bc

FRANJA

book_age18+
803
FOLLOW
5.1K
READ
revenge
possessive
family
independent
CEO
drama
tragedy
bxg
city
prostitute
like
intro-logo
Blurb

Mature content 21+

Franja Marlina, yang masa remajanya di jebak sehingga dia jatuh ke dalam dunia p*****ran dan dia berhasil keluar dari dunianya yang gelap saat dia berusia tiga puluh tahun.

Franja menjadi wanita karir yang sukses sekaligus menjadi aktivis yang membela kaum perempuan.

Namun masa lalunya sebagai seorang p*****r sering berdampak pada orang di sekitarnya hingga membawanya harus bertemu dengan Ronan Tahitu, anak rocker terkenal yang memiliki rahasia gelap yang disimpannya dari dunia.

Cover: Orisinal

Pembuat: Delarossa

Gambar: Pixabay (Gratis)

Font: Canva (Gratis)

chap-preview
Free preview
Pertemuan
"Kamu sudah selesai magang?" tanya Franja kepada seorang gadis remaja yang sedang duduk di kelas tiga sekolah menengah atas itu. Franja duduk bergabung dengan lima orang remaja putri lainnya di meja makan. "Belum, Mbak," jawab gadis itu menunduk. Franja menatapnya heran,"Kamu sakit, Mit?" tanyanya sambil memegang kening gadis itu. Gadis itu menggeleng cepat. "Aku tidak sakit, Mbak." "Jadi, kenapa kamu tidak masuk magang hari ini? Nanti perusahaan itu kasih kamu nilai jelek." Franja menatapnya penuh selidik. Gadis bernama Mitha itu tampak gelisah sambil memegang sendok yang sejak tadi belum memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Begitu juga empat gadis lainnya tampak seperti menyembunyikan sesuatu dari Franja. Franja menatap mereka curiga. "Kamu kenapa, Mitha? Ada yang jahat sama kamu di sana?" Mitha menggeleng tapi Franja tahu gadis ini menyembunyikan sesuatu. "Sekarang kamu lihat mbak," Franja mengangkat wajah yang tertunduk itu. "Jujur sama mbak, kamu diganggu di perusahaan itu? Kamu dibully?" "Mitha baik-baik saja, Mbak Fra," jawab gadis itu sengan suara gemetar. "Kamu tidak baik-baik saja.” Franja menatap gadis itu tajam. “Kalau kamu baik-baik saja, kamu sudah berangkat pergi magang dan wajah kamu tidak ketakutan seperti ini.” Franja menghela napasnya mengumpulkan kesabaran menghadapi gadis remaja di hadapannya itu. "Kalau kamu takut mengungkapkan kejahatan yang dilakukan orang padamu, kamu akan terus ditindas Mitha. Dan hal itu akan membuat kejahatan itu semakin berkembang. Pilihan terbaik adalah menceritakan apa yang terjadi sebenarnya." Mitha menatap Franja dengan takut, lalu dengan suara bergetar ia berbicara, "Mbak Fra, aku dipegang-pegang sama, Pak Edgar." Gadis itu hampir menangis. Teman-temanya yang duduk bersama mereka langsung meletakkan sendok di piring. Franja langsung bereaksi marah. "Dipegang? Maksudnya kamu dilecehkan?" Mitha mengangguk. "Siapa Edgar ini? Pemilik perusahaan?" Mitha menggeleng. “Bukan, Mbak. Pak Edgar ini Direktur Marketing di salah satu perusahaan Tahitu Group yang sekarang tempat aku magang." Franja memperbaiki letak duduknya untuk mengintrogasi gadis itu demi infomasi yang lebih jelas. "Dia melecehkan kamu seperti apa?" Mitha menelan ludahnya dan menatap Franja gugup. “Ayo cerita, Mitha. Ada mbak yang akan bantu kamu. Jangan takut.” Franja memberinya dukungan. "Dia panggil aku ke ruangannya, Mbak. Sebenarnya aku tidak punya urusan langsung dengan Pak Edgar itu. Tapi entah kenapa tiba-tiba dia menemui aku, lalu mengajakku keluar, tapi aku menolak. Dan kemarin dia mengajak aku lagi, Mbak, dan tetap kutolak karena aku sudah diingatkan sama pekerja di sana kalau pak Edgar itu playboy." Franja menunggu dengan sabar informasi dari Mitha. "Dia marah, Mbak, karena aku menolak ajakannya dan dia bilang aku sok jual mahal padahal, aku tinggal dengan—" Mitha menatap Franja takut dan gadis itu langsung menghentikan ucapannya sambil menunduk sedih. "Dengan p*****r?" Sambung Franja. Mitha terisak sambil mengangguk. Franja membuang nafasnya perlahan, mengendalikan amarahnya ."Mitha … kamu lihat mbak," Mitha pun menatap Franja dengan mata yang basah."Dia bilang kamu sok jual mahal padahal tinggal dengan p*****r?" Gadis itu kembali mengangguk. "Iya, Mbak Fra. Dia bilang aku p*****r kecil," ucap Mitha dengan suara bergetar dan semakin menangis. "Katanya, dia pernah lihat, Mbak Fra, mengantar aku ke kantor. Setelah dia bicara seperti itu, dia menciumku dengan paksa dan menyentuh semua badan aku, Mbak." Franja tercengang dan menghembuskan napasnya kasar. "Tidak ada yang menolong kamu?" Mitha menggeleng. "Kami di ruang kerjanya, Mbak." Franja langsung memukul meja dengan kepalan tangannya. Para gadis terkejut, bahkan pembantu Franja yang diam-diam ikut mendengar penuturan Mitha. "Ayo sekarang kita ke perusahaan tempat kamu magang!" seru Franja dan bangkit berdiri. "Untuk apa, Mbak?" Mitha nampak semakin takut. "Bertemu dengan si Edgar b******k ini. Mbak akan kasih dia pelajaran,” ucap Franja geram. "Tapi, Mbak, masuk ke perusahaan itu tidak mudah. Harus dapat pass card dari pihak HRD untuk masuk ke sana." Franja kembali duduk dan memijat keningnya. "Benar juga.” Ia tampak mulai berpikir, lalu menatap Mitha. “Siapa nama pemilik perusahaan itu?" "Edward Tahitu, Mbak. Tapi sekarang pemimpin perusahaan Tahitu Group cucunya. Namanya Ronan Tahitu. Dia dan Pak Edgar berteman baik.” Mitha menjelaskan. Franja melotot jengkel pada Mitha dan menghardiknya, "Kamu jangan panggil si bàjingan itu dengan sebutan Pak.” Mitha mengangguk mengerti. Franja memejamkan matanya meminta kesabaran pada semesta. “Kamu pernah bertemu dengan pemilik perusahaan itu, Mit?" Mitha menggeleng. "Aku kan hanya anak magang, Mbak, jadi mana mungkin aku bertemu dengan pemilik perusahaan sebesar itu. Lagi pula bertemu dengan pemilik perusahaan bukan hal mudah, Mbak." Franja mengangguk mengerti. Lalu ia bangkit berdiri dan menatap Mitha. "Habiskan makananmu, setelah itu kamu siap-siap. Kita akan mencari mereka,” ucap Franja yakin. "Siapa, Mbak?" tanya Mitha terkejut. "Si Edgar dan pemilik perusahaan itu. Siapa namanya?" Mitha memberitahu dengan ragu. "Ronan Tahitu, Mbak." "Ronan Ta ... aah ... Tahitu ya?" Franja menganggukkan kepalanya seeprti mengerti sesuatu. "Mbak Fra, kenal?" tanya salah satu gadis yang duduk bersama mereka. Franja menggeleng. "Aku pernah bertemu dengan Ringgo Tahitu. Mungkin mereka mempunyai hubungan." “Sekarang habiskan makanan kalian. Dan kamu, Mitha, segera siap-siap.” Franja meraih ponselnya yang terletakkan di meja makan, lalu menekan nomor di ponselnya dan melakukan panggilan menghubungi seseorang. "Tif … Aku ke butikmu sekarang," Franja langsung memutuskan panggilannya lalu menatap Mitha. "Kita akan memberi mereka pelajaran," ucapnya geram. "Tapi … Pak Ronan ‘kan tidak salah, Mbak?" "Salah atau tidak, dia harus tahu bagaimana perlakuan bawahannya terhadap pekerjanya yang lain.” "Iya, Mbak," sahut gadis itu dan Mitha saling bertatapan dengan teman-temannya. "Semangat, Mit. Jangan takut, 'kan ada Mbak Fra," ucap salah satu dari mereka. Mitha mengangguk. Teman-temannya pun memberikan dukungan. Franja menyelesaikan sarapannya dan beranjak pergi menuju kamarnya. "Hei, Nek ! Akhirnya si pere indang datang setelah sekian purnama. Kemana aja sih, Nek?" Seorang laki-laki gemulai pemilik butik yang bernama Tiffany langsung menyambut Franja dan Mitha yang baru saja tiba. "Aku mau tanya soal Ronan Tahitu. Kamu kenal dia?" Tiffany langsung terbelalak mendengar nama Ronan disebut. "Ulala ... ayo ke ruanganku.” Lalu dia mempersilahkan Franja dan Mitha duduk di sofa yang terletak di ruang kerjanya tersebut. “Jadi, kanua urusan apose sama si lekong bernama Ronan Tahitu? Yei punya hubungan sama si lekong tampan, yes?" Tifanny mengedipkan matanya genit. "Aku ada urusan dengan dia. Kamu pasti tahu di mana dia sering berkumpul dengan teman-temannya." Franja sangat tahu kalau Tifanny adalah salah satu manusia yang tinggal di Jakarta dan paling tahu semua informasi para kalangan atas, pejabat dan juga kumpulan sosialita di negeri ini. Tiffany menyeringai menatap Franja. "Kasih tahu eike dulu masalahnya apose? Info dari eike nggak ada yang gratis ... tis... tis ...." Franja menatap Tiffany si biang gosip dengan kesal. "Temannya yang bernama Edgar adalah atasan adikku ini di perusahaan Tahitu tempatnya dia magang. Dan si Edgar ini sudah melecehkan Mitha." Tiffany terbelalak sambil memandang Mitha yang manis dan lugu. "Edgar?! Ihh ... dese memamg jahara! Akika juga tinta sukria sama diana, say! Hermanda deh eike, kok bisa yes Ronan Tahitu yang baik nan tamfan punya teman kayak si grandong itu," ucap Tifanny kesal. "Beritahu aku di mana biasanya mereka sering berkumpul," ujar Franja. "Makan siang gini biasanya mereka di restoran làngganan Tahitu bersaudara. Punya si Stephen Chow. Nama restorannya Step_One.” Franja mengangguk mengerti. Eh, Nek, mau akika antar ke sana? Biar yei jangan tersesat. " Wajah Tiffany menunjukkan kalau dia haus berita terbaru. "Okay," jawab Franja. "Aihhhh ... senangnya dalam hati bisa lihat adegan berdarah siang ini," ujar Tifanny dengan suara riang dan ketiganya pun keluar dari butik tersebut. *** "Roe! Kasih tau temen lu ya, si Edgar, jangan gangguin karyawan gue yang cewek. Sekali lagi gue dapat laporan dia lecehin pekerja restoran gue, bakal gue potong tititnya!” ucap Stephen berang pada Ronan yang baru tiba untuk makan siang itu. Ia duduk di ruang VIP restoran tempatnya biasa berkumpul dengan teman-temannya atau pun keluarganya. Ronan menunggu kedatangan Edgar, karena asistennya, Leo, memberitahu soal pengaduan beberapa karyawan dari pihak HRD dari kantor cabang Tahitu Group, tempat Edgar memimpin. Dan dia ingin membicarakan hal ini pada Edgar. “Sekalian dah, lu semua nggak usah masuk ke resto gue lagi!" hardik Stephen galak. "Edgar mengganggu karyawanmu?" "Iya! Si monyet sering ke sini kata anak karyawan gue. Makan minum kagak bayar atas nama elu! Udah gitu dia sentuh-sentuh karyawan gue yang cewek. Nih bon utang si Monyet!" Stephen membanting kertas daftar bon Edgar dengan kesal. "Sorry, ya, Step? Untuk kejadian ini. Aku tidak tahu kalau Edgar sering bikin kacau di sini atas namaku. Utang ini akan aku bayar." Ronan tampak tidak enak hati. "Emang harus dibayar! Gue mau gaji pake apa semua karyawan gue. Lagian ngapain sih, Roe, elu punya teman jenis omnivora gitu?" Stephen menatap Ronan yang terkenal baik dan sopan dengan heran. "Eh ... ini si monyet udah datang, pendek umur nih anak." Stephen memandang sinis pada Edgar yang memasuki ruangan tersebut. "Hai Stephen, apa kabar, Bro?" sapa Edgar tersenyum lebar. "Bra bro bra bro! Kapan gue jadi bra dan bro elu?! Sialan lu ya, gangguin karyawan gue." Stephen melotot marah padanya. "Ayolah, Stephen, itu 'kan bercanda." Edgar tertawa dan Stephen tampak sangat ingin menghajar pria itu. "Stephen, biar aku yang menyelesaikan hal tadi." Ronan berdiri menahan Stephen yang hendak memukul Edgar. Dan temannya itu malah tersenyum pongah. "C'mon, Roe, kau tidak ikut-ikutan norak seperti Stephen 'kan? Itu hanya bercanda, lagi pula perempuan-perempuan itu yang mendekatiku." Edgar tertawa gembira. "Diam, Edgar!” Ronan menatapnya tajam. “Kau membentakku hanya karena manusia satu ini?!” Edgar memandang Stephen dengan tatapan merendahkan. “Wah … belum tau nih bocah sampah lagi berhadapan sama siapa.” Stephen menghampirinya dan langung ditahan oleh Ronan. “Stephen … Please, biar aku yang mengurus dia.” Ronan menatap Stephen meminta pengertian pria berusia tiga puluh tahun itu. Lalu dia menatap Edgar tajam. “Hari ini, kau bisa keluar dari perusahaanku, Edgar. Selama ini aku mencoba bersabar untuk tidak memecatmu, tapi kau sudah sangat keterlaluan." "Kau jangan sombong, Ronan. Aku banyak berjasa untuk perusahaan keluargamu!" Edgar mulai marah dan tersinggung. "Berjasa?" Ronan mendengus jijik. "Kau memiliki banyak aduan karena kau sering melecehkan karyawan perempuan dan berbuat semena-mena pada semua pekerja. Dan barusan Stephen mengatakan kalau kau juga melakukan hal yang sama di sini. Dan–" "Mitha, yang mana namanya Edgar?" Tiba-tiba sebuah suara menghentikan ucapan Ronan. Franja masuk ke dalam ruangan dimana sekarang Ronan, Edgar dan Stepehen berdiri bersitegang. Wanita itu yang mengenakan celana jeans biru dan t-shirt berwarna putih dengan tulisan I am Feminist dan menatap satu per satu ketiga pria tersebut. Ronan, Stephen dan Edgar tampak terkejut melihat kehadiran Franja dan Mitha serta Tiffany yang masuk ke ruangan itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
91.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook