bc

Alya's Journey (Peace)

book_age16+
11
FOLLOW
1K
READ
revenge
forbidden
time-travel
goodgirl
others
bxg
brilliant
mythology
high-tech world
like
intro-logo
Blurb

Kondisi bumi tidak lagi sama seperti dahulu, terutama setelah peperangan besar antar negara yang berlangsung begitu lama dan memakan begitu banyak korban jiwa. Bumi tidak lagi memiliki ratusan negara yang dulu saling bersaing untuk menjadi negara adidaya, karena sekarang bumi berubah menjadi 8 negara bagian yang memiliki kendali masing-masing atas pertumbuhan seluruh negara.

Namun itu bukan berarti mereka tidak memiliki ambisi untuk menjadi negara paling kuat, paling berpengaruh di antara 7 negara lainnya. Mereka hanya berpura-pura menjadi negara yang dengan senang hati membantu satu sama lain, menjungjung perdamaian yang entah memiliki arti seperti apa, karena pada kenyataannya akan selalu ada satu negara yang menjadi kacung untuk negara lain. 7 negara yang berkuasa, akan menguras apa yang dimiliki oleh negara kacung tanpa belas kasihan sedikit pun, negara yang kalah dalam perjanjian rutinan yang telah berlangsung selama ratusan tahun lamanya.

Dibalik kejadian-kejadian yang kian membingungkan, muncul sosok Alya yang terkenal kritis dan penuh dengan wawasan, menjadi sosok cerminan untuk ilmuwan-ilmuwan muda yang berada di negara bagian Timur, tapi di balik sikapnya yang terlihat sempurna, sosok Alya menjadi wanita yang diam-diam menarik satu persatu ilmuwan yang memiliki pemikiran yang sama dengannya untuk melakukan penelitian dan membuat teknologi untuk menjelajahi waktu, teknologi yang akan merubah nasib dunia di masa lalu terutama di masa depan.

Apakah bisa sosok Alya mencari perdamaian yang selama ini mereka idamkan?

chap-preview
Free preview
Prolog
Hai aku Alya Zenandara, perempuan yang selama ini di gaungkan akan menjadi penerus petinggi negara Timur karena keahlianku dalam merakit alat-alat menjadi barang berguna dan tentu saja karena otakku yang selalu berpikir kritis, tapi aku membenci saat harus menyandang kata petinggi pemerintahan di negara aku sendiri, bukan karena mereka tidak layak tapi dunia saat ini terlihat lucu di mataku, apalagi setelah perang besar umat manusia, perang yang setidaknya sudah merenggut berjuta-juta manusia tidak bersalah. Bayangkan saja sekarang ini aku harus berdiri di bawah tekanan manusia, kehidupan aku benar-benar terbatas, komunikasi dengan semua orang terganggu, dan yang lebih parahnya lagi, aku sama sekali gak mengenal apa itu dunia luar selain dari negara aku sendiri! Ibarat kata aku hanya akan hidup menjadi kacung pemerintah, bahkan untuk menentukan nasib pun aku gak berhak sama sekali! Lucu bukan saat kita ingin mencoba hal yang baru di luar keinginan pemerintah, bukan pujian yang akan kita dapatkan tapi yang ada kita akan diberi obat yang membuat kita tidak bisa melakukan apapun selain menunggu ajal kita datang! Aku hidup di masa kritis dunia, aku bisa sebut seperti itu karena di tahun aku berusia 26 tahun adalah puncak dari banyak hal yang benar-benar di luar nalarku sendiri! Peraturan pemerintah yang dulu aku rasa mengekang, anehnya di tahun itu terasa bebas, tapi ternyata itu hanya manipulasi pemerintah yang tidak bisa aku hindari. Satu persatu kebohongan pemerintah yang selama ini di sembunyikan, terbongkar di mata publik, tentu saja itu semua tidak lepas dari kerja kerasku dan yang lain untuk menyelidiki keanehan pemerintah, bahkan selama menyelidiki kejanggalan, aku tercengang dengan begitu banyak data yang selama ini dimanipulasi oleh orang yang harusnya kami percayai! Untung saja aku masih dikelilingi orang-orang yang setia mendukung pilihanku selama ini, bahkan saat nyawa mereka harus dipertaruhkan agar aku bisa selamat, mereka tetap melakukannya. Orang yang benar-benar berjasa untuk aku selama ini tentu saja Fincent Jauhari, laki-laki yang tangguh dan hebat di satu waktu, dia rela berjuang di samping aku, memanipulasi pemerintah dengan semua data palsu yang sudah ia buat jauh-jauh hari demi menyelamatkan aku. Dia orang pertama yang membuat aku merasa akan tetap hidup di bawah tekanan manusia di negara aku sendiri, dia bisa membuat aku yakin kalau dunia yang aku idam-idamkan sebentar lagi akan terwujud. Benar kata Fincent kalau dunia akan berubah jika ada penggeraknya, dan aku bangga menjadi penggerak untuk sebuah komunikas kecil yang selalu aku anggap mereka sebagai rumah di kala aku lelah dengan dunia. Aku bisa tetap menampilkan sisi lemah dari sisi kuat aku selama ini di depan mereka, ya sebuah hal yang bisa aku banggakan selama hidup ini. Aku yakin kalau perjuangan ini gak sia-sia, dunia yang selama ini aku bayangkan dengan keadilan mereka, perlahan mulai terbentuk, dan kebebasan yang aku idam-idamkan perlahan aku rasakan. Saat ini aku berdiri di lantai teratas pusat pemerintahan, melihat suasana kota di negara Timur yang jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, bayang-bayang saat masa aku berjuang perlahan mulai kembali bisa aku ingat, teriakan dan jeritan, bahkan suara dentuman bom dan lecutan pistol masih terekam sempurna dalam memori otakku. Masih teringat jelas saat aku dan yang lain harus menyelinap keluar, berlari tidak tentu arah tanpa ada makanan yang kami bawa sedikit pun, rasanya benar-benar menegangkan. “Ini dokumen yang selama ini kita cari bukan?” salah satu temanku berteriak dari arah lorong kiri dengan map hitam di lengannya. Aku mengangguk dengan yakin, membuka lembaran surat yang tidak seharusnya aku baca, “Ini bisa jadi bukti ke warga kalau kita sekarang dalam bahaya! Perang dunia ke-empat mungkin sebentar lagi bakal terjadi!” “Jangan panik!” teriak laki-laki yang berada di sampingku saat suasana berubah menjadi ricuh, “kita perlu membawa warga ke tempat yang aman, inget desa yang kamu ceritain waktu itu Al?” aku mengangguk, “aku dan yang lain udah berjaga-jaga bikin benteng kuat di sana, kita bakalan lebih aman untuk hidup sementara di tempat itu!” “Lupa kalau sekarang kita jadi buronan 8 negara?” desis saat berjalan di tengah gelapnya malam di hutan negara barat, berjalan mengendap-endap. “Gue tau kok Al, gak usah sewot kayak gitu dah. Untung aja ini gelap, kalau gak---“ Aku langsung membekap mulut biadab dia, “Gak usah ngomong yang aneh-aneh deh! Ini di hutan, dan kita gak tau kita bisa tetap hidup atau engga!” “Hahaha gue yakin muka lu udah memerah karena malu, sayang ini malem jadi gue gak bisa liat muka lucu lu karena malu hahaha.” “Sekarang kita ada di mana? Ini kayaknya bukan bumi deh,” lirihku yang berjalan semakin jauh dari tempat aku datang, suara-suara hewan malam terdengar nyaring. Tiba-tiba aku di sergap sekumpulan serigala liar, “Mampus aku bakal mati di tempat yang aku gak tau sama sekali, ya ampun.” “Dia sepertinya bukan seperti kita Alfa,” salah satu serigala di barisan utama tiba-tiba berbicara. Aku membelalakkan tidak percaya dengan yang aku dengar sekarang, “Kalian bisa bicara kayak aku? Sebenernya aku ini lagi di mana?” tanyaku frustasi! “Ini penemuan hebat Al!” teriak laki-laki dengan kacamata hitam, dia melepaskan kacamata yang ia kenakan, meletakkannya di atas meja kerjaku, “emang gak perlu aku ragukan lagi.” “Jelas dong kak, kak Alya udah bekerja keras agar alat ini bisa segera selesai!” “Ini bukan kerja keras aku sendiri, tapi banyak orang yang udah bantuin aku sampe bisa di titik ini, makasih banyak ya kalian emang luar biasa.” “Embrio di lab kanan nunjukin perkembangan kak!” teriak perempuan berkuncir kuda, dia berlari dengan senyum yang mengembang di wajahnya. “Bukannya cairan yang kemarin itu gak berhasil?” tanyaku keheranan. Dia mengangguk, “Harusnya kayak gitu kak Al, tapi tadi waktu kita mau mengeluarkan embrio, detak jantungnya terdeteksi kak di layar monitor. Makanya sekarang kita perlu untuk analisis alatnya lebih jauh, seenggaknya sekarang banyak nyawa yang bisa kita selamat kan kak!” “Aku juga berharap kayak gitu, semoga aja.” “Serius ini bumi?” tanyaku tidak percaya, masalahnya manusia-manusia yang aku temui benar-benar berbeda dengan manusia di jaman aku. “Lah lu ngelucu ya? Ya iyalah ini bumi, masa Mars, gak lucu. By the way nama lu siapa?” aku mengerutkan dahi bingung dengan cara dia berbicara. “By the way itu apa? Sejenis nama orang atau apa?” Perempuan yang aku temui malah menatap balik dengan tatapan heran, “Lu hidup di tahun berapa sih? Atau jangan-jangan lu itu manusia purba yang baru dihidupkan lagi? Tapi gak mungkin juga sih bisa sampe kayak gitu. Lu hidup di negara mana? Hello by the way itu artinya ngomong-ngomong, elah wong deso banget lu!” “Tolong bicara dengan kalimat yang benar, aku bingung kamu itu ngomong apa.” Perempuan itu langsung meletakan lengannya di dahi, menggeleng setelah beberapa saat. “Asli ya gue bingung lu itu manusia jaman apa? Orang gue udah ngomong dengan kalimat yang bener, maunya lu itu gue ngomong pake bahasa gimana sih! Heh kalau orang lain yang nemuin lu dengan cara lu kayak gini, gue jamin lu bakal di amuk!” “Jadi ini Indonesia ya?” mereka mengangguk dengan pandangan aneh, “bahasanya sama kayak bahasa di negara aku, kalau di bumi ini ada berapa negara?” “Tahun ini ada 193 negara, emangnya di tahun kamu ada berapa negara? Harusnya sih tetep sama jumlahnya kalau gak sama pun, ya beda-beda tipis lah sama yang sekarang jumlahnya.” “Wow banyak banget ya, keren-keren. Kalau nanti jumlah negara itu cuman 8, dan itu juga mewakili dari beberapa bagian kehidupan,” jelas dengan senyum tipis. “Seriusan cuman 8 negara? Gila aja kalau cuman segitu, bumi itu luas loh, masa iya cuman dibagi sama 8 negara doang,” pekik perempuan berkacamata bulat di ujung meja. “Emang iya cuman ada 8 negara bagian, nanti ada perang besar tapi gak tau pasti kapan itu bakal terjadi, karena bisa jadi masa depan udah berubah karena aku.” “Ada perang? Maksudnya perang dunia ketiga gitu?” aku mengangguk, “Gila aja! Bakal se-kacau apa dunia kalau beneran ada perang dunia ketiga, jangan ngadi-ngadi deh lu.” “Aku ngomong sesuai fakta yang ada, kalau nanti emang bakalan ada perang tapi kita bisa ubah kok biar itu gak sampe terjadi, tapi aku gak yakin sih.” Perempuan di sebelah kananku langsung memegang lenganku, “Kalau sampe itu terjadi, berarti lu gak bakalan ada dong di dunia ini.” “Iya bener kalau kayak gitu gak ada Alya dong nantinya di masa depan,” timbal perempuan lain. Aku tersenyum tipis, “Gak masalah kalau sampe aku gak ada di dunia, setidaknya dunia baik-baik aja dan gak bakalan ada peperangan yang terjadi.” “Kamu udah balik Al, gimana hasilnya?” aku meletakan jas lab yang aku kenakan, berpura-pura berwajah masam seperti tidak ada harapan, “kita gagal merakit mesinnya?” “Engga dong!! Kalian udah luar biasa nemenin aku, masa iya gagal! Kita berhasil! Mesin perjalanan waktu ini berhasil dengan sempurna!” “Seriusan? Kita bisa menjelajahi waktu? Serius!!” “Al kita sekarang udah gak tau arah lagi, bisa jadi di ujung hutan ini ada pengawal atau pengawas dari negara Utara yang siap nembak kita Al,” rengek perempuan di belakangku. “Tenang, kita masih ada rencana B kan buat menipu pergerakan mereka bukan?” “Anjir gue sampe lupa kalau kita punya rencana B!” “Biasalah kalau di otaknya cuman ada Alya, ya jelas semua itu bakal di lupain.” Aku tersenyum simpul, ternyata udah sejauh ini perjalanan aku untuk bisa mendamaikan bumi, meski pun memang aku gak bisa menghentikan kejadian perang besar itu, seenggaknya mulai tahun ini, aku masih bisa berjuang membuat dunia jauh lebih damai dari sebelumnya! Dan ya, ini perjalanan aku dengan yang lain dalam mencari perdamaian.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
310.8K
bc

f****d Marriage (Indonesia)

read
7.1M
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
199.7K
bc

Destiny And Love

read
1.5M
bc

Over Protective Doctor

read
474.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook