bc

Pewaris Untuk Mantan Suami

book_age18+
28.3K
FOLLOW
195.5K
READ
billionaire
possessive
sex
one-night stand
forced
arrogant
dominant
powerful
CEO
sweet
like
intro-logo
Blurb

Pasca bercerai dari Affandra Weltz, Gauri Chandrata mendapati dirinya mengandung bayi sang mantan suami.

Tak akan mudah melewati kehamilan hanya seorang diri, namun ia sudah bertekad untuk melahirkan buah hatinya tanpa Affandra.

Tentu saja tak gampang pula menyembunyikan kandungan, saat perutnya semakin besar. Apalagi, ia harus tetap bekerja dengan Affandra sebagai bawahan pria itu.

Namun, bagaimana jika sang mantan suami butuh segera pewaris untuk menyelamatkan posisi tertinggi Affandra di perusahaan keluarga besarnya?

chap-preview
Free preview
Prolog
Brak! Gauri jelas amat kaget mendengar bantingan pada pintu kamar, sehingga langsung bangun dari posisi berbaring tidurnya yang nyaman. Bahkan, ingin segera turun dari ranjang, tapi ia sudah lebih dulu didorong ke belakang dan membuatnya terjatuh telentang di kasur. Gauri lantas ditindih oleh si pelaku. Benar, suaminya. Affandra Weltz. Kedatangan dari pria itu saja, sangat tidak ia sangka. Apalagi, tindakan cukup kasar yang tak pernah dilakukan sebelumnya. Affandra juga menatapnya penuh amarah. Selama satu tahun menikah, pria itu selalu bersikap sopan dan menghormatinya. Tentu senantiasa memandangnya lembut. Sekalipun, tak mencintainya. Namun kali ini tampak berbeda. Sorot mata membara oleh kemarahan. "Jelaskan semua padaku, Gauri." "Gugatan perceraian?" "Saya ingin kita berpisah karena saya merasa pernikahan kita hambar, Pak Affa." "Walau karena wasiat, saya rasa kita tidak perlu terus terikat dalam pernikahan ini." "Setidaknya kita sudah menjalankan wasiat dari Kakek saya. Bukan berarti kita harus terus menikah, disaat kita semakin merasa tidak ada kecocokan di antara kita." "Terutama, cinta untuk pernikahan kita." Gauri tak cukup yakin dengan penjelasan. Ia pun masih belum mengungkapkan seluruh alasan atas keputusan diambilnya. Akan ditunggu reaksi sang suami dulu. Namun, Affandra yang irit bicara, pasti tidak akan mau panjang berkomentar. Ya, minimal setuju dengan rencananya, maka sudah menjadi jawaban yang cukup. Posisi mereka belum berubah, padahal Gauri mulai terbebani dengan bobot tubuh sang suami yang ditekankan padanya. Hampir beberapa menit lamanya hanya saling menatap tanpa ada percakapan lanjutan, tak menenangkan bagi hati Gauri. Ia butuh tanggapan Affandra segera. Tentu, dirinya harus bicara lagi lebih dulu untuk memancing agar pria itu menyerukan pendapat dan mengambil keputusan. "Bapak setuju kita bercerai, 'kan? Saya rasa ini jalan yang terbaik kita lakukan, Pak." Biarlah dirinya terkesan menuntut, asalkan bisa mendapatkan jawaban secara pasti. Dengan begitu, bisa diambil segera langkah selanjutnya untuk hubungan mereka. "Baiklah, kalau itu mau kamu, Gauri." Selesai menjawab, Affandra pun menjauh darinya. Benar-benar melangkah tanpa satu detik pun berhenti untuk bicara lagi. Entah kenapa, Gauri ingin memeluk pria itu, mungkin yang terakhir kali malam ini. Sudah diputuskan mulai besok, dirinya akan meninggalkan apartemen mewah Affandra. Apalagi, proses perceraian sudah sampai di pengadilan dan menunggu sidang saja. Gauri merealisasikan keinginan. Dikejarnya Affandra sampai bisa mendekap pria itu. Tentu berhasil, setelah berjalan cukup cepat. Langsung direngkuhnya erat Affandra dari belakang sembari menahan tangis. Pria itu langsung berhenti berjalan. "Kenapa, Gauri?" "Aku ingin memeluk Bapak sebentar." Tidak akan berdusta mengutarakan maksud agar tak jadi kesalahpahaman di antara mereka. "Makasih sudah menikahi saya, Pak. Selama satu tahun ini, Bapak sudah selalu sangat baik pada saya sebagai suami." "Maaf kalau saya suka merepotkan Bapak." Ya, dengan jarak usia mereka yang hampir sepuluh tahun, sosok Affandra begitu hangat dan menyayanginya dengan tulus. Namun hanya sebatas itu, tak akan sampai bisa mencintainya. Hati Affandra tertutup untuknya, sekalipun coba diraihnya. "Maaf, kalau saya belum bisa jadi istri yang baik buat Bapak," lanjut Gauri dengan kian lirih, saat mereka berdiri berhadap-hadapan. Tatapan Affandra menatapnya lembut. Dan itu membuatnya tambah berkaca-kaca. Namun, sungguh tidak akan mau menangis. Hanya memerlihatkan kelemahannya saja. "Saya tidak pernah menuntut kamu menjadi istri yang sempurna. Saya bisa menerima kamu apa adanya, jika itulah alasan kamu ingin bercerai dari saya, Gauri." "Saya tidak tahu kenapa kamu minta berpisah tapi jika kamu lebih bahagia, baiklah." "Mungkin kamu ingin bersama pria lain." Gauri diam dalam dekapan hangat Affandra. Tak berani untuk bicara karena hanya akan membuatnya melepaskan tangis. Hati sudah perih. Dadanya sesak akan hantaman rasa bersalah kepada Affandra atas tindakannya. Namun, tidak mungkin dibatalkan. "Malam ini, saya ingin bersama kamu, Gauri." "Kamu masih mau melakukan tugas kamu sebagai istri? Saya boleh menyentuhmu?" Gauri cukup terkesiap akan permintaan dari sang suami. Apalagi, sudah sebulan lebih mereka berdua tidak tidur bersama. Gauri bahkan sempat kurang yakin jika sang suami akan membutuhkannya di ranjang lagi. Walau, mereka tak ada masalah tentang ini. Affandra sibuk dengan perjalan bisnis di luar negeri belakangan ini, mereka pun tidak bertemu berminggu-minggu. Sebenarnya alasan tersebut yang kuat mendorongnya berpisah, walau tak akan secara gamblang dikatakan ke Affandra. "Aku akan melakukan tugasku, Pak Affa." Tak lama perlu menunggu reaksi sang suami atas kesetujuannya, ia pun mendapatkan ciuman menuntut dan dibawa ke ranjang. Mereka akan bercinta untuk terakhir kalinya. ..........

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Living with sexy CEO

read
277.5K
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.3K
bc

LAUT DALAM 21+

read
288.6K
bc

Papah Mertua

read
526.1K
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
919.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook