bc

Nikah Muda

book_age18+
6.4K
FOLLOW
69.5K
READ
love after marriage
friends to lovers
goodgirl
tomboy
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

(sudah tamat)

Sekuel dari Cowok Cute VS Cewek Tomboy, tentang pernikahan muda Liam dan Ami. Cerita yang manis dan romantis ala menikah muda.

chap-preview
Free preview
1
1 Liam's POV Ami duduk di depanku dengan wajah yang lebih cantik dari biasanya. Ada semburat merah menghiasi rona pipinya yang semakin membuatku gemas untuk mencubitnya. Matanya selalu bersinar. Jika dibandingkan dengan seribu bintang sekalipun, tentu sorot mata Ami jauh lebih berpendar. Karena di dalamnya penuh dengan cinta. Mungkin aku lebay, berlebihan atau apa.. Tapi percayalah aku tak bisa mengungkapkan langsung serangkaian kata cinta di depannya. Aku hanya sanggup bermonolog dalam hati kala kukagumi dia dalam diam. Dia seperti candu yang tak jua membuatku bosan untuk menatapnya, menggapainya, mengecup keningnya, memeluknya dan merengkuhnya dalam pelukanku hingga terlelap. Dia adalah kata cinta yang tak pernah habis untuk terucap... Dia adalah kerinduan yang semakin menyekap kala kulewati malam sendirian.. Dia adalah seseorang, yang namanya selalu kupikirkan sebelum mataku terpejam dan ketika terbuka kala pagi menggantikan kelam. Dia Ami... Kusentuh pipinya. Mataku awas menelisik setiap detail wajahnya lalu menuruni leher jenjangnya, belahan dadanya yang dulu aku sebut "datar", ternyata tidak sedatar bayanganku. Dia begitu seksi dalam balutan lingerie warna hitam yang membuatnya semakin memukau. Kudekatkan wajahku padanya. Bisa kurasakan setiap rasa gugup yang menjalar di tubuhnya. Aku merasakan hal yang sama. Desahan napasnya... Detakan nadinya.. Membuatku semakin terlena akan keindahan raganya. "Pejamkan matamu. Rasakan setiap sentuhanku," bisikku lembut di telinganya. Dengan gesit dia melepas kancing piyamaku satu per satu. Malam ini kami lalui dengan begitu romantis dan menakjubkan. *** Mataku mengerjap. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Ami.. Kulirik sebelahku. Tak ada Ami. Aku pun duduk dan merasa asing dengan kamar sendiri. Kurasakan ada yang basah dan lengket di celanaku. Astaghfirullah... Mimpi basah??? Payah. Aku berharap yang semalam itu nyata, tapi ternyata cuma mimpi. Sepertinya aku ini suami paling malang di dunia. Di malam pertama, aku melalui malam erotis dengan mimpi basah. Ini pasti karena tidak tersalurkan, makanya bisa mimpi seperti ini. Amiiiiii, kamu jahat! "Liam.." Papa memanggilku dan mengetuk pintu. Aku turun dari ranjang dan membuka pintu. Papa terlihat rapi dengan baju kokonya. "Ayo bersiap ke Masjid, subuhan." Papa tersenyum ramah. "Eh, Liam mandi dulu ya Pa." Jawabku agak gelagapan. Papa mendongakkan kepalanya dan melongok ke dalam kamarku seperti mau menangkap pencuri saja. "Ada Ami di dalam ya?" Tatapan papa begitu menyelidik. "Nggak pa, nggak ada. Kan Ami nggak ikut ke sini." Papa menatapku datar, seakan ikut merasakan penderitaanku melewati malam pengantin sendirian dan berujung dengan mimpi basah. Papa tersenyum penuh arti, "ya udah papa duluan ya." Huff, kepergok habis mimpi basah oleh papa itu sebenarnya membuatku malu juga sih. Tapi aku dan papa selalu terbuka untuk soal seperti ini. Aku ingat pertama kali aku mimpi basah saat aku duduk di kelas tujuh SMP. Aku bermimpi bermesraan dengan perempuan yang tak aku kenal dan begitu bangun kudapati ada yang lengket dan sedikit basah di celanaku. Kulihat seperti cairan berwarna putih kekuningan. Aku takut setengah mati, takut kalau cairan itu adalah tanda aku terkena penyakit. Maka malam itu juga aku bangunkan papa. Aku ceritakan mimpi yang aku alami juga tentang cairan lengket di celanaku. Flashback... Malam itu, kami duduk saling berhadapan. Papa menatapku tajam. "Liam, sekarang saatnya kita bicara antar pria." Deg.. Jantungku serasa berpacu lebih cepat. Apa ada yang salah denganku? "Liam apa yang kamu alami itu namanya mimpi basah, bahasa medisnya emisi nokturnal. Dan ini wajar dialami remaja yang telah memasuki masa pubertas. Itu artinya kamu sudah baligh L. Dan cairan yang menempel di celanamu itu namanya m**i atau s****a. Kamu tahu apa artinya kalau kamu sudah baligh?" Aku terdiam. Papa menghela napas, "itu artinya kamu sudah bertanggungjawab atas semua perbuatanmu. Baik pahala maupun dosa dari hasil perbuatanmu, menjadi tanggunganmu, dalam Islam artinya kami sudah mukallaf." Aku mengangguk. Aku pernah mendapat materi tentang mimpi basah di pelajaran agama Islam, cuma waktu itu aku belum begitu paham karena aku belum mengalaminya. "Karena kamu baru aja mimpi basah, kamu wajib mandi junub Liam. Caranya kami bersihkan kemaluan kamu dari s****a yang masih menempel, lalu cuci kedua tanganmu. Setelah itu berniat untuk bersuci, aku berniat mensucikan diri dari hadats besar karena Allah, setelah itu berwudhu. Terakhir mandi, minimal menyiram air ke tubuh bagian kanan tiga kali, kiri tiga kali, lalu alirkan air sampai membasahi seluruh tubuh, akhiri dengan cuci kaki sebanyak tiga kali." Papa menjelaskan panjang lebar. "Kamu paham nggak Liam?" "Paham Pa. Nanti kalau pas mandi Liam lupa, Liam panggil papa ya dan kasih tahu Liam." Papa tersenyum. "Oya Liam ada lagi yang perlu kamu tahu. Selain s****a atau m**i, ada lagi cairan bernama madzi. Penampakannya kayak lem UHU. Ini biasanya keluar, misal saat Liam terangsang dengan gambar yang seronok. Cara bersihinnya cukup cuci kemaluan, cuci tangan dan berwudhu. Inget Liam, kalau habis keluar m**i dan madzi terus belum bersuci, kamu belum boleh sholat dan baca Al-Qur'an." Aku mengangguk lagi. Papa mengacak rambutku, "anak papa udah besar ya. Sholatnya jangan bolong-bolong lagi ya." Aku menyeringai. "Liam papa seneng kamu mau terbuka begini. Kamu tahu ada berapa banyak ayah yang tidak bisa mendampingi putra-putranya saat mengalami mimpi basah? Atau melewatkan begitu saja moment penting ini? Banyak Liam, kadang seorang ayah hanya tahu caranya mencari uang tapi tak tahu bagaimana berbicara dengan anaknya untuk memberitahu segala tentang mimpi basah. Padahal ini moment krusial Liam, dimana seorang anak telah beranjak menjadi manusia baligh, menuju titik kedewasaan. Papa sangat perlu membicarakan ini denganmu karena papa tak mau kamu menyerap informasi dari luar yang kadang kurang bisa dipertanggungjawabkan. Papa ingin kamu tumbuh menjadi pribadi yang lurus. Apalagi remaja seusia kamu ini sedang penasaran-penasarannya dengan hubungan antar lawan jenis. Papa ingin kamu memiliki pemahaman yang benar dan lurus tentang seks. s*x education itu penting sekali Liam, bukan hal yang tabu untuk dibicarakan dalam keluarga." *** Aku tersenyum. Di mataku papa itu seperti hero dan selamanya akan menjadi pahlawanku. Jika nanti aku dan Ami memiliki anak, aku ingin mencontoh papa. Selalu menyediakan waktu untuk berbincang, sharing, curhat dan tak melewatkan sedikitpun moment krusial dalam kehidupan anaknya. Setelah mandi, sholat subuh, aku telpon istriku, lebih tepatnya video call. Bisik angin yang berhembus pelan seakan membelai telingaku, "Ehemmm, ciyeee yang udah punya istri.. Cuit cuit..." "Ami sayang..." "Liam, pagi banget gue belum mandi." Rambut Ami tampak sedikit acak-acakan. Dia mengenakan t-shirt dan celana pendek. "Lo belum mandi sekalipun, tetep unyu-unyu kok Mi. Lo udah sholat belum? "Udah, tapi tidur lagi. Masih ngantuk." "Payah Mi, gue donk mandi pagi. Nggak tidur lagi." "Hmm rajin bener. Liam sekarang kan weekend. Jalan-jalan yuk. Perasaan kita belum pernah kencan kemana gitu.." "Kencan kemana? Ke bioskop?" Kunaikkan alis mataku. "Gue kan takut gelap. Ke kebun teh?" Pekiknya. "Boleh. Btw, semalam gue mimpiin lo." Ami terlihat mengacak rambutnya, seakan jari-jarinya multifungsi jadi sisir juga, "mimpi apa?" "Mimpi indah banget pokoknya. Romantis banget." Aku mengedipkan mataku. Ami tersipu. "Ami, temen-temen lo datang." Mama mertua tampak membelakangi Ami dan melambaikan tangan padaku. Aku balas mengangguk dan tersenyum. "Siapa ma?" "Biasa temen-temen girl squad." "Liam udah dulu ya. Tumben nih pagi-pagi anak-anak dateng. Ntar gue hubungi lagi." Ujar Ami sambil beranjak dari ranjang. "Kasih gue kecupan dulu." Ami memberiku kiss bye. Gemas juga melihatnya. Aku membalasnya dengan memberi kiss bye juga. "Liam....." Terdengar suara mama memanggil. "Iya ma..." "Ada Rangga, Satria ama Azril tuh." Suara mama terdengar sayup-sayup dari lantai bawah. Tumben anak-anak dateng pagi-pagi. Tadi girl squad juga dateng ke tempat Ami. Tiba-tiba suara derap langkah terdengar saling gemertak seperti langkah tentara yang sedang berbaris. "Liam lo udah mandi belum?" Tanya Azril mengagetkanku. Ketiga temanku ini kebiasaan masuk kamar nggak pakai ketuk pintu. "Udah, kalian tumben kesini pagi-pagi." "Sekarang lo siap-siap. Biar kita bantu packing. Paling cuma butuh berapa baju doank buat dua hari." Rangga membuka lemariku dan mengeluarkan beberapa setel baju. "Kalian mau ngajak gue kemana?" Aku bengong melihat teman-temanku tampak terampil menyiapkan semua keperluanku. "Ntar juga lo tahu. Ami juga lagi dijemput ama girl squad." Satria mengedipkan matanya. Wow, rupanya teman-temanku tengah menyiapkan surprise untuk kami. Hmm rasanya tak sabar, kejutan apa yang telah mereka persiapkan untuk kami. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
259.8K
bc

Skylove (Indonesia)

read
108.8K
bc

Turun Ranjang

read
578.5K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
579.6K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

MOVE ON

read
94.6K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
49.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook