PROLOG
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang putri yang cantik jelita. Oleh ayahnya, sang raja, ia dinikahkan dengan seorang pangeran dari negeri seberang yang rupawan.
Waktu terus berlalu hingga akhirnya, tepat di hari ulang tahun sang putri ia akan melahirkan seorang pangeran. Para tabib istana tak mengerti, mereka semakin kebingungan melihat kesakitan yang luar biasa di wajah sang putri ketika berusaha melahirkan anak pertamanya itu.
Di antara hidup dan matinya, sang putri ditemui oleh malaikat maut. Ia diberi tahu bahwa ia dan anak yang dikandungnya tidak akan selamat. Malaikat maut itu datang untuk menjemput mereka.
Sang putri tidak dapat menerima kenyataan itu. Ia rela memberikan nyawanya, namun tidak untuk nyawa anaknya. Ia memohon kepada malaikat maut dan berkata bahwa hari itu adalah hari kelahirannya. Ia menangis dan terus memohon agar keinginannya itu bisa terwujud. Akhirnya, dengan berat hati malaikat maut mengabulkannya dengan syarat. Sang putri pun tersenyum gembira dan menyetujui apapun syarat yang diajukan malaikat maut.
Syarat yang harus di penuhi putri adalah ia harus bersedia menjadi malaikat maut sampai anaknya bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia karena takdir anaknya tidak akan baik meskipun ia dapat terlahir ke dunia.
Sang putri gegabah menyetujui. Putri menyadari mengapa malaikat maut mencabut nyawa mereka ketika ia mengetahui kondisi anaknya tidak seperti bayi lain. Badannya besar melebihi bayi-bayi pada umumnya. Rambut berwarna coklat pun tumbuh lebat di kepala bayinya. Kulitnya berwarna gelap, tidak seperti sang putri atau pangeran.
Putri menangis menyesali permohonannya. Namun, semua telah terlambat. Anaknya benar-benar terlahir dengan kondisi yang tidak baik. Sang putri pun harus melupakan segala kehidupannya dan mulai menjalani hidupnya sebagai malaikat pencabut nyawa hingga anaknya bisa mendapatkan kebahagiaan dunia.
Meski anak sang putri itu adalah cucu dari dua kerajaan sekaligus, bayi itu tidak diterima di kedua belah pihak. Tidak ada yang menginginkan keberadaan bayi itu kecuali sang ayah. Karena hanya akan menjadi aib, sebelum berita kelahiran aneh itu menyebar, sang raja menitahkan untuk membuang bayi itu. Pangeran tidak terima dan pada akhirnya ia diusir dari istana.
Keduanya hidup sebagai rakyat biasa di tepi desa. Semakin lama rambut coklat anak itu tumbuh lebat. Tidak hanya di bagian kepala, tetapi merembet ke wajah dan hampir seluruh badanya. Sang ayah membawa bayi itu ke tabib maupun dukun terkenal di desa namun tidak ada yang bisa menyembuhkan penyakitnya. Hingga pada usia dua belas tahun penyakit timbul tidak hanya dari fisik tetapi raganya. Ia sering merintih kesakitan di bagian d**a dan batuk yang tak terkira.
Suatu hari anak itu menggigil kedinginan. Namun, ketika sang ayah memeriksanya, hawa panas yang tak tertahankan terasa. Jiwa anak itu sudah di ambang batas kekuatan yang ada. Sang ayah memeluk dan menciumi badan anaknya yang mulai hangat.
Malaikat maut yang telah mengintainya akhir-akhir ini, muncul untuk menjemput bocah yang baru bebas dari kesakitan itu. Saat jiwa bocah itu lepas dari raganya, saat itu pula malaikat maut itu mendapatkan ingatannya kembali. Ia melihat roh bocah tampan berambut hitam tengah tersenyum menyambutnya. Wajah tampan bocah itu tidak jauh berbeda dengan pria yang menangis di samping raga yang besar dan penuh bulu, menyedihkan.
Roh sang putri yang baru kembali dari sosok malaikat maut murka. Selama ini bocah kesakitan yang disaksikannya adalah anaknya sendiri. Anak yang atas permohonannyalah terlahir ke dunia yang kejam. Dunia yang tak adil dan menyakitkan.
Sejak saat itu, roh sang putri memilih menjadi malaikat maut untuk para bayi yang belum sempat terlahir. Dan bila ada seorang ibu sekarat ketika melahirkan tepat di hari kelahirannya, maka malaikat maut itu akan mengabulkan apapun permohonannya dengan bonus, sebuah kutukan.
