bc

The Gift (Indonesia)

book_age0+
158
FOLLOW
1.1K
READ
opposites attract
second chance
drama
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Alyssa Parahita.

Seorang gadis biasa yang memiliki kepribadian yang tidak mencolok ataupun menonjol dalam satu hal. Seorang gadis yang baik, dan terlalu sering memikirkan kepentingan orang lain dibandingkan dirinya sendiri, dan keras kepala. Untuk melanjutkan pendidikannya, Lyssa dikirimkan orangtuanya untuk bersekolah di Jakarta dan tinggal bersama saudara dari ayahnya. Kehidupan kuliahnya pun terbilang biasa saja, tidak ada yang menarik.

Setidaknya itu pendapat Lyssa sebelum dia mengenal Vincent.

Vincent Kristiawan.

Putih, tinggi, cerdas, IQ diatas rata-rata, taekwondo sabuk hitam, dan tampan.

Itulah yang akan teman-temannya katakan setiap kali memikirkan nama seorang 'Vincent' dibenak mereka. Dia memang cerdas, dan memiliki banyak teman. Memiliki segudang aktivitas yang tak terkira karena kemampuannya.

Namun, semua hal itu membuatnya merasakan kalau hdupnya monoton. Tidak ada yang menarik, karena semuanya terkesan biasa saja sejak tahun pertama ia berkuliah sampai saat ini, tahun terakhirnya.

Itulah yang dia pikirkan sebelum bertemu dengan Alyssa.

Seorang yang keras kepala, dan seorang yang cerdas.

Seorang yang memikirkan orang lain daripada dirinya, dan seorang yang cukup menyendiri.

Seorang yang idealis, dan seorang yang rasional.

Mungkinkah mereka memiliki kisah yang indah dan manis?

Akankah mereka memiliki akhir yang menyenangkan untuk kehidupan monoton mereka?

chap-preview
Free preview
Prologue
Lyssa.             Lagu New Radicals terputar keras-keras dengan volume suara delapan puluh persen di dalam mobilku. Aku membelah jalanan Ibukota, didalam mobilku untuk sampai ke apartemenku yang berada di pinggiran Ibukota. Perjalanan malam tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk sampai ke tempat istirahatku.             Aku tetap berada di dalam mobilku hingga lagu dari original soundtrack film jadul, A Walk To Remember itu berhenti sambil melihat ponselku.             Melihatnya lagi mungkin akan membuat hatiku sakit. Tapi aku masih menyukainya. Dia memang bukanlah orang yang baik—aku tahu itu. Dia bukan orang yang konsisten dengan semua ucapannya—aku juga tahu hal itu.             Dia orang yang ramah pada setiap orang, memiliki banyak teman perempuan dimanapun dia berada—aku sangat mengetahuinya.             Walaupun aku harus merelakan hatiku mungkin akan tersakiti lagi untuk kesekian kalinya, dan aku mungkin akan menangis untuk—entah tangisan yang ke berapa kalinya, aku sudah tidak peduli dan aku tidak pernah menghitungnya lagi.             Aku melihatnya dengan jelas fotonya bersama dengan teman-teman kuliahnya di dalam ponselku.             Dia masih memiliki senyuman yang sama dengan mata yang menyipit ketika dia menaikkan kedua sudut bibirnya keatas. Dia masih memiliki potongan rambut yang sama dengan rambutnya yang berdiri-diri keatas. Dia masih memiliki kulit putih kecoklatan yang sama seperti sebelumnya.             Vincent Kristiawan.             Nama itu telah lama ingin kuhapus dari ingatanku.             Entah apa yang kupikirkan. Setiap kali namanya muncul di benakku, aku ingin sekali langsung menghapus namanya jauh-jauh dari otakku. Namun semakin kucoba untuk melupakannya, aku malah semakin memikirkannya. Aku tidak bisa memungkiri fakta yang ada jika aku memang masih menyukainya.             Meskipun aku tidak bisa melihatnya secara langsung. Walaupun aku tidak dapat menyentuhnya secara langsung. Bagaimanapun juga, aku masih memiliki hati yang terus berdetak tak keruan jika harus melihatnya via foto di ponselku—seperti saat ini—ataupun jika aku mendengar kabar tentangnya lewat cerita teman-temanku. Semakin aku tidak ingin mendengar ceritanya, semakin aku penasaran dan ingin mendengarnya lebih dan lebih lagi.             Cinta memang membuatku gila.             Aku akui aku memang menyukainya, dan aku memang ingin memilikinya.             Jika menurut pepatah mengatakan, kamu akan bahagia jika melihat orang yang kamu cintaipun bahagia—meski tidak bersamamu pada akhirnya. Jujurlah, aku bukan orang yang naif dan akan bertindak bahagia jika aku melihatnya dengan perempuan lain.             Aku hanya akan merasakan bahagia jika dia memang menjadi milikku. Aku egois, dan aku keras kepala.             Aku hanya ingin Vincent.             Hanya itu. —————————— Vincent.             Aku mendengarkan lagu ini untuk kesekian kalinya di dalam hari ini.             Aku bukanlah orang yang menggemari lagu-lagu lama yang sudah hampir seusiaku, atau bahkan lagu-lagu yang umurnya mungkin setara dengan umur kedua orangtuaku. Aku tidak mengatakan kalau aku menyukai lagu New Radicals ini. Bukan berarti aku memutarnya seharian penuh menandakan kalau aku menyukai lagu jadul ini.             Hanya saja, lagu ini mengingatkanku akan seorang perempuan yang memiliki senyum kikuk setiap kali dia melihatku. Perempuan yang keras kepala dan memiliki selera musik yang aneh. Dia bukanlah perempuan yang menarik untuk orang yang baru mengenalnya. Kalian memerlukan jeda waktu yang cukup lama untuk bisa tertarik dengan perempuan ini. She’s not a girl that can give her heart easily. Even if you’re her friend, you will find difficulties to broke down her shield.             Kekeras kepalaannya adalah hal yang sama denganku. Dia tidak akan melawan jika aku sudah mengatakan ‘tidak’ untuk hal yang memang seharusnya tidak dilakukannya. Senyumannya akan segera datang dan lalu begitu saja ketika aku melihatnya—aku tahu dia menyukaiku, dan dia memiliki cara yang aneh untuk menyukai orang. Dia memiliki selera musik yang aneh, dan aku selalu mengalah untuk mendengarkan seluruh playlist di dalam ponselnya. ——————————             “Kenapa lagu ini?” tanyaku dengan raut wajah kesal.             “Lagunya enak kok.”             “Dari milyaran lagu yang ada di muka bumi ini, kamu bilang lagu ini lagu favorit kamu?”             “Emangnya kenapa?” tanyanya balik, “Lagu lama bukan berarti udah kuno dan ketinggalan jaman. Tapi lagu-lagu kayak gini justru punya arti lirik yang dalem banget tahu Kak. Asal tahu ya, liriknya itu gampang dimengerti, dan nggak perlu penalaran tingkat tinggi untuk ngerti isi lagunya.”             Aku mulai mendengarkan lagu ini baik-baik. Petikan gitar di awal lagu, dan alunan musik yang tidak berat memang menjadikan lagu ini tidak seperti lagu yang mencirikan kemarahan ataupun alunannya yang tidak mellow, membuat lagu ini tidak terkesan desperate. Walaupun jika aku telisik lagi liriknya, lagu ini sungguh memilukan.             “Kenapa lagu ini?” tanyaku lagi pada gadis yang duduk di sampingku lagi selagi menunggu lampu merah berganti hijau.             “Simply, aku suka aja. Dan lagu ini cukup menggambarkan gimana isi hatiku. Itu aja Kak.”             “Isi hati kamu?”             “Cinta tak terbalas. Cinta nggak kesampean. Cinta yang nggak dicintain balik. Kasih tak sampai.” Dia mengucapkannya perlahan namun pasti pada tiap kalimatnya. “Delapan belas tahun single dan aku punya alasan kenapa aku membatasi diriku sendiri pada setiap laki-laki yang mendekatiku.”             “Dan alasanmu?”             Lyssa menengok ke arah kanan, dia menatapku lamat-lamat dengan tatapan yang sulit kuartikan. Tatapan mata Lyssa bukanlah tatapan yang mematikan, dan aku selalu merasakan kehangatan menelusup di dalam rongga hatiku setiap dia menatapku dekat.             “Rahasia.” Dia mengucapkannya lalu tersenyum penuh kemenangan. ——————————             Aku masih memandang langit gelap kota Den Haag.             Banyak bintang malam ini dan aku tidak bisa mengerti mengapa aku harus membuatnya menangis, meninggalkannya, dan membuatnya sakit hati lagi untuk kesekian kalinya setelah aku mengetahui banyak hal tentangnya.             Alyssa Parahita.             Bukan perempuan yang menarik—seperti yang sudah kujelaskan sebelumnya. Kalian akan berpikir dia tidak memiliki daya tarik yang istimewa, begitulah hal kurasakan saat aku pertama kali melihatnya.             Bukan perempuan yang memiliki keberanian untuk memulai segala sesuatu duluan. Dia memang keras kepala, tetapi memiliki sejuta pikiran negatif yang melayang-layang di dalam pikirannya. Dia memiliki jutaan perasaan yang tak pernah bisa dia sampaikan kepada orang yang tidak disukainya. Dia memiliki ratusan perasaan yang tidak enak jika mengatakan kebenaran kepada orang disekitarnya, takut akan melukai perasaan orang lain.             Dia adalah orang yang mencari komitmen jangka panjang, dan bukan hanya sekedar untuk main-main atau sekedar senang-senang semata. Orang yang begitu mencintai orang lain akan melakukan apapun untuk orang yang dicintainya. Orang yang memikirkan orang lain lebih dari memikirkan kepentingan untuk dirinya sendiri. Lyssa adalah orang yang memiliki prinsip dan komitmen untuk hal yang menyangkut jangka panjang dan kehidupannya dalam jangka panjang. Itulah yang menjadi alasan mengapa dia tidak pernah dengan mudah memberikan hatinya kepada siapapun.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

Marriage Not Dating

read
549.8K
bc

Wedding Organizer

read
46.7K
bc

Billionaire's Baby

read
279.7K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.8K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook