bc

Sang Pewaris Kegelapan

book_age18+
150
FOLLOW
1K
READ
dark
comedy
twisted
mystery
scary
evil
male lead
realistic earth
supernatural
horror
like
intro-logo
Blurb

Berawal keinginan keluar dari rumah. Malah memancing rangkaian kejadian mengerikan. Akhirnya menyeret ia menuju suatu perkampungan. Di mana tak ada satu hari pun tanpa teror juga ketakutan.

Gio adalah seorang anak remaja yang harus melewati kelamnya kehidupan karena perceraian orang tua di usia yang masih belia. Ditambah saat menginjak usia remaja ia harus tinggal bersama dengan papa, wanita selingkuhannya, dan beberapa orang anak mereka yang semuanya sangat menyebalkan! Tidak ada hari ia lalui dalam kediaman besar itu tanpa pertengkaran dan tekanan.

Ia berharap, ”Lebih baik aku tinggal bersama dengan iblis saja sekalian.”

Gio pun lulus dari SMA dan menuntut kebebasan pada Sang Papa untuk hidup mandiri di luar rumah. Namun, bukan kebebasan ia dapatkan. Malah serangkaian pengalaman mengerikan terus terjadi. Membuka satu demi satu tabir yang menutupi misteri hidupnya selama ini.

Dan doanya perlahan mulai dikabulkan berkat pertemuan dengan sekumpulan manusia aneh!

Di tempat tinggal barunya ia akan bertemu dengan Ravindra, seorang laki-laki yang tidak mengetahui apa pun mengenai kehidupan maupun kondisi dunia luar. Juga Makaila, seorang wanita misterius yang terus menarik pemuda baik itu menuju kegelapan.

Rahasia apakah yang terdapat di balik semua peristiwa aneh dalam hidup Gio? Bagaimana dengan keanehan para tetangga sendiri? Siapakah Ravindra dan Makaila sebenarnya? Apakah kenyataan yang terdapat di balik misteri kampung Tangga Teparo? Berhasilkah Gio bersama dua sahabatnya, Susi dan Ardan... menghadapi serta menguak semua?

Cover: Shutterstock

chap-preview
Free preview
Prolog: LENDIR DI TENGAH JALAN (+18)
Sedikit demi sedikit senja beranjak turun melandai di atas permukaan bumi para manusia. Membawa suhu udara yang menjadi lebih dingin mencekam. Semua berkat semakin minimnya pencahayaan asli dari alam. Namun, lampu di jalan yang remang-remang membuat tempat ia berada tak juga beranjak terang. Pemuda itu dengan langkah yang awalnya begitu perlahan. Santai saja tak ingin kehilangan kesempatan menikmati ketenangan lingkungan di sekitar sana. Semakin lama seperti memaksa untuk dipercepat. Melewati jalan berukuran sedang yang membelah deret bangunan di suatu perumahan. Walau disebut perumahan juga. Sebenarnya bukan hanya beberapa bangunan dengan bentuk sama yang ada di sana. Ada rumah yang tampak cukup besar. Ada rumah yang berukuran kecil. Ada juga yang ukurannya sedang sedang saja. Ada berbagai macam wujud dan bentuk rumah di jalan itu. Menandakan bahwa lingkungan tersebut tidak hanya diperuntukan untuk satu saja kalangan. Yang membuat mereka semua sama hanya satu hal. Yaitu di mana semua rumah tersebut sama-sama tampak sangat gelap. Persis seperti jalan yang bagaikan terdapat di suatu kota mati ini. Tak ada satu pun lampu yang tampak menyala di bagian dalam maupun luar rumah-rumahnya. Membuat semua ketenangan di sana. Yang awalnya terasa sangat nyaman untuk mereka yang tumbuh di tengah hiruk pikuk perkotaan. Jadi terasa mengerikan tak ubahnya sebuah perumahan kosong yang tak ditinggali oleh satu pun orang. Duuukh... duukh... duukh… zzzrrkk… zzzrrkk… zzzrrrkk… Pemuda itu auto merinding disko kala mendengar hal ganjil dari tikungan yang akan ia lewati tak jauh lagi. DUUKH… DUUKH… DUUKH… ZZZRRKK… ZZZRRKK… ZZZRRKK… DUUKH… DUUKH… DUUKH… Karena curiga pada suara yang semakin lama terdengar semakin kencang. Tap tap tap tap tap tap tap. Ia tak ragu lagi semakin mempercepat langkah. Ingin segera keluar dari segala perasaan tidak nyaman. Khawatir juga sesuatu yang kurang baik tengah terjadi. Membuat nafas seperti dipaksa berhembus tidak karuan. HAaAKkH HAAaKKh HaAAkkH HaAAkKH HAaAKkh HaaAKkH HAAAKKH! "H’akh!" Deru nafasnya auto macet di kerongkongan. Kala menyaksikan sumber dari suara aneh yang membuat perasaan terasa tidak nyaman. Seperti ada teriakan yang secara tidak sengaja harus tertahan. Dukh. Kedua lututnya terjatuh di lantai. Air matanya menetes secara perlahan. Tapi, ia tidak bisa mengeluarkan sedikit pun suara untuk mencari pertolongan. Dari apa yang tengah ia saksikan. Terdapat lusinan, ah, mungkin ratusan lebih… orang yang berpasang-pasangan. Mereka berdiri saling berhadapan dengan pandangan mata super kosong. Di jalan lurus sejauh mata memandang. Dengan pakaian berwarna putih seluruhnya. Yang laki-laki menggunakan celana panjang putih dan atasan lengan pendek berwarna putih. Sementara yang perempuan menggunakan gaun putih sederhana yang terdapat bordiran di bagian bawahnya. Yang laki-laki berpasangan dengan yang laki-laki. Sementara yang perempuan dengan sesama perempuan. Usai saling menatap dengan raut datar. Mereka saling membentur-benturkan dahi antara satu sama lain. Duukh duukh duukh. Sekumpulan orang yang berasal dari berbagai usia. Tinggi badan mereka pun beragam. Yang lebih tinggi terpaksa menunduk untuk menyamakan posisi. Sementara yang lebih rendah berusaha menjinjitkan tubuh mereka. Apa yang sedang mereka lakukan??! Apa yang mereka perbuat satu sama lain??! Pertanyaan-pertanyaan bernada tidak percaya terus hantui perasaan. Namun, tak satu pun juga temukan jawaban. Orang-orang itu… dalam balutan pakaian putih yang tampak suci. Tengah melakukan hal yang mengusik sanubari. Merasa bisa kehilangan kewarasan jika terus menyaksikan ”ritual” atau apa pun yang tengah mereka lakukan. Segera kembali ia dirikan tubuh dan membalik badan. Berusaha termukan jawaban dari, apa yang harus ia lakukan? Namun, ketika hendak berhari secepat mungkin. Rupanya bukan hanya ia yang hendak bergerak. Sekumpulan manusia ”sakit jiwa” itu telah mendekatinya. Membuat pola lingkaran di sekitarnya. Tetap melakukan aktivitas membentur-benturkan dahi mereka. Pemuda itu tidak bisa berlari ke mana pun. Dengan panik dan nafas ngos-ngosan ia perhatikan semua orang di sekitar sana. Di mana jalan keluar? Apakah ada jalan keluar? Bagaimana cara melarikan diri dari situasi ini? Ia tentu tidak ingin berakhir jadi ”makhluk” yang sama dengan mereka. Sekalipun memiliki wujud manusia. Namun, bagian dalamnya telah ternoda hingga menjadi hitam kelam. ”Aku tidak peduli! Aku tidak peduli! Aku tidak peduli!” teriaknya berusaha mengukuhkan tekad. Berlari sekuat tenaga di antara sela-sela barisan manusia yang entah sedang lakukan apa. Ia tidak akan pernah bersedia terus berada di sana. Menyesuaikan diri dengan sikap tidak biasa mereka. Ingin mendobrak batasan sekalipun kenyataan tak perlihatkan celah untuk sebuah kesempatan. Drap drap drap drap drap drap drap. Ia larikan tubuhnya melewati sekumpulan manusia berpakaian putih dengan raut datar bagai boneka porselen Bruuakh braakh bruukh. Sesekali ia tabrak tubuh beberapa orang yang memiliki postur jauh lebih kecil. Tapi, mereka diam saja dan kembali berdiri. Kembali melakukan hal sebelumnya yang tak bisa ia pahami. Drap drap drap drap drap drap drap. Terus berlari. Kembali berlari sampai temukan jalan keluar dari sekumpulan rimba manusia yang keberadaan mereka sukses mendirikan seluruh bulu kuduknya. “Haaakkh… haaakkh… haaakkhh… Toloong… Tolong saya… Saya tidak bersedia…” Drap drap drap drap drap drap drap!!! Pemuda itu tetap berusaha keras melangkahkan kaki dengan cepat. Walau sudah tak bisa sampai pantas disebut berlari. Setidaknya ia sudah berusaha melakukan upaya terbaik yang ia bisa. Siiiing… Tiba-tiba suasana yang tadi cukup “gaduh” berubah menjadi begitu hening. Sangat hening sampai ia tidak yakin pada yang ia alami sebelumnya. Ah, syukurlah! Sudah pantaskah ia bersyukur? Ia angkat wajahnya yang tadi tertunduk. Kembali mengamati sekitar. Pantas saja suasana jadi begitu tenang. Lha wong mereka semua memang sudah berhenti melakukan aktivitas tidak jelas itu. Kini berganti hanya berdiri dengan postur punggung sedikit membungkuk. Menaruh pandangan dari mata bulat sekaligus tajam ke arahnya. Seorang pemuda yang ”bukan” siapa pun juga. ”HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKHHH!!!” teriaknya sekuat tenaga. Berusaha alirkan semangat dalam diri untuk bersikap kuat. Kembali ia langkahkan kaki untuk berlari. ”Tolong! Tolong! Tolong saya!” Ia memohon, berteriak sekuat tenaga. Entah pada siapa. Berusaha temukan keselamatan walau dalam situasi tak terlihat beri kesempatan. Ah. Untung saja tampaknya kesempatan itu tidak benar-benar tiada. Tidak jauh lagi ia melihat akhir dari sekumpulan orang gila. Tidak jauh dari lokasinya berada. Terdapat seorang ibu yang tengah berjalan dengan putrinya yang terlihat masih kecil. Mereka sedang mengobrol dan tampak sangat normal. Semoga mereka bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya dari ratusan orang aneh itu. Ia mendekati mereka. Berusaha berkata, "Bu, Bu, Bu, tolong, Bu! Mereka akan…" tunjuknya ke bagian belakang. Mengembalikan pandangan. Seketika tidak… ”Apa yang kamu saksikan, anak muda? Siapa mereka yang kamu maksud?” tanya wanita itu lembut. Super lembut sambal menaruh salah satu telapak tangan berjemari lentiknya ke salah satu pundak si pemuda. Tersenyum lembut di sisi daun telinga. Fuuuhh. Tanpa suara menghembuskan udara yang membawa kenikmatan. Duukh. Pemuda itu seketika tidak berdaya. Seluruh kekuatannya seolah telah dilucuti paksa. Tubuh perkasanya berubah jadi seperti boneka. Hembusan nafas wanita itu nyaris lumpuhkan sukmanya. Ia berkata, “Tidak, jangan di sini! Ini tengah jalan. Terlebih anak itu…” ”Siapa anak itu?” tanya si ibu-ibu. Melepas kebaya bagian atas yang ia kenakan. Menyisakan dua bukit kembar yang ditutupi sebuah bra. Aahh, tubuh tanpa noda. Telah membuat si pemuda lupa pada seluruh rasa takutnya. Terlebih kini hanya ada mereka di sana. Di tengah jalanan sepi tanpa suara. Akankah menjadi saksi bisu salah satu perjalanan kehidupan ”malamnya”? Padahal itu masih tengah hari bolong. Tapi, karena langit berawan membuat hawa tidak begitu panas. Hidup pemuda itu telah berubah begitu cepat. Dari sebuah teror menjadi kenikmatan tak terbatas. Si pemuda melepas kain jarik yang menutupi bagian bawah tubuh wanita tersebut. Batang kejantanannya telah berdiri tegak seperti telah berada di puncak. Padahal belum, belum, semua itu baru permulaan. Wajah wanita berkulit kuning langsat yang tadi tampak begitu menawan lagi terawat tiba-tiba berubah dengan cepat. Senyumnya yang kalem seketika berubah menjadi senyum lebar dengan deretan taring dari kiri ke kanan. Matanya yang lembut dan berbentuk indah seolah biji almond jadi semakin menyipit sampai tinggal satu garis saja. ”Haaa… haaa… haaa… haaakkhh… haaakkhh…” Si pemuda hanya bisa menatap tak percaya. Bagaimana wanita yang sudah “siap” menerima benihnya berubah menjadi sosok mengerikan. Tidak bisa dipercaya. Ketika hendak ia dirikan tubuh untuk melarikan diri… ”HYAAAAAAAAAAAAKKKHH!!!” pekiknya tak kuasa menahan rasa sakit. Seperti sesuatu tengan menjepit batang kejantanannya dengan kuat. Lubang penghasil kehidupan wanita itu mencengkram “sang pusaka” dengan erat. Bahkan melakukan hisapan yang tak bisa ia toleransi. Membuat tubuhnya jadi semakin terikat. Terus tertarik ke dalam pelukan ”maut” wanita itu yang lembut, namun menenggelamkan sampai tidak berbekas. ”Aaaa… aaaakk… aaaakkhh…” Wanita itu mendekatkan bibir lebarnya yang merah merekah ke salah satu daun telinga di pemuda yang wajahnya terjerembab di antara dua bukit kembar yang terdapat lelehan s**u cokelat di ujungnya itu. Berbisik lembut, ”Nafsu dan keserakahan akan menenggelamkan kamu ke dalam kegelapan tak berujung…” Dengan kesadaran yang semakin menipis. Juga pemandangan serta indera yang semakin mengabur. Melontarkan pertanyaan yang tak bisa terucapkan, Ada apa dengan kampung ini? Ada apa dengan situasi kampung ini? Ada apa dengan kehidupan kampung ini? ADA APA DENGAN PARA MANUSIA DI KAMPUNG INI SEBENARNYA?! Haaaa! Haaaakkkh! Khaaa! Khaaaakkhh! Tolong! Tolong! Tolong saya! Selamatkan saya! Saya mohon… ”Satu kali manusia memutuskan masuk ke dalam lubang tanpa dasar ini. Ia tidak akan pernah menemukan jalan untuk kembali,” bisik wanita itu lagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Menantu Dewa Naga

read
176.5K
bc

My Devil Billionaire

read
94.5K
bc

Marriage Aggreement

read
80.2K
bc

Scandal Para Ipar

read
692.7K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
859.4K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
622.7K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook