bc

ARSHAKA

book_age18+
6
FOLLOW
1K
READ
others
sweet
YA Fiction Writing Contest
like
intro-logo
Blurb

Arshaka.

Sebagian orang yang mengenalnya adalah sosok yang sangat disukai, khususnya para perempuan seusianya.

Mereka bilang padaku, siapapun perempuan yang akan didekati Arshaka adalah perempuan yang paling beruntung.

Tapi siapa sangka, bagi mereka yang berkata beruntung justru aku merasakan kebalikannya.

Ini adalah cerita klasik yang biasa kamu baca kebanyakan. Tapi bisa jadi pendapat mu akan berbeda setelah membaca ini.

chap-preview
Free preview
SATU
Hari Senin.   Hari pertama di minggu pertama di awal bulan. Kehidupan ku tidak ada yang berubah dari hari demi hari. Seperti biasa di setiap pagi aku harus menyiapkan sarapan untuk Ayah dan Adik laki-laki ku. Tak lupa juga dengan ku.   Pagi ini aku tidak ingin memasak Nasi Goreng seperti biasanya, kemarin Ayah berpesan bahwa beliau lagi ingin sarapan dengan roti tawar berselai Nanas kesukaannya, ditambah kopi s**u panas. Sebagai anak perempuan pertama yang memiliki sifat penurut, aku mengabulkan apa yang diminta Ayah untuk sarapannya pagi ini.   Setelah aku melumuri selai di dua lembar roti tawar, tak lupa aku juga melumuri roti tawar dengan selai Ovomaltine untuk Adik ku. Leo.   Leo; Adik laki-laki ku yang masih duduk di bangku sekolah kelas 3 SMA jurusan IPA. Jujur saja, sampai saat ini aku masih tidak percaya bahwa Leo masuk ke jurusan IPA, sebab yang aku tahu dari penilaian ku Leo lebih cenderung menyukai ke arah hal-hal berbau sejarah ketimbang menghitung rumus Fisika atau Kimia.   Kemudian Ayah ku, namanya Adam; bekerja sebagai pegawai kantoran tetap di perusahaan swasta yang bergerak dibidang e-commerce. Semenjak Ibu ku meninggal dunia ketika aku berusia 16 tahun akibat Diabetes, tenaga Ayah tak ada habis nya untuk bekerja di perusahaan sambil merangkap peran sebagai Ibu untukku dan Adikku.   Jika ada seseorang yang ingin mengetahui tentang Ayah, aku adalah orang pertama yang sangat antusias menceritakan tentang bagaimana kasih sayang serta jerih payah Ayahku yang tak henti merawat dan menjaga ku serta Leo.   “Roti aku sudah siap belum kak ?” tanya Leo setelah turun dari tangga, sudah mengenakan seragam sekolah putih abu-abu sambil menenteng tas ransel berwarna hitam. Leo menarik kursi dan duduk sambil menaru tas di sebelah kursi duduk nya. Roti yang sudah aku siapkan masih belum disentuh, sebab kedua tangan nya sudah sibuk mengetuk layar ponselnya. Belum lama dia menanyakan rotinya, saat aku menyodorkannya tidak langsung dimakan. Perilaku anak jaman sekarang sudah benar-benat membuatku menggelengkan kepala.      Melihatnya masih sibuk dengan ponsel aku berdecak kesal, lalu memintanya segera untuk menghabiskan sarapannya. “Dimakan dulu sarapannya, Leo. Hp nya ditaruh dulu sana !”   Leo hanya berdeham panjang, namun tidak melakukan apa yang aku suruh. Dengan luapan kesal aku mencubit lengannya hingga ia tersentak.   “Auu.. sakit kak !” Leo mengerang sambil menatapku kesal. Sebelah tangannya sibuk mengelus bekas cubitan di tangan satunya.   “Cepat dimakan rotinya. Nanti Ayah marah kalau makanan mu belum disentuh,” Titah ku lagi sambil mengancam Leo. Leo melirik roti itu sesaat, namun kembali sibuk dengan ponsel di kedua tangan nya. Roti nya baru dia capit di mulut, belum mengunyah nya.   “Leo, habiskan makanan mu sekarang !” Titah Ayah yang sudah duduk di kursi. Leo langsung meletakkan ponsel nya diatas meja, kemudian melahap roti itu.   Aku kembali berdecak sambil memandanginya dengan tatapan sinis, menggurutu dalam hati pada Leo karena hanya menurut pada Ayah saja. Sebal.   Tak lama Ayah membuka pembicaraan baru di meja makan. “bagaimana dengan sekolah kamu Leo ? lancar kan nggak ada masalah ?”   Leo menganggukkan kepala dengan mulut masih mengunyah, lalu ia berbicara setelah makanannya habis di dalam mulut. “lancar kok, Yah. Tapi Bulan ini Leo akan mulai sering kerja kelompok, jadwal praktek juga sudah keluar.”   “ingat Leo, kamu sudah kelas 3. Usahakan nilai mu untuk tidak turun. Jangan lupa apa yang kamu janjikan sama Ayah.”   “jangan khawatir,Yah. Leo selalu ingat apa yang Leo janjikan. Pastinya Leo akan lebih semangat belajar lagi,” ujar Leo dengan senyum membanggakan diri.   Menjadi seorang Arsitektur adalah impian Leo sejak lama. Tentu saja Ayah selalu mendukung apapun keinginan anaknya supaya tercapai. Sebelum lulus sekolah pun, Leo sudah mendaftarkan dirinya di Universitas jurusan Arsitek yang berada di Singapur. Dan juga ia sudah melakukan survei jika ia berkuliah di Indonesia; Institute Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia menjadi pilihan Leo jika ia tidak lolos di Singapur.   Ayah menepuk bahu kanan Leo sebanyak dua kali sambil tersenyum senang. “Good Boy,”   Mulut ku hanya sibuk mengunyah roti sambil mengamati pembicaraan antara Leo dan Ayah. Wajah Leo begitu semangat setelah mengucapkan tujuannya dengan lantang.   Aku akui tekad Leo demi meraih masa depannya patut diacungkan jempol, kalau bisa sampai 4 jempol deh. Berbanding terbalik dengan ku yang masih santai menjalani hari seperti tidak ada beban. Jujur saja, sampai saat ini aku pun belum ada merencanakan masa depan ku mau diarahkan kemana. Bisa dikatakan aku belum memiliki ‘Hiu kecil’ di dalam diriku. Jika ditanya apa tujuan hidupku selanjutnya, yang ada aku akan berpikir gamang.   Bukan itu saja, hal-hal yang berbeda antara aku dan Leo cukup terlihat signifikan. Leo yang memiliki sifat yang supel, disenangi banyak orang, dan banyak memiliki tropi piala yang terpajang di lemari khusus piala di kamarnya. Dan aku kebalikannya.   Aku lebih suka mengasingkan diri, bukan berarti aku takut dengan lingkungan sosial. Aku tidak sepintar Leo, tapi aku tidak bodoh juga, aku juga banyak mengumpulkan lembaran sertifikat tentang diriku yang aktif dalam kegiatan sosial dan serta keikut sertaan dalam kegiatan seminar dan mentoring.   Tin .. Tin ..   Terdengar suara klason motor dari arah luar rumah. Leo segera menghabiskan s**u lalu mencium punggung tangan Ayah dan aku.    “Leo berangkat duluan ya, Ayah sama Kak Bian hati-hati !”   “Hati – hati juga Nak !” Pekik Ayah ketika Leo berjalan menuju pintu sambil melambaikan tangan nya.   Setelah sarapan kami habis, Ayah turut bangkit untuk bersiap berangkat kerja bersama ku.   Lalu kami memasuki mobil dan mulai berjalan mengitari jalan aspal.   Ahh.. aku lupa memperkenalkan diri. Aku Bianca, aku hanya seorang gadis yang terlihat biasa-biasa saja, yang selalu menjalani hari monotonnya dengan langkah yang diusahakan seringan mungkin.   Dan inilah cerita hidup ku.   **************************************  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
419.8K
bc

When The Bastard CEO Falls in Love

read
369.6K
bc

LAUT DALAM 21+

read
288.5K
bc

CEO Mesum itu Suamiku

read
5.1M
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

MOVE ON

read
94.6K
bc

Destiny And Love

read
1.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook