bc

Stay by My Side

book_age18+
10.6K
FOLLOW
90.0K
READ
billionaire
possessive
one-night stand
love after marriage
arrogant
drama
bxg
city
coming of age
photographer
like
intro-logo
Blurb

WARNING! Terdapat konten dewasa, mohon dengan bijak memilih bacaan. Kalau masih penasaran, mending baca aja.

Namun, ingat! JANGAN BAPER!

*

Pernikahan tanpa cinta! Itulah yang terjadi antara Seira dan Jeza. Pernikahan karena insiden di mana Jeza melakukan hubungan cinta satu malam dengan Seira, tepatnya Jeza tidak sadar telah meniduri Seira, perempuan yang menolongnya saat mabuk di malam ia diputuskan oleh Kayla.

Pernikahan keduanya tidak pernah manis. Jeza yang sibuk dengan dunia kerjanya, seolah tidak memiliki istri. Dan Seira yang menjalani hidupnya layaknya boneka hidup.

Dan setelah menjalani pernikahan hampir 3 bulan. Keduanya memutuskan untuk berpisah. Namun, kendala datang. Seira hamil!

“Jika inginmu adalah menancapkan duri lebih banyak lagi, lebih baik aku mati tanpa harus mengemis.” – Seira Cantika

chap-preview
Free preview
Prolog√
WARNING! Terdapat konten dewasa, mohon dengan bijak memilih bacaan. Kalau masih penasaran, mending baca aja. Namun, ingat! JANGAN BAPER! * “Kita putus.” Ucapan itu tidak lantang namun penuh penekanan. Dan kalimat itu keluar dari mulut seorang perempuan berparas cantik. Jeza membatu! Mulutnya menganga mendengar ucapan yang sungguh bagai guntur di siang bolong. Secara sepihak hatinya terluka dan teriris. Bahkan matanya yang penuh binar kini sendu dan kosong. “Kenapa?” Dengan susah payah Jeza mengeluarkan kata itu. Ia berharap apa yang didengarnya barusan hanya sebatas gurauan bodoh yang tak mendasar dari Kayla. Nama perempuan itu adalah Kayla. Kekasih bahkan bisa dikatakan adalah jantung hati yang tidak akan ia sakiti. Tapi! “Kita sudah tidak cocok lagi!” Tidak ada penyesalan dalam kalimat itu. Kayla seolah Lupa bahwa Jeza adalah makhluk Tuhan yang memiliki perasaan dan hati nurani. “Itu tidak mungkin! Kita baik-baik saja, Kay.” Mata itu akhirnya menitikkan bening kristal. Lelaki yang terlalu mencintai akhirnya patah dalam satu goyangan. Tidak dahsyat namun mematikan! Kendati itu, Jeza masih berusaha meyakinkan diri bahwa Kayla hanya memberinya guyonan manis yang mengesankan. “Kita tidak baik-baik saja, Za. Aku telah berada di fase jemu selama ini. Tapi sekuat tenaga aku berusaha untuk menemukan satu titik yang manis agar tetap bertahan. Tapi aku tidak menemukan itu.” Jeza meremas dadanya. Beginikah rasanya dicampakkan dalam waktu singkat? Apa cinta yang selama ini terungkap dengan kata hanya dianggap angin lalu? Atau inikah yang disebut perubahan untuk tumbuh menjadi lebih bermakna? “Aku tidak ingin berakhir. Demi Tuhan, aku akan memperbaiki semuanya. Bertahanlah di sisiku.” Terlalu mendramatisi, mungkin? Tapi kenyataannya memang begitu. Jeza hancur dalam tepisan pilu yang melanda. Air mata terjatuh beriring dengan luka yang kian menganga lebar. Bisakah seseorang menghentikan sandiwara yang terjadi? “Tidak perlu memperbaiki apa pun. Cukup kamu berhenti menjadi pengacau di hidupku.” Sadis dan kejam! Jeza tidak tahu harus bagaimana lagi. Menahan pun akan percuma karena perempuan yang begitu ia cintai itu telah memilih meninggalkan sederet hati semu padanya. “Kasih aku kesempatan untuk bertahan!” Terlihat memelas. Dan yang menyedihkan karena lelaki yang seharusnya berwibawa kini bersujud memohon kejelasan. Bisakah seseorang menariknya untuk keluar dari kekacauan yang terjadi? Jeza berharap dunia menelannya dalam waktu singkat. Terlalu malu ditatap dengan hina oleh pasang-pasang mata yang tidak mengerti arti dari perjuangan. “Maafkan aku. Tidak ada kesempatan atau apa pun itu. Kita — berakhir.” Sebuah surat undangan berwarna merah bercampur kuning keemasan mendarat tepat di depan Jeza. Kepala menengadah, mata menatap tidak percaya pada perempuan yang selama ini ia percaya sebagai takdirnya. Mungkinkah yang terjadi adalah pengkhianatan atau takdir mengenaskan? Di saat jatuh tanpa alasan yang jelas, kini ia tertimpa beban hingga tak sanggup untuk melangkah sejengkal pun. Dunia telah memberi kejelasan yang pasti. Nama yang tertera di undangan itu membuat jantung Jeza tidak terkendali. Rully Damara dan Kayla Biancalisa. Sekejam itukah takdir bermain? Bisakah seseorang menjelaskan apa kesalahan dirinya hingga dilukai tanpa memberi sedikit pun jeda. “Kamu benar-benar melepaskan semuanya?” Meremas dengan kasar undangan itu. Membuangnya tanpa beraturan ke sembarang tempat. “Pergilah jika itu mau mu. Aku tidak punya harapan lagi untuk itu. Semoga kelak tidak ada luka yang akan kamu sematkan di hati lelaki yang menjadi pendampingmu.” Tegas meskipun nadanya terdengar serak. Jeza berdiri dari posisinya. Mengelap mata yang sedari tadi mengaliri tangis perih. “Aku tidak ikhlas. Jujur!” Berpaling meninggalkan perempuan pembawa cinta dan luka. Cinta tidak harus memiliki? Omong kosong! Jeza tidak akan percaya pada kalimat bodoh itu, karena pada kenyataannya ia ingin memiliki Kayla dalam hidupnya. Berbagi suka dan duka dalam satu lingkaran cinta lalu merindu ketika ruang menyeka. Omong kosong! **** Dentuman musik membahana mendera setiap pendengaran insan-insan yang telah tertipu oleh indahnya dunia malam. Tanpa terkecuali dengan Jeza yang sedari tadi sudah mengisi perutnya dengan cairan alkohol yang memabukkan. Entah botol ke berapa yang sudah tandas tanpa sisa? Bahkan kepalanya tak mampu menegak walau untuk sekedar menatap pelayan yang berlalu lalang di hadapannya. Perutnya mual, kepalanya pusing seperti memberi sensasi berputar tanpa henti. Dan pandangannya tak lagi fokus pada titik tertentu. Ia telah terperdaya akan cairan berbau yang bercampur pada tubuhnya. “Sial! Perempuan sialan itu ingin mati!” pekiknya lantang. Namun, siapa peduli? Di dunia luar akan susah menemukan orang yang peduli dengan sesama. Mereka akan ada ketika lembar-lembar uang beterbangan di pangkuan yang lebar. Jeza mencoba berdiri dari duduknya. Berpegangan pada sofa. Sialnya ia terus jatuh hingga pada percobaan ketiga tubuhnya berdiri sempurna walau terkesan seperti dunia tengah bergoyang. Pelan dan penuh entakkan di setiap langkah. Berharap tidak ada satu pun benda yang akan menghalangi langkah tertatihnya. Berpegangan pada dinding, terkadang memegang kepala yang berdenyut tidak karuan. Akhirnya langkahnya berhasil membawanya keluar dari tempat terkutuk itu. Aroma udara terasa begitu segar menerpa setiap kulit yang hanya berbalut kemeja lengan panjang yang digulung asal. “Gua butuh mobil!” teriaknya tak tertahan. Dan lagi tidak ada yang peduli. Mobil yang dibawanya saat memasuki area diskotek entah ke mana terparkir? Pengaruh alkohol sangat luar biasa. Tidak ada ruang untuk bertahan pada posisi berdiri sempoyongan. Langkah itu bukan hanya tertatih tapi terseret seolah tak mampu bergerak dan tanpa aba-aba jatuh terkapar karena tak mampu lagi bertahan. **** “Monyet!” Seorang perempuan terkejut melihat tubuh jatuh tanpa topangan tak jauh dari hadapannya. Segera berlari mendekati tubuh terkapar tak berdaya itu. Manusia bukan monyet! Perempuan itu menepuk jidatnya. Berjongkok tepat di samping lelaki yang jelas belum ia tahu siapa. “Bau alkohol! Sial!” gerutunya. Tapi tangannya sibuk mencari sesuatu di balik saku celana lelaki itu. “Jeza Antariksa. Namanya tidak buruk, mungkin kelakuannya saja yang memusingkan kepala,” monolognya dengan cuek saat membaca kartu nama yang terdapat di dalam dompet. “Tuan, bangunlah!” pekiknya sembari menepuk pipi Jeza kuat. Apa orang mabuk bisa sadar saat ditepuk? Bermimpilah! “Tidak usah peduli pada orang asing,” ucapnya pelan. “Seira, sebaiknya pulang dan nikmati malammu dengan indah di atas ranjang empuk.” Masih berusaha menolak untuk menolong. Kembali berdiri dan siap meninggalkan Jeza, namun tangannya diraih dengan sangat tidak elite. “Tolong aku.” Permohonan yang tidak mampu ditolak olehnya. Dengan susah payah membantu lelaki yang mabuk untuk berdiri. Tidak buruk karena dalam percobaan entah ke berapa kali berhasil membopong tubuh itu. “Anda makan apa? Kenapa begitu berat? Atau keberatan dosa?” Terlalu suka berbicara asal. “Lah, rumah Tuan juga jauh. Lalu aku harus bawa ke mana?” Mengingat kembali alamat yang tertera di kartu nama. Berjalan susah payah, menggiring tubuh Jeza perlahan. Berharap ada taksi yang lewat dan membawanya ke tempat lelaki yang mulai ngelantur tidak jelas. “Neng, butuh bantuan?” Sebuah taksi berhenti tepat di sampingnya. Kepala seorang lelaki berumur dan lumayan tua menyembul dari balik jendela. Takdir indah berpihak padanya. “Boleh Pak.” Sopir taksi turun membantu untuk membawa tubuh itu masuk ke dalam taksi. “Ke mana, Neng?” Perempuan itu kembali meraba saku celana Jeza. Mengeluarkan kartu nama dan menyodorkannya kepada sopir taksi. “Ini mah tidak terlalu jauh, Neng.” Tancap gas. Sopir itu tanpa aba-aba membelah jalan raya dengan kecepatan sedang. “Pacarnya mabuk ya, Neng.” Berusaha akrab. “Bukan pacar. Dan nama saya bukan Neng. Bapak cukup panggil saya dengan nama Seira.” Perempuan itu Seira. Manis namun terkesan dingin dan bersahabat dalam waktu bersamaan. Tidak ada pembicaraan lagi. Sopir taksi fokus pada jalan raya yang terlalui. Dan Seira si penolong fokus pada Jeza yang terus menyebut nama seseorang dengan tidak jelas. Sepuluh menit berlalu dan taksi berhenti tepat di sebuah rumah kecil namun terkesan mewah. Seira lagi-lagi susah payah membawa tubuh itu keluar dari taksi. Setelah membayar menggunakan uang Jeza, Seira membawa tubuh itu mendekat pada pintu. Dengan pelan memutar kenop dan berhasil. Rumah itu tidak dikunci sama sekali. Tapi sialnya terlalu gelap karena tak satu pun lampu menyala. “Aku akan meminta bayaran untuk ini,” gerutu Seira setelah berhasil masuk ke dalam kamar. Entah kamar siapa? Seira mengandalkan senter dari ponselnya untuk menerangi jalan yang ia lewati. Membaringkan asal tubuh Jeza ke atas ranjang empuk. Tidak peduli lagi. Mengintip dompet dan tersenyum manis saat lembaran-lembaran uang merah tersusun rapi. “Untuk bayaran hari ini. Tidak ada yang gratis, Tuan.” Mengambil dua lembar uang bernominal paling besar. Lalu bersiap meninggalkan Jeza yang tergeletak di atas ranjang. Namun langkahnya terhenti. Tangan besar menahan tangannya hingga membuatnya mematung. “Lo milik gua malam ini!” Satu tarikan berhasil membuat tubuh Seira terjatuh di atas tubuh Jeza. Dan lagi takdir bermain dengan sangat apik di antara keduanya. Siapa yang berhasil melewatinya maka bertepuk tanganlah, namun jika gagal maka akan terpuruk hingga ingin mengubur tanpa bentuk. Takdir adalah perjalanan tanpa kompas!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
461.4K
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.8K
bc

See Me!!

read
87.8K
bc

PLAYDATE

read
118.6K
bc

Married By Accident

read
223.9K
bc

Mrs. Rivera

read
45.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook