bc

Hijabku Bukan Topengku

book_age12+
915
FOLLOW
6.7K
READ
playboy
scandal
drama
sweet
no-couple
bully
nerd
highschool
first love
friendship
like
intro-logo
Blurb

Berapa ribu cara telah dilakukan, semuanya tidak pernah lenyap. Seakan berbalik, dalam sekejap kamu menarikku dalam pelukan.

*Rafael Bryantara

Kamu sama saja seperti wanita-wanita diluaran sana, memakai hijab hanya untuk dijadikan topeng. Kebaikanmu adalah keburukanmu. Keburukanmu tetap keburukanmu. Tidak ada dasar keburukan adalah kebaikan.

*Rafael_Bryantara

Buka matamu, gunakan perasaanmu jangan gunakan masa lalumu. Apa yang melekat pada tubuhku, itulah sebenarnya jati diriku.

*Pradita Wulandari

ini dunia tapi tak seindah surga, ini cinta tapi bukan sebuah rasa. Semuanya sungguh terlihat keliru, begitu mudahnya tergoda sesuatu yang baru.

*Rafael Bryantara

Maaf, ini hanyalah derita yang tak kunjung menjadi cerita.

*Rafael_Bryantara

chap-preview
Free preview
PROLOG
Hai! Kenalin namaku Pradita Wulandari, orang-orang biasa menyebutku Dita. Aku baru saja duduk di bangku kelas 2 SMA dan baru pindah dari Bogor ke Jakarta seminggu yang lalu. Hari ini adalah hari pertamaku sekolah disekolah baru, asing, sekaligus luar biasa. Pasalnya sekolahku kali ini di Jakarta adalah sekolah terfavorit dan mungkin yang bersekolah disana hanya orang-orang cerdas, berprestasi dan kaya raya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, teman-teman baru dan suasana baru. Tok tok tok "Dita?? Ayo sayang sarapan dulu." panggil mama di balik pintu kamar "Iyaaa maaa sebentar. Dita beresin buku-buku dulu." teriakku "Yasudah mama tunggu kamu dibawah yah? Kamu cepet nyusul." "Iyah maaa." Jawabku yang sibuk membereskan buku-buku untuk dibawa ke sekolah karena aku tidak ingin dihari pertamaku sekolah ada masalah. Setelah selesai dengan buku-buku aku langsung turun kebawah menemui mama untuk sarapan. Karena hari ini papaku sedang dinas keluar kota. jadi, aku hanya sarapan berdua bersama mama. "Lama sekali! Cepet sarapan nanti kamu terlambat." ucap mama sedikit kesal "Iyah ma." jawabku dan buru-buru menghabiskan sarapan Setelah sarapan selesai aku langsung berangkat ke sekolah. Aku diantar oleh pak Diman supirku. Saat ditengah perjalanan tiba-tiba saja Ramai sekali orang-orang yang sedang berkerumun didepan sana yang menyebabkan jalanan macet. "Itu ada apa yah pak?" Tanyaku penasaran "Gak tau non." ucap pak diman sambil melihat kedepan mencoba melihat apa yang terjadi dan terus membunyikan klakson. "Haduhhh gimana dong pak bisa-bisa saya terlambat." ucapku cemas karena jam sudah menunjukan pukul 07:15 "Iyah non sebentar bapak liat dulu kedepan. semoga aja bisa kondusif." Ucap pak Diman keluar dari mobil Tak lama kemudian pak Diman kembali ke mobil dan langsung melajukan mobilnya kembali. "Tadi itu ada apa pak?" Tanyaku yang masih penasaran "Oh itu tadi ada yang meninggal non." "Siapa pak?" "Ga tau bapak juga kelihatannya sih anak sekolah gak tau sekolah mana. Yang jelas sih dia itu laki-laki. Wajahnya juga tidak bisa dikenali karena banyak darah di wajahnya." "Meninggalnya karena apa pak? Ko sampai tragis gitu." "Bapak denger sih kena bacok dikepalanya karena tawuran antar pelajar." ucapnya menjelaskan "Astagfirullah." aku yang mendengar itupun langsung bergidik ngeri. Masih ada ternyata mahasiswa seperti itu dinegara hukum ini. ~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~ Tak lama aku sampai di sekolah. Saat berada didepan pintu gerbang terpampang jelas nama "SMA BRYANTARA". Diluar saja sekolah itu sudah kelihatan luar biasa apalagi saat melihat kedalam pasti sangat-sangat luar biasa. Saat gerbang akan ditutup aku baru sadar dan langsung buru-buru berlari untuk masuk kedalam sekolah. Untung saja aku bisa menyelip masuk ke gerbang sekolah karena badanku yang kurus tapi tidak terlalu kurus bisa dibilang langsing. Wkwk biar kedengerannya bagus gitu! "Wahhhhhhhhhhh" ucapku tak berkedip melihat bangunan dengan ukiran-ukiran indah. Sekolah ini seperti sekolah terbaik, termewah dan terfavorit di dunia. Semacam Oxford University Inggris. Namun, yang membedakannya arsitek bangunan ini terlihat lebih modern. Tidak seperti sekolah ku dulu yang terlihat biasa saja. Disepanjang jalan menuju ke ruangan guru orang-orang memandang ku aneh. Aku tidak mengerti kenapa mereka memandang ku seperti itu. "Siapa dia! Hei siapa diaa! Siapa dia!" bisik orang-orang terdengar samar ditelingaku. Aku tidak menghiraukan tatapan dan bisikan orang-orang terhadapku dan terus saja berjalan santai. Saat aku berjalan sambil bersenandung langkahku terhenti tatkala melihat segerombolan laki-laki yang kira-kira ada 5 orang sedang dihukum ditengah lapangan dengan hormat ke bendera merah putih di bawah panasnya terik matahari. "Kenapa mereka? Sampai dihukum seperti itu?" batinku sambil menatap heran ke arah mereka. Saat aku sedang menatap mereka. Salah seorang laki-laki itu menatapku tajam. Aku takut dan langsung buru-buru pergi. Dia melotot seperti itu mirip seperti monster menurutku. Tok tok tok "Assalamualaikum, permisi." ucapku mengetuk pintu ruang guru. "Waalaikumsalam, silahkan masuk." ucap salah seorang guru. Aneh nya kenapa guru-guru disini tidak memakai hijab. Kalau anak muridnya sih gak apa-apa lah ini gurunya. Disekolah ku dulu rata-rata gurunya memakai hijab. Kan ini indonesia jakarta mayoritas muslim kenapa tidak memakai hijab padahal mereka muslim. Memang benar menurut alquran jika wanita nanti banyak yang masuk neraka dibanding laki-laki. Dan mungkin karena itu. "Iyah bu." akupun segera masuk. "Kamu Dita kan? Siswi baru pindahan dari Bogor." tanyanya tersenyum ramah "Iyah bu." "Baiklah ayo saya antar kamu ke kelas." Akupun bergegas mengikuti guru tadi mengekorinya dari belakang untuk masuk ke kelas ku Jurusan MIPA. "Permisi Bu? Maaf menggangu." "Iyah bu tidak apa-apa, ada apa yah?." ucap guru yang sedang mengajar "Ini saya bawa siswi baru?" "Oh iyah, ayo silahkan masuk." ajak guru yang sedang mengajar itu yang ku tau namanya Bu Ratna dari nametag yang ia pakai. "Baiklah saya permisi dulu." ucap guru yang mengantar ku ke kelas dan berlalu pergi. Saat aku masuk kedalam kelas pun sama seperti saat aku masuk ke dalam sekolah ini. Dengan bervariasi tatapan. "Anak-anak perkenalkan ini siswi baru disekolah kita sekaligus kelas ini. Ayo silahkan kamu perkenalkan diri kamu." ucap bu Ratna mempersilahkanku "Perkenalkan namaku Pradita Wulandari kalian bisa memanggilku Dita. Umurku 16 tahun dan pindahan dari Bogor." Jelasku berusaha tersenyum semanis mungkin "Hai Dita." sapa orang-orang malas. Ah aneh sekali. Aku merasa aku bukanlah anak yang diharapkan disekolah ini. Untuk apa aku peduli? Toh lagian aku baru masuk sekolah ini. "Oke dita kamu silahkan duduk di sebelah sana." ucap bu Ratna sambil menunjuk bangku yang kosong. Berada di pojok kanan bangku ke tiga. Akupun berjalan menuju bangku itu dan duduk mengikuti pelajaran matematika hari ini. Ting ting ting Terdengar suara bel tanda istirahat. Orang-orang di kelas pun segera berhamburan keluar terkecuali aku. Aku hanya duduk sambil membaca novel. Aku malas untuk istirahat karena tidak ada teman untuk kekantin. Mungkin mereka belum bisa menerimaku dan membutuhkan waktu "Hai kenalin namaku Rita." sapa seseorang lalu menjulurkan tangannya kepadaku untuk bersalaman. Kulihat dulu penampilannya, takut-takut dia itu wanita jahat seperti yang biasa aku lihat dalam sinetron. Namun, sepertinya ia orang yang baik. "Hai Rita." ucapku antusias karena ada seseorang yang menyapaku "Kok kamu tidak istirahat ke kantin?" Tanyanya heran "Mmmm aku tidak ada teman ke kantin." ucapku lesu. Karena memang kenyataannya seperti itu. Tidak ada orang yang berani bertegur sapa denganku. Entah kenapa alasannya, Kecuali ya satu orang ini! "mau ke kantin denganku?." tawarnya... "Mmm tidak lah lain kali saja, lagipula sebentar lagi juga masuk." jawabku melihat jam yang bertengger di pergelangan tanganku. "Yasudah. Aku juga tidak pergi kekantin." ucapnya aku hanya mengernyitkan kening bingung. Lalu dia mengambil duduk disampingku. "Dita aku mau tanya sesuatu boleh?" lanjutnya "Boleh, tanyakan saja Insyaallah aku siap menjawabnya." Sebenarnya aku penasaran juga. Siapa tau dia akan berbicara yang menjurus pada sikap orang-orang terhadapku "Kenapa kamu memakai hijab disekolah ini?" tanyanya Penasaran "Apa ada yang salah dengan hijabku ini?" tanyaku heran. Karena dia menanyakan sesuatu yang diluar dugaanku. "Tidak ada yang salah. Hanya saja kalau anak pemilik sekolah ini tau mungkin saja kau akan habis karenanya." jelasnya serius. Habis? Sungguh-sungguh aku masih bingung dengan ini semua "Hijab? Anak pemilik sekolah? Maksudnya?" "Iyah, jadi anak pemilik sekolah disini itu tidak menyukai jika ada anak murid atau guru yang memakai hijab. Jika dia tau mungkin saja dia akan mempermalukan atau sampai menghabisinya. Seperti anak murid dan guru yang sudah-sudah. Ada beberapa diantara mereka yang jatuh dirumah sakit, ada yang berhenti, dan ada juga yang sampai meninggal." Aku bergidik ngeri mendengar cerita dari Rita "ishhh ko bisa seperti itu? Kenapa dia sampai bisa membenci hijab?" tanyaku masih penasaran "Yang aku tau sih karena suatu kejadian yang akupun tidak tau kejadian apa. Sebaiknya kamu berhati-hati saja aku takut kamu juga terkena masalah karena hijabmu." ucapnya serius dan khawatir "Iyah terimakasih, kamu sudah mengingatkanku."ucapku tersenyum "Iyah sama-sama, apa sekarang kita teman?." tanyanya tersenyum "Tentu saja mulai hari ini kita teman kalau bisa ga usah jadi teman tapi sahabat." ucapku tertawa senang "Hehe baiklah apa aku perlu catat tanggal, bulan, tahun, hari, jam kita berteman?." ucapnya terlihat bahagia "Catat saja jika itu perlu." jawabku tak kalah senang "Hehe, oke aku akan catat itu." Anak pemilik sekolah? Hijab? Pantas saja tadi orang-orang memandangku aneh ternyata karena itu." batinku sambil terus memikirkan apa yang diucapkan Rita.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Love Match (Indonesia)

read
173.0K
bc

Wedding Organizer

read
46.7K
bc

Chandani's Last Love

read
1.4M
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.5K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
311.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook