bc

Cinta Bersemi Dalam Kabut (Indonesia)

book_age18+
2.4K
FOLLOW
23.4K
READ
love-triangle
possessive
arrogant
drama
comedy
bxg
campus
city
first love
friendship
like
intro-logo
Blurb

Verlona tumbuh di dalam asuhan keluarga Eldana sejak usia enam tahun. Gadis kecil itu tumbuh menjadi wanita yang cantik.

Di tengah acara pertunangan kakak angkatnya, Erlando Eldana... Pria itu mendadak menyatakan perasaannya pada adik angkatnya tersebut! Verlona terusir dari kediaman keluarga Eldana lantaran Tuan Eldana tidak mau putra sulungnya menjalin hubungan dengan putri angkatnya tersebut. Sejak saat itu Verlona mulai berkeliling negara untuk melanjutkan studinya! Setiap studinya usai Tuan Eldana kembali mengusirnya pergi! Itu dilakukan untuk menjauhkan Verlona dari Erlando! Cinta yang tetap diselimuti dalam kabut.

Kisah menyakitkan akan dimulai! Di mana cinta tanpa restu hadir di sini! Pengkhianatan! Dan perpisahan! Dua hal menyakitkan ada di dalam kisah ini! Di dalam judul.. Cinta Bersemi Dalam Kabut!

Karya by Lalebinlubin Terbit 8 September 2020

F.B Lalebinlubin

Fp Lalebinlubin

chap-preview
Free preview
Ch-1 Hari pertama
Verlona memarkirkan mobilnya di tempat parkir, kemudian gadis cantik dengan kacamata hitamnya itu berlari masuk ke halaman kampus yang sangat luas itu. Kampus dengan dinding berwarna oranye. Gadis itu sangat terburu-buru karena jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit. Ketika masuk ke dalam dia melihat banyak mahasiswa dan mahasiswi berlalu lalang di depan kampus, juga di jalan-jalan setapak. "Bahkan aku tidak tahu di mana kelasku?" Bisiknya pada dirinya sendiri. Gadis itu terus berlari mencari kelasnya. "Begitu banyak gedung di sini, bagaimana caranya aku bisa langsung menuju ke kelasku?" Verlona menghapus keringat yang mulai membanjiri keningnya. Tidak lama kemudian, tatapan matanya tertuju pada tulisan yang ada di atas pintu. "Perpustakaan!" Tanpa tanpa ragu gadis itu berjalan menuju pintu tersebut. "Mungkin aku bisa bertanya pada petugas di sana!" Ujarnya penuh semangat. Nampak seseorang sedang membawa buku sambil sibuk memencet tombol pada layar ponselnya. Pria itu berperawakan tinggi, dan memakai baju rapi. Berwajah maskulin dan bersih. "Mungkin dia adalah salah satu petugas perpustakaan?" Bisik Verlona pelan. Terlalu banyak mahasiswa berlalu lalang di sekitarnya. Gadis itu penuh semangat maju ke depan tanpa rasa ragu sedikitpun. Saat jarak mereka tinggal sepuluh meter, seseorang berlari menabrak punggung Verlona dan menyebabkan gadis itu terjembab terdorong jatuh ke depan menabrak pria di depannya. Ponsel dalam genggaman pria itu jatuh ke lantai. "Kraaaak!" Verlona melihat ke bawah kakinya, tanpa sengaja high heels yang dia kenakan sudah menginjak ponsel tersebut dan ponsel itu kini berubah menjadi rempeyek ikan. Wajah merah padam dengan tangan gemetar pria itu memungut kembali ponselnya di atas lantai. Verlona segera mengangkat high heelsnya dari ponsel tersebut. Badannya membungkuk mencoba mengamati wajah pria itu, pria itu masih berjongkok menimang-nimang ponselnya yang telah hancur. "Pak?" Sapa Verlona dengan suara yang sangat pelan. Pria itu perlahan-lahan mengangkat kepalanya mendongak menatap wajahnya diam tidak menjawab sapaan dari gadis itu. Ponsel yang baru dibelinya pagi ini sudah jadi rempeyek ikan. Bahkan melihat dari kerusakan itu, sudah jelas benda pipih tersebut tidak bisa diperbaiki sama sekali. Ponsel yang sudah diincarnya ingin dia beli semenjak seminggu yang lalu. "Pak, saya akan menggantikan ponselmu." Ujar Verlona tanpa rasa bersalah ataupun meminta maaf padanya. "Apakah begini caramu meminta maaf setelah menghancurkan barang orang lain?" Tanyanya masih dalam suasana hati marah. "Ah, saya tidak sengaja. Dan tadi seseorang mendorong punggung saya hingga menyebabkan saya menabrak anda." Ujarnya sambil tersenyum mengeluarkan sejumlah uang dan meletakkan di genggaman pria itu. "Maaf saya sedang terburu-buru, jika uangnya kurang saya akan memberikan lagi. Ini nomor ponsel saya silahkan anda menghubungi saya." Ujar Verlona sambil berdiri dan berlalu masuk ke dalam perpustakaan. "Gadis yang tidak tahu sopan santun sama sekali!" Gerutu pria itu lalu berdiri menuju ke ruangan kelas tak jauh dari sana. "Pagi pak Erlangga." Sapa serempak seluruh murid dalam kelas tersebut. "Pagi semuanya." Sahutnya pada seluruh siswanya. Erlangga Kusuma, dia dosen muda yang sangat genius ahli kimia. Dia bekerja di kampus dan sudah tiga pekan dia mengajar. "Katanya ada mahasiswi pindahan dari Australia? Apakah dia sudah datang?" Tanyanya pada mahasiswa yang duduk di depannya. "Belum pak." Jawab mereka serempak. "Tak tak tak tak!" Seluruh siswa melihat ke arah suara. Seorang gadis cantik berkulit putih, berambut panjang dengan gaun selutut. Memakai kacamata hitamnya berdiri di ambang pintu. "Suiiit! suiiit!" Seorang mahasiswa bersiul riuh melihat kedatangan gadis cantik dalam kelasnya. Mata Erlangga terbelalak melihat gadis yang tadi membuat ponselnya hancur kini berdiri di dalam ruangan kelasnya. "Perkenalkan nama saya Verlona Eldana, saya mahasiswi pindahan dari Australia." Ujarnya sambil tersenyum membungkuk menaruh hormat pada seluruh siswa di dalam kelas. "Perkenalannya cukup sampai di sini, silahkan ambil tempat dudukmu." Ujar Erlangga memotong sesi perkenalan. Verlona menoleh ke arah suara yang terasa sedikit familiar dengan telinganya. "Pak dosen? anda pria tadi pagi kan?" Celetuk Verlona membuat terkejut seluruh mahasiswa di dalam kelas Erlangga. "Wah berani banget cewe Australia itu, dia gak tahu dosen kita terkenal dingin seperti kutub Utara?" Cerocos salah satu cowok yang duduk di bangku depan. "Kalau kamu tidak bisa bertingkah laku sopan dan sesuai aturan kampus, silakan keluar dari kelas saya!" Teriak Erlangga yang sudah tidak sabar melihat gadis tidak tahu aturan itu. "Ah, saya akan segera duduk. Permisi, boleh saya duduk di sini?" Tanya Verlona pada seorang cowok, dia duduk di bangku paling ujung dan di sudut belakang. Cowok itu menutupi wajahnya dengan poninya yang tebal sampai matanya tidak terlihat. Juga telinganya setiap waktu selalu di sumbat dengan earphone. Merebahkan kepalanya di atas meja tanpa peduli dengan sekitarnya. "Pantas nggak dengar, kupingnya disumbat gitu sih!" Gumam Verlona sambil menghenyakkan tubuhnya di kursi sebelah cowok itu. "Wah dia berani banget duduk sama si Aiden." Ujar beberapa orang yang duduk tak jauh dari bangku mereka. Aiden adalah cowok misterius yang selalu rangking satu di dalam kelas. Tapi tidak pernah mengikuti pelajaran di dalam kelas dengan serius. Mendengar kursi berderit di sebelahnya pria itu mengangkat kepalanya. Menoleh ke arah suara. "Siapa kamu?" Tanyanya sambil mengangkat poninya ke atas. Aiden sosok pria berkulit putih dengan hidung bangir rambutnya lurus acak-acakan. "Verlona." Ujar gadis itu pendek sambil menopang dagunya menatap ke depan, tidak perduli dengan pria di sebelahnya. "Siapa yang menyuruhmu duduk di sini?" Tanyanya lagi sambil melepaskan earphone dari kedua telinganya. "Cuma ini bangku yang tersisa, lalu aku harus duduk di mana jika tidak boleh duduk di sini?" Tanyanya sambil tersenyum sinis. Verlona tidak perduli dengan pandangan mata Aiden yang sejak tadi menghardik me arahnya. "Siap-siap saja terkena sial!" Ujarnya membuat gadis itu terperanjat melotot ke arahnya. "Apa sih maksudnya? Braak! kamu nyumpahin aku?!" Geram Verlona sambil menggebrak meja. "Itu yang duduk di belakang bisa tenang tidak?!" Teriak Erlangga kesal, sejak kedatangan gadis Australia itu kelasnya menjadi tak terkendali. Pelajaran berlangsung selama dua jam. Verlona bergegas merapikan kembali bukunya setelah mata kuliah selesai. "Ambil bolpoin kamu!" Ujar Aiden tanpa mengangkat kepalanya. "Kamu kalau bicara hadap ke sini bisa nggak? Nggak jelas banget jadi orang!" Gerutu gadis itu lagi. "Bolpoin apaan juga?" "Bolpoin kamu ada di bawah kakiku." Ujarnya lagi masih merebahkan kepalanya di atas meja. Verlona kemudian menundukkan kepalanya ke bawah meja untuk mencari bolpoin yang di bilang Aiden jatuh di bawah kakinya. "Mana sih? Nggak ada juga!" Bisik Verlona lirih. Dengan satu lompatan Aiden berada di luar bangku dan berjalan dengan santai menenteng tasnya. "Jangan-jangan! Woi kamu nipu aku ya?! Duk! akh! kepalaku! Dasar cowok gila! kurang kerjaan!" Teriak Verlona memaki Aiden yang sudah menghilang ke luar kelas. Verlona dengan geram mengeluarkan kepalanya dari kolong meja. Sambil mengusap ubun-ubunnya yang benjol. Saat kepalanya keluar dari kolong meja dia dikejutkan oleh Erlangga yang sudah berdiri di samping bangkunya. Erlangga berkacak pinggang menatap Verlona dengan geram. "Ah pak dosen." Sapanya sambil nyengir. "Ikut aku sekarang ke kantor!" Teriaknya sambil melotot ke arahnya. "Baik pak, tapi saya sepertinya sakit perut. Saya boleh kan ke toilet sebentar?" Ujar Verlona mencoba mencari alasan untuk kabur. "Boleh, asal kemarikan tasmu itu! Selesai dari toilet kamu bisa mengambilnya di kantor saya." Mendahului Verlona keluar dari ruang kelas. Gadis itu membatalkan niatnya untuk pergi ke toilet. Langsung mengekor di belakang Erlangga menuju kantornya

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.5K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.1K
bc

Dependencia

read
185.8K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
48.8K
bc

Mrs. Rivera

read
45.2K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.4K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook