja melanjutkan drama yang baru saja terjadi, untuk mendapatkan perhatian dari Jordan. Jordan mengangguk setuju dan memijat keningnya pelan. "Tolong kamu urus anak itu, aku sudah cukup pusing dengan kelakuannya." Meliza mengiyakan ucapan suaminya dan menuntun Jordan untuk duduk di sofa. ------------------ next*

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook