bc

AFTER SCHOOL 21+

book_age18+
3.8K
FOLLOW
29.0K
READ
love-triangle
pregnant
playboy
CEO
drama
tragedy
sweet
bxg
office/work place
virgin
like
intro-logo
Blurb

Sebuah hubungan yang dibangun di usia remaja, orang menyebutnya cinta monyet dan akan hilang seiring dengan berjalan waktu, dan ditemukannya cinta yang lain. Namun berbeda bagi Cindy, cinta pertamanya itu membuat kesuciannya hilang begitu saja. Bukan hanya itu, penantian gadis itu selama bertahun-tahun sama sekali tidak membuahkan hasil, ketika Deo sang kekasih justru memilih menikahi wanita lain.

chap-preview
Free preview
episode 1
20 Juli 2015. 5 tahun yang lalu “Ayo, cepat. Ah, kau terlambat lagi seperti biasa.” Pak Helmi, guru matematika itu sudah berdiri di depan pintu kelas dengan penggaris panjang di tangannya. Sementara Cindy berlari kecil dan bergegas masuk ke dalam kelas. Gadis itu meletakkan tasnya di sandaran kursi, kemudian duduk dengan napas yang masih saling beradu. “Heh, si anak bawang, telat lagi kau.” Kata Gea, gadis yang duduk di belakang Cindy. “Ah, sudahlah, kau juga tahu kenapa Cindy sering terlambat, kan?” ucap Dania, teman sebangku Cindy. Gadis itu menepuk bahu Cindy perlahan, kemudian menggeleng. Cindy tersenyum kecil, melihat gerakan sahabatnya itu. “Kau masih mengantar makanan setiap pagi, ya?” kata Gea, sambil mengambil buku – bukunya dan meletakkan buku itu di atas meja. “Hmm, itu mata pencaharian keluargaku, aku harus membantu, kan?” ucap Cindy, yang kemudian diam begitu Pak Helmi masuk dan memulai pelajarannya. ........................ “Kantin, yuk,” kata Dania, menarik lengan Cindy dan Gea bersamaan. “Aku...aku gak ah,” ucap Cindy dengan murung. Dania tertawa kecil, mendorong tubuh kecil Cindy ke luar kelas, “sudah, aku yang bayar. Tenang saja.” “Aku juga, kan?” ucap Gea dengan tawa kerasnya. Ketika mereka berjalan melewati kelas 3 IPA 1, Deo berdiri di depan pintu kelasnya, dengan kedua tangan yang terlipat di depan d**a. Ia tersenyum, begitu melihat Cindy berjalan melewatinya, ketika Deo hendak menyapa Cindy, tiba – tiba ada gadis yang berlari ke arah Deo, ia meraih lengan Deo dan berbicara dengan manja, “Deo, sayang, kantin yuk!” Mendengar perkataan yang terasa aneh di telinga Cindy, iapun menoleh menatap Deo dan Juli yang sedang bergayut manja di lengannya. Deo yang menyadari Cindy menatapnya, langsung melepaskan tangan Juli, berdiri tegak dan sedikit mendorong tubuh Juli menjauh. “Pergi saja sendiri, jangan menggangguku.” Jawab Deo kesal. “Ayo, Cin,” kata Dania menarik lengan Cindy lembut. “Gila, dia gak tahu malu apa. Jelas – jelas Deo gak pernah meliriknya, masih juga seperti itu. Dasar murahan.” Ucap Gea sebal. “Biarlah, itu urusan mereka,” kata Cindy. “Tapi kau menoleh tadi,” ucap Gea. “Oh, itu karena .....” Cindy menghentikan kalimatnya, ketika Deo tiba – tiba berjalan di belakangnya. “Hai, Cin, mau ke mana?” kata Deo dengan logat semanis mungkin. Dania dan Gea saling memandang, sementara Cindy hanya tersenyum kecil untuk membalas sapaan Deo. “Kok diam aja, sih.” Kata Deo lagi. “Kantin,” jawab Dania dengan singkat. “Oh, ternyata cindy hebat ya, punya body guard.” Jawab Deo sembari terkekeh. Ucapan Deo itu spontan membuat Gea dan Dania melotot, menatap Deo kesal. “Aku hanya bercanda, jangan marah. Ngomong – ngomong gimana kalau aku traktir. Kalian bisa makan apa saja, aku yang bayar.” Kata Deo lagi. “Serius?” tanya Gea, yang mendapat cubitan kecil dari Cindy. “Iyalah, kapan aku main – main.” “Ayo, kalau gitu.” Jawab Gea dengan senyum lebar di wajahnya. ......................... Cindy menyesap teh manisnya, gadis itu hanya memesan segelas teh manis dan sepotong kue tart. Sementara Dania dan Gea sibuk menikmati semangkuk bakso panas di hadapan mereka. Deo sengaja duduk di hadapan Cindy, dengan begitu ia bisa menatap wajah imut gadis itu dengan lebih jelas. Cindy tahu, jika Deo sedang menatapnya sejak tadi, dan hal itu membuatnya benar-benar merasa tidak nyaman. “Cin, gak makan kau?” kata Gea dengan mulut penuh. “Aku belum begitu lapar,” jawab Cindy lirih. Dania menatap Cindy dengan rasa tidak nyaman, ia tahu jika sahabatnya itu sedang gelisah. “Woi, Deo, kau sendiri kenapa ngak makan?” kata Dania, mencoba mengalihkan tatapan Deo dari Cindy. “Ah, aku sudah sarapan tadi. Lagipula melihat Cindy saja, sudah cukup mengalahkan rasa laparku.” Deo tersenyum manis, dengan lesung pipi yang menambah ketampanan wajah itu. “Eh, Cin. Kalau ngak salah kita ada tugas kelompok, kan?” kata Dania, yang melihat pipi Cindy memerah karena ocehan Deo. Cindy menatap Dania heran, gadis itu hanya diam, seolah terlihat berpikir. “Tugas apaan? Kata Gea dengan alis menyatu. “Eh, itu...pokoknya ada nanti aku beritahu.” Jawab Dania, merasa kesal terhadap Gea. Ya, Dania adalah sahabat yang paling peka, ia mengerti Cindy melebihi siapapun juga. “Ayo, Cin,” Dania berdiri, meraih tangan Cindy dan menariknya untuk berdiri. “Deo, terimakasih untuk makanannya,” kata Cindy lirih. Deo tersenyum kepada gadis itu, akhirnya dia mendengar suara Cindy yang begitu lembut dan manis di telinganya. “Dania, apaan sih, aku belum selesai makan.” Ucap Gea yang kemudian berlari kecil mengejar Dania dan Cindy. ...................... Ketiga gadis itu memilih duduk di bawah pohon besar di pinggir halaman sekolah, Dania masih menatap Cindy, gadis pendiam itu seolah acuh dengan apa yang baru saja terjadi. Gea membuka ponselnya, terlihat asyik membalas chat dari sebuah media sosial berwarna biru itu. “Cin,” kata Dania, menyenggol bahu Cindy dengan bahunya. “Hmm,” jawab Cindy, yang terlihat asyik dengan sebuah novel di tangannya. “Cin, kau ngerasa gak sih kalau Deo itu suka sama kamu?” “WHAT?” teriak Gea, yang langsung menoleh menatap Cindy dan Dania bergantian. Cindy yang acuh sejak tadi, akhirnya menoleh, menatap Dania yang masih menatapnya. “Ngak,” jawab Cindy singkat. “Aku juga ngerasa ngak, Deo bukannya emang gitu ya, suka dekat sama cewek – cewek cantik seperti kita,” ucap Gea, dengan senyum lebar di bibirnya. Dania mengerutnya keningnya, “Kali ini beda, Gea. Aku bisa melihat dari tatapannya, cara dia memandang Cindy saat makan tadi.” “Oh, ya? Kalau itu benar, Cindy bisa dikeroyok rame – rame sama geng kelinci itu.” ucap Gea cemas. “Geng kelinci?” tanya Cindy tak mengerti. “Itu loh si cewek bule dengan teman – temannya, mereka menyebut dirinya sweet rabbit.” Terang Dania. Cindy tiba – tiba tertawa mendengar penjelasan Dania, entah mengapa julukan itu begitu lucu di telinganya. “Kok kau ketawa, Cin? Ngak takut apa sama kelompok mereka? Apalagi si bule, kasar banget.” Celoteh Gea. “Kalau aku sih, bukan soal itu. Tapi aku khawatir kalau Cindy akan dipermainkan Deo. Siapa sih, yang ngak kenal Deo. Si playboy itu. Apalagi melihat Cindy yang seperti ini.” Kata Dania yang mendapat balasan sebuah senyuman dari Cindy. “Seperti apa, Dania?” kata Cindy lirih, masih dengan senyum di bibirnya. “Ya, seperti ini. Pendiam, polos, lugu,.....” “Tapi aku ngak bodoh, kan?” “He he he....” Dania terkekeh, mendengar jawaban sahabatnya itu. “Eh, Dania tadi kau bilang ada tugas, tugas apa sih?” tanya Gea. “Dasar ngak peka, aku sengaja ngomong gitu hanya untuk menghindari Deo, kau sih, asyik makan sampai ngak ngerti kalau Cindy merasa ngak nyaman diliatin kayak gitu.” “Oh, sorry kalau gitu. Habis dapat makan gratis, kan lumayan.” “Udah bel , ayo, masuk!” kata Cindy yang menutup bukunya, dan beranjak dari tempat itu. ......................... “Hai, Cindy, pulang bareng, yuk.” Deo yang entah datang dari mana tiba – tiba sudah berada di samping Cindy. “Eh, anu...” Cindy yang terkejut, menoleh ke sebelah kanan, menatap Dania dan Gea yang juga menatapnya, seakan meminta pertolongan. “Boleh, tapi kita juga dong. Karena kita mau main ke rumah Cindy. Gimana?” jawab Gea spontan. “Tapi aku ngak bawa mobil, Ge. Masa naik motor ber-empat? Mana muat?” jawab Deo sambil terkekeh. “Kalau gitu lain kali aja, waktu bawa mobil, oke?” jawab Gea lagi. Deo yang mendengar perkataan Gea, langsung menghentikan langkah Cindy. “Cindy, jawab dong!” “Maaf, Deo. Tapi Gea benar.” Jawab Cindy sambil berlalu dari hadapan Deo. Deo terdiam, menatap punggung Cindy yang perlahan menjauh dari pandangan matanya. Deo tahu, Cindy adalah gadis pendiam yang begitu sulit untuk diraih, bahkan oleh dirinya. Seorang yang terkenal tampan dan berasal dari keluarga kaya raya itu. Dan, baru kali ini Deo merasa sebuah penolakan. Deo memang belum menyatakan isi hatinya kepada Cindy, tapi gadis itu sudah menunjukkan sikap antipati terhadap dirinya. Dan itulah yang membuat Deo semakin penasaran. Ada apa? Apa yang membuat Cindy seolah memberi dinding pembatas kepadanya? Apa kekurangannya sehingga ia tidak mampu mendekati gadis itu? si gadis lugu yang bahkan tidak memiliki banyak teman? “Hai, Deo?” sapa Celine, si gadis bule bermata biru itu bergayut manja di lengan Deo. “Oh, hai,” jawab Deo dengan senyum manis di bibirnya. “Aku lihat, kau berusaha mendekati tiga cewek kampung itu, ya?” kata Celine dengan sedikit kesal. “Cewek kampung? Siapa maksudmu?” “Yah, siapa lagi.” Telunjuk Celine menunjuk ke arah Cindy, Dania, dan Gea yang mulai menghilang di tikungan jalan itu. “Oh, mereka.” Jawab Deo singkat. “Ayolah, Deo. Ngapain sih berurusan dengan mereka? Tiga cewek miskin dan ngak modis itu.” Kata Celine dengan logat bulenya. “Ngomong-ngomong, ada perlu apa ya kau ke sini?” tanya Deo, sambil melepaskan tangan Celine dari lengannya. “Ah, aku ingin mengundangmu ke pesta pernikahan orangtuaku. Sekalian berkenalan dengan mereka,” kata Celine dengan mata berbinar. Deo menyatukan alisnya, “kenalan? Untuk apa, ya?” “Deo sayang, kau adalah orang yang sangat spesial buatku. Tentu saja, aku ingin kedua orangtuaku juga mengenalmu. Lagipula, kita berasal dari keluarga yang sederajad. Mereka pasti menyukaimu.” Deo tersenyum kecut, “tapi aku tidak menyukaimu, Celine. Maaf, aku terpaksa menolak tawaranmu itu.” Deo melangkah pergi, meninggalkan Celine dengan mata yang membulat, tangannya mengepal penuh kemarahan. “Deo!!!” teriak gadis itu. “Kau akan menyesal!!!” Deo menghentikan langkahnya, lalu menoleh menatap Celine dengan tajam, “dengar, kita tidak pernah memiliki hubungan apapun juga, kalau kau menyukaiku, apakah itu salahku? Bukankah aku berhak untuk menolak gadis yang tidak kusukai?” “Apa kekuranganku, Deo! Aku jelas lebih baik dari gadis itu, aku lebih cantik, dan memiliki segalanya?” kata Celine dengan suara nyaring. “Hati,” jawab Deo. “Apa?” “Kau tidak memiliki hati setulus gadis itu, Celine. Itu yang membuatnya berbeda.” Deo tersenyum, meninggalkan Celine yang berdiri mematung tanpa suara. ............................................... “Aku tidak terima, kita harus memberi gadis itu pelajaran!” kata Celine dengan nada penuh kemarahan. “Apa kau yakin, Deo menyukai gadis kampung itu? bagaimana kalau salah?” tukas Laras, gadis yang selalu mengikat rambutnya menyerupai ekor kuda itu. “Hmm, aku tidak percaya kalau Deo menyukainya, kau pasti salah, Cel.” Kata Rena. “Dengar, aku sudah mengamati semua itu lebih dari tiga hari. Deo selalu saja mendatangi Cewek kampung itu. Dan tatapan matanya tidak pernah lepas darinya. Apa aku salah?” kata Celine penuh luapan emosi. “Wow, kau memata – matai mereka rupanya. Tapi, bagaimana kalau Deo memang menyukainya? Bukankah kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menyukai kita?” kata Laras, yang mendapat anggukan dari Rena. “Heh, kalian ini sebenarnya berada di pihak siapa, sih? Daritadi belain mereka terus?” kata Celine kesal. “Bukan begitu, Cel. Kita Cuma ngingetin aja. Lagian apa yang mau kamu lakuin ke cewek itu? aku Cuma takut, kalau dugaanmu itu salah.” Kata Laras lagi. “Bener, tuh.” Sambung Rena. “Aish, udah – udah. Kalian ini bukannya membantu malah bikin sakit kepala.” Celine berdiri, melangkah pergi meninggalkan Laras dan Rena yang Cuma bisa saling menatap. ..................................

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.0K
bc

Will You Marry Me 21+ (Indonesia)

read
611.6K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
285.7K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
919.2K
bc

Sweet Sinner 21+

read
883.7K
bc

SHACKLES OF GERALD 21+

read
1.2M
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook