bc

Some

book_age0+
4.4K
FOLLOW
56.2K
READ
friends to lovers
student
comedy
sweet
EXO
like
intro-logo
Blurb

Menyatukan dua hati jelas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan ketika dua hati itu sudah saling mencintai. Karena cinta bukan hanya soal perasaan. Tindakan dan kata-kata juga diperlukan di dalamnya. Menemukan Tara adalah kebetulan terbaik yang pernah Alvan alami. Tapi kebetulan hanya akan menjadi kebetulan, apabila tidak ada usaha untuk menjadikannya milik.

These day, I hate hearing that I'm just like a friend.

chap-preview
Free preview
chapter 1
ALVAN mendengus saat melihat suasana di sekitar mading dipenuhi sesak oleh murid-murid yang berebut ingin melihat daftar pembagian kelas. Ya, semester baru sudah di mulai dan ini adalah semester ke 5 Alvan duduk di bangku SMA, itu berarti Alvan kini resmi menjadi murid kelas dua belas alias kakak tingkat akhir. Bukannya ikut mengantri untuk melihat daftar kelas, Alvan justru memilih pergi menuju kantin. Saat sampai di kantin, Alvan menemukan dua sahabat karibnya sedang asyik duduk di pojokan kantin sambil menikmati masing-masing semangkuk soto ceker. Good, mereka memang sangat cocok bersahabat. Bahkan tanpa janjian, mereka punya insting untuk sama-sama bertemu di kantin. "Udah gue duga lo berdua kaga bakalan ikut desek-desekan di mading," ucap Alvan sambil menjatuhkan bokongnya di atas kursi plastik kantin. Haryo yang sedang menyantap kuah sotonya hampir tersedak karena ingin menjawab ucapan Alvan. Dengan cepat Nino menyodorkan gelas es teh manis milik cowok berwajah bule itu dan dengan cepat langsung ia teguk tanpa terkecuali. Setelah merasa lebih baik, Haryo berujar, "lah lo juga toh, bukannya antri malahan kesini! Tau darimana kita disini?" "Ikatan batin, nyet, lagian ogah amat gue desek-desekan di sono, entar cewek-cewek pada modusin gue, eh gue  disuruh tanggung jawab macarin mereka, lagi!" jawab Alvan cuek. Haryo berdecih. Memang benar, Alvan ini cowok most wanted di sekolah ini. Terima kasih kepada Papanya Alvan yang punya wajah sebelas-dua belas sama Chace Crawford, alhasil wajah Alvan ini tercetak gak beda jauh dari Papanya. Bukannya Haryo iri atau bagaimana, kalau dibandingkan wajahnya dan Alvan jelas Haryo lebih unggul. Wajahnya 'bule' banget, thanks to his Dad yang memang orang Inggris asli. Tapi sepertinya, cewek-cewek di sekolah mereka ini tidak hanya menilai cowok hanya dari segi tampang saja. Buktinya, dengan wajah bule ganteng Haryo, tidak membuat cewek-cewek menjadikan dia most wanted boy di sekolah. Hanya karena satu hal. Haryo punya logat Jawa yang sangat medhok. Kalau untuk satu ini, thanks to his Ibu dan Eyangti yang menanamkan logat kental tersebut kepadanya sejak dia lahir. Meskipun sekarang Haryo tidak lagi mencampur aduk bahasa Indonesia, Inggris dan Jawa dalam satu waktu, tapi logat medhoknya masih terus terbawa dan susah sekali hilang. Akhirnya Haryo hanya bisa pasrah karena hampir tiga tahun ini lebih dikenal sebagai 'bumed' alias bule medhok. "Najis lo, Van." "Heh, Haryo, bilang Yangti nih ya ngomongnya najis-najis." ancam Alvan sambil bercanda yang membuat Haryo seketika bungkam. Kalau sudah bawa-bawa Eyangti bawaannya Haryo memang takut. Pasalnya, nenek dari pihak ibunya itu adalah model Eyang-Eyang Jawa yang sangat ketat soal tata krama. Intinya, kalau Haryo ditanya lebih takut jomblo lama apa Eyangti, jawabannya adalah Eyangti. Karena kalau Haryo berani melawan Eyangti, dia bisa disumpahin jadi jomblo seumur hidup. Kan ogah. "Ah Van, curang lo, pake acara bawa-bawa Yangti." dumel Haryo sambil menggeser mangkuk sotonya yang sudah ludes dari hadapannya. "Mana kuat gue bawa-bawa eyang lo, berat tau!" jawab Alvan sambil tertawa karena melihat reaksi sahabatnya itu. Nino yang sejak tadi tidak ikut bicara akhirnya nimbrung. "Berat apaannya Van? Yangti-nya Haryo kan kurus?" "Kondenya! HAHAHAHA." "Sialan lo, Van!" Tawa Nino dan Alvan kemudian mengisi hampir ke sepenjuru kantin yang kosong tersebut. Memang hanya mereka saja yang ada di kantin, mengingat hari ini bukanlah hari sekolah, murid-murid datang ke sekolah hanya untuk mengembalikan buku paket semester lalu dan melihat pembagian kelas. Yang berjualan di kantin juga hanya kios soto-nya Pak Abdullah dan warung minuman Bu Siti dikarenakan rumah sepasang suami istri itu tidak begitu jauh dari sekolah, makanya mereka memutuskan untuk berjualan. "Tra, Putra!" seru Alvan saat melihat satu teman dekatnya lagi melintasi kantin. Putra menoleh dan mendapati tiga temannya sedang menyengir lebar di kantin yang nampak lengang, dengan segera cowok berwajah agak chinese itu menghampiri ketiga temannya. "Si kampret gue line pada kaga ada yang bales, taunya lagi pada mojok." "Iya nih lagi threesome, kalo lo join jadi foursome." ujar Alvan dengan nada genit menggoda yang langsung dihadiahi Putra sebuah tempelengan. "Ngaco." "Lo abis liat daftar kelas, Tra?" tanya Nino saat Putra menjarah gelas es teh manisnya dan tanpa minta izin terlebih dahulu langsung menenggaknya sampai ludes. Bahkan sampai ke es batunya pun tidak luput dari jarahan cowok sipit itu. Putra mengunyah es batunya menimbulkan bunyi krauk krauk dan Alvan yang berjengit ngilu sambil menutup kuping. "Ah gila lo, Tra, ngilu nyet!" serunya kesal sambil mendorong asal bahu Putra. Alvan memang agak sensitive dengan suara-suara decitan. Mulai dari decitan gigi dengan es batu, decitan ban motor yang kurang minyak, decitan laci meja komputer lab yang susah ditarik dan yang paling parah adalah bunyi decitan gabus yang digesek bersamaan. Rasanya Alvan mau pingsan saja kalau mendengarnya. Dan parahnya, ketiga temannya itu justru sangat suka menggoda Alvan dengan kelemahannya tersebut. Contohnya seperti Putra sekarang. Putra mengabaikan reaksi Alvan yang sudah seperti lintah dikasih garam, menggeliat-geliat tidak jelas. Dia lebih memilih menjawab pertanyaan Nino. "Iya No, anjir gue dapet kelas IPA 2." "Mampus. Wali kelasnya kan ma'am Laras!" seru Alvan. "Emang wali kelas kaga di rolling juga apa?" tanya Putra setelah es batu dimulutnya sepenuhnya habis. Begitu dia ingin mengambil lagi, semua es batu di gelas sudah Alvan tuang ke mangkuk soto bekas Nino. "Setau gue kaga deh, ya buat apa gitu wali kelas di rolling kan anak muridnya juga ganti-ganti," jawab Nino. "Curang banget ya, masa murid doang yang diacak." "Sudahlah Tra, ya terima nasib lo itu! Masih syukur cuma dapet ma'am Laras ya--" "By the way lo sekelas sama gue, Yo." potong Putra. "--ya ndak adil lah, masa muridnya doang yang diacak!" seru Haryo tidak terima, seolah tadi dia sama sekali tidak berucap sok bijaksana. "Yeee dasar bumed! Pencintraan mulu." ledek Alvan sambil menempeleng kepala Haryo. "Heh, elo Van, nempeleng-nempeleng kang mas Haryo entar disunat Yangti baru tau rasa!" entah ini maksud Nino membela atau justru meledek Haryo yang jelas ucapannya berhasil membuat tiga cowok itu--minus Haryo--terbahak. "Lo liat kelas gue sama Alvan gak, Tra?" tanya Nino kepada Putra setelah tawa mereka agak mereda. "Liat, No lo misah sama Alvan. Alvan sekelasnya sama Fadhil." "Yes!" "Ah kampret." "Yaudahsih No, sama aja kok, si Alvan bakal sendirian juga selama seminggu, kan Fadhil masih dirawat." Ucapan Putra berhasil membuat wajah bahagia Alvan kembali murung. "Oh iya si pea itu lama banget sembuhnya dah ah! Sian banget liburan malah nangkring di rumah sakit." "Satu lagi Van, lo sekelas sama Ify." "Hah?" "HAHAHAHAHA. Mampus, lo lebih menderita daripada Putra sama Haryo yang dapet wali kelasma'am Laras!" Haryo mengernyit. "Ify? Hah? Ify mantan lo, Van?" "Mantan yang cuma jadian tiga hari padahal pdktnya tiga bulan!" lanjut Putra "Yang mutusinnya lewat chat Line. HAHAHA!" tambah Nino agar semakin lengkap. "anjir lo pada!" Kuping Alvan memerah. Mengingat soal mantan terakhirnya satu itu membuat Alvan malu. Iya, pasalnya waktu Alvan menembak Ify itu cukup jadi berita heboh satu sekolah. Semua karena aksi nekat Alvan yang menembak Ify di depan umum. Persisnya adalah saat Alvan sedang bermain futsal mewakili kelasnya dalam acara class meeting pasca ulangan umum. Dan aksi sok romantis Alvan itu ternyata hanya menghasilkan hubungan selama tiga hari. Ya jelas Alvan malu lah. Makanya Alvan juga sebisa mungkin jauh-jauh dengan makhluk berspesies cewek bernama Ify itu. Tapi sayang, takdir berkata lain. Alvan malah harus menghabiskan masa-masa tingkat akhirnya di SMA dalam satu kelas yang sama dengan Ify. Ini lebih gawat daripada saat Mamanya marahin Alvan karena Alvan begadang main PES. Atau saat Papa marah gara-gara Alvan ngadu ke Mama kalau Papa masih suka main starcraft di laptop. Atau saat keduanya marah saat Alvan bikin Maura, adiknya yang baru kelas satu SD nangis. Pokoknya ini gawat pake maksimal.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

You're Still the One

read
117.3K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.5K
bc

Unpredictable Marriage

read
280.5K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.0K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.0K
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.8K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook