bc

Sangria Wine (Bahasa Indonesia)

book_age18+
3.0K
FOLLOW
35.9K
READ
arranged marriage
dominant
boss
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Warning 21+

Rara dijodohkan dengan Elang. Gadis itu tidakmenyangka akan dinikahkan seepat itu dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal. Sikap Elang yang menyebalkan seringkali membuat Rara marah, namun, itu membuat rumah tangga mereka menjadi berwarna. tapi, siapa sangka Elang memiliki sebuah rahasia.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Suara debur air terdengar sampai ke ruang tengah. Rara yang baru saja pulang dari tokonya langsung menuju ke kolam renang. Senyumnya mengembang saat melihat Sang Papa sedang berenang. Sementara itu, di tepi kolam terlihat sang Mama dengan sabar  menanti sang suami. Di sebelahnya ada meja yang dipenuhi dengan jus dan cemilan.Rara tersenyum melihat kedua orangtuanya yang selalu terlihat romantis seiring usia mereka yang terus bertambah."Mama!" Rara memeluk sang Mama."Sayang,tadinya kita mau bikin kejutan...malah kamu yang menyapa duluan." Sumi terkekeh. "Mama sama Papa kapan sampe?" "Ya siang tadi," jawab Adi, sang Papa. "Pa, udah mau magrib loh...nanti masuk angin," kata Rara. "Enggak apa-apa. Di sana Papa sudah terbiasa berenang jam segini." Adi keluar dari kolam, lalu mengambil handuk yang disodorkan Sumi. Sumi berdiri lalu memeluk lengan Rara, membawanya masuk ke dalam rumah."Kamu mandi sana. Nanti Papa sama Mama mau bicara." Rara melirik Sumi, mencoba menerka dari raut wajah. Ia mulai curiga dengan ucapan Sumi. Biasanya, kalau sudah seperti ini, Mama dan Papanya pasti akan membicarakan masalah jodoh. Bagi Rara itu adalah hal biasa. Seandainya dugaan itu benar, ia tidak kaget. Dan benar saja, usai mandi  mereka duduk bersama di ruang keluarga. Sumi mulai membuka cerita dengan wajah yang ceria. "Kita mau kenalin kamu sama anaknya Tante Tina.” “Tante Tina?” Rara merasa ia jarang mendengar nama itu. Biasanya paling tidak Mamanya pasti akan pernah menyebutkannya sekali di beberapa momen. “Temen lama Mama. Temen satu sekolah dulu, masih kecil. Sekampung juga loh.” Rara berdehem seperti biasa. Ia masih tidak tahu harus menanggapi apa karena kejadian serupa sudah sering terjadi. Mama dan Papanya memang kerap kali mengenalkannya pada anak dari rekan bisnis, atau anak dari teman lama mereka. Tapi, semua tidak ada yang berujung sukses. Rara menolak dengan alasan yang logis. Rara selalu bisa menemukan cela dari pria itu. Cukup masuk akal dan meyakinkan untuk membuat Adi dan Sumi membatalkan perjodohan. Contohnya, dulu ia pernah dijodohkan dengan pria bernama Yuga. Ternyata Yuga adalah seseorang yang suka menghabiskan waktunya di club malam. Itu menjadi alasan yang kuat untuk Rara menolak Yuga. Lalu ada Tian, yang ternyata playboy kelas atas. Suka bermain wanita dimana-mana. Ada juga Ganda yang ternyata adalah seorang bisex. Dan masih ada beberapa orang lagi yang mengalami hal serupa. Berujung penolakan dari Rara. Padahal sebenarnya, Rara memang tidak suka dijodohkan. Hanya saja penolakannya begitu elegan. Tidak menyakiti atau menyinggung siapa pun. "Ya udah, Ma, kapan mereka datang?" tanya Rara santai. Seolah ia ingin menjadi pemecah rekor dengan mencari keburukan seorang pria agar dapat ia tolak. "Malam ini. Sekalian kita makan malam bersama mereka. Kita makan di luar," jawab Adi. Rara mengangguk."Iya, Pa. Ya udah...Rara siap-siap dulu. Ganti baju yang rapi." "Iya. Yang cantik, ya," teriak Sumi pada Rara yang sudah menaiki tangga. "Ma, yakin kalau ini bakalan berhasil?" tanya Adi khawatir. "Yakin seratus persen,Pa. Kalau yang ini enggak bakalan ada minus yang fatal banget. Mama udah cek selama tiga bulan ini." "Bagus kalau gitu." Adi berharap, perkenalan malam ini berjalan lancar dan Rara mau menerima sang pria. “Ya Mama maunya ini adalah laki-laki terakhir yang kita jodohkan sama Rara. Lagi pula, Tina kan teman baikku. Enggak enak juga kalau tiba-tiba malah enggak jadi.” “Kita serahkan saja semuanya sama Tuhan, ya, Ma. Kalau memang jodohnya, pasti akan terjadi.” Adi mengusap lengan Sumi, ia pun ikut resah, namun ia hanya bisa pasrah.   **   Rara dan kedua orangtuanya sampai di sebuah Restoran mewah. Ia tidak terlihat tegang sama sekali. Hanya saja, otaknya terus berpikir mencari cara agar ia segera menemukan cela dari pria yang akan dijodohkan ya nanti. "Mereka udah sampe duluan."Terdengar Adi berkata pada isterinya. Rara mengikuti mereka dari belakang. "Nah, itu mereka." Sumi langsung menghampiri Tina, teman lamanya. Mereka terlihat sangat akrab sekali. Sementara mereka bernostalgia beberapa saat, pandangan Rara tertuju pada seorang pria yang mengenakan kemeja hitam dengan lengan yang digulung sampai ke siku. "Hai!" sapa Rara terlebih dahulu. "Hai, Rara," balasnya dengan senyuman mautnya "Oh iya...maaf kami terlalu sibuk sampai kalian kenalan sendiri." Tina terkekeh. "Iya, Tante enggak apa-apa. Santai aja," balas Rara yang kemudian menjabat tangan Tina dan Fahri, selaku orang tua dari pria yang belum ia ketahui namanya. "Rara, ini Tante Tina dan Om Fahri. Lalu...ini anaknya, Elang,"jelas Adi. Rara mengangguk."Iya, Pa. Tadi...udah kenalan duluan." Tina tersenyum melihat anak dan calon menantunya itu."Hah, sepertinya suasana malam ini menyenangkan sekali ya. Ayo kita mulai makan malamnya ya. Silahkan duduk." Makan malam dimulai dengan begitu ceria. Kedua orangtua mereka lebih mendominasi pembicaraan di sana. Elang dan Rara hanya tersenyum dan menjawab seperlunya. "Ma, Pa, Om, Tante...Elang mau izin ajak Rara bicara sambil keliling tempat ini." Keempat orangtua itu sempat terdiam beberapa detik karena terkejut. "Oh, iya.. silahkan. Memang harusnya begitu," kata Tina. "Iya ayo...bicara yang lama ya!" kata Sumi sambil terkekeh. Rara tersenyum, lalu berdiri dan mengikuti kemana Elang berjalan. Pria itu berjalan ke parkiran. Di dekat perkiraan itu ada taman kecil, ia berhenti di sana. Rara mensejajarkan posisi mereka. Lalu keduanya hening. "So, terima kasih sudah hadir di makan malam ini, Rara." Elang membuka pembicaraan. "Terima kasih sudah mengundang kami, Elang. Kami merasa   terhormat "Rara tersenyum lembut, tapi otaknya terus berpikir. Pria di hadapannya cukup tampan. Tidak gemuk, namun tidak terlalu kurus. Kulitnya putih, bahkan lebih putih darinya. Rara sempat berpikir kalau Elang rajin melakukan perawatan. Lalu di pikirannya terbesit kalau Elang adalah penyuka sesama jenis. "Kamu jangan mikir yang macam-macam. Saya bukan Gay!" kata Elang. Rara terkejut setengah mati. Elang seperti tahu isi hatinya."Saya enggak berpikir kayak gitu." "Syukurlah. Kalau kamu mengira aku gay, sepertinya aku harus membuktikannya langsung agar kamu percaya." Rara menggeleng cepat."Oh, enggak-enggak. Aku enggak mikir gitu kok." "Baiklah. Kamu sudah siap menikah sama aku?" Pertanyaan itu terdengar begiu horor di telinga Rara. Rara berdehem."Aku belum bilang setuju sama perjodohan ini, kan?" "Ya sudah, bilang saja setuju. Biar semuanya cepat selesai dan kita langsung menikah." Rara tertawa."Mana bisa begitu. Kita harus perkenalan dulu." "Semua tentangku sudah diceritakan oleh Mamaku tadi. Lalu...apa yang ingin kamu ketahui dariku?" Rara mulai berpikir keras."Kamu pernah pacaran?" "Pernah, ya...mungkin menjalani hubungan serius hanya dua kali. Sisanya hanya cinta-cintaan anak remaja saja." "Hobi kamu?" "Makan!" "Hah?" "Iya, aku hobi makan. Aku paling suka wisata kuliner sih." Elang memperjelas jawabannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Broken

read
6.3K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

T E A R S

read
312.6K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.3K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Fake Marriage

read
8.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook