bc

From The Heart, The Deppest Heart.

book_age18+
25
FOLLOW
1K
READ
like
intro-logo
Blurb

Diangkat dari sebuah kisah nyata yang menceritakan tentang 2 anak, kakak, beradik yang tinggal di sebuah gubuk kecil di tempat pembuangan sampah yang tiba-tiba saja di tinggal oleh kedua orangtuanya entah kemana. Tapi meskipun begitu sang kakak tak menyerah, apa lagi putus asa. Meskipun tak ada orang tua tapi Zin, kakak dari adik yang bernama Niaz tersebut bertekad untuk mendidik Niaz sehingga tanpa orang tua pun Zin dapat mengurus adik nya tersebut. Bukan tak butuh peran orang tua, jika Zin dapat menemukan orang tuanya tentu saja Zin akan meminta mereka untuk hidup kembali bersama Zin, dan Niaz tapi Zin terpaksa mendidik Niaz sendiri karena orang tua mereka malah pergi entah kemana. Sampai Zin pada akhirnya dapat menemukan orang tua mereka, meskipun hanya ibu nya karena ayah Zin malah menjadi salah satu orang yang berbuat jahat, dan bahkan membongkar sebuah skandal perdagangan manusia yang menimpa orang tua mereka.

chap-preview
Free preview
From The Heart, The Deppest Heart.
1. The Title : From The Heart, The Deepest Heart 2. The Genre : Sad 3. The Setting : Jakarta 4. The Main Character : Zin ( 18 Tahun ). Pekerja keras, yang selalu ingin menolong sesama. Exlin ( 16 Tahun ). Sahabat pertama Zin yang jadi selalu membantu Zin dalam urusanya ) Niaz ( 13 Tahun ). Adik Zin. Nois ( 47 Thun ). Ayah Zin, dan Niaz. Syur ( 50 Tahun ). Pemilik panti. Seti ( 43 Tahun ) Ibu Zin, dan Niaz. Jhat ( 56 Tahun ) Mafia di kota tersebut. Endi ( 12 Tahun ) Anak dari keluarganya yang menjadi korban penculikan Jhat. 5. The Plot : Zin seorang anak pemulung yang berada di pinggiran kota besar, yang baru saja berumur 18 tahun adalah anak yang rajin, dan baik. Zin putus sekolah sudah dari sekolah menengah, Zin memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya untuk membantu ayah, dan ibunya saja mencari uang untuk bertahan hidup, saat itu Niaz belum bersekolah karena belum cukup umur untuk sekolah, tetapi Zin sebagai kakaknya memutuskan untuk keluar dari sekloah, dan membantu ayah, dan ibunya mencari uang agar kelak jika Niaz sudah bersekolah Zin bisa membantu perekonomian keluarganya untuk sekolahkan Niaz. Zin ingin jika Niaz kelak terus bersekolah sampai ke jenjang yang lebih tinggi dari Zin, biarlah Zin putus sekolah demi untuk Niaz, dan yang akan membantu keluarganya untuk mencari nafkah sekolahkan Niaz. Beberapa tahun berlalu Niaz pun tumbuh menjadi seorang anak yang cukup besar bahkan Niaz sudah akan menyelesaikan sekolah dasarnya. Hari demi hari di lalui oleh keluarga Zin dengan biasa tanpa ada masalah apapun termasuk dengan Zin yang terus membantu keluarganya untuk mencari nafkah, dan mencari biaya untuk sekolah Niaz. Zin bangga dengan Niaz karena Niaz berhasil menjadi juara di sekolahnya Niaz menjadi anak yang pintar sehingga sedikitnya Niaz menerima beasiswa dari sekolah, yang membantu masalah ekonomi untuk sekolahnya. Satu hari ayah, dan ibu Zin mengajak Zin untuk bekerja lebih lama dengan alasan jika pekerjaan sedang banyak, tepatnya barang yang harus di kutip di sebuah pantai sedang banyak, sehingga ini bisa menjadi kesempatan untuk keluarga Zin agar mendapatkan lebih banyak uang dari hasil barang yang di kutip mereka. Zin tak banyak bertanya tentu saja Zin mengikuti orangtua Zin untuk bekerja lebih lama, dan mengutip lebih banyak barang bekas untuk dijual Zin, sehingga mendapat banyak uang lebih dari kerjanya. Tak terasa jika Zin dan keluarganya sudah bekerja hingga larut malam, ayah dan ibu Zin menyuruh untuk Zin pulang terlebih dahulu untuk menemani Niaz yang berada di rumah. Zin langsung saja melakukan apa yang orangtuanya suruh, karena Zin juga berfikir kasihan jika harus terus meninggalkan Niaz terus sendirian di rumah. Zin langsung saja berjalan pulang, Zin berjalan melalui jalan yang melewati sebuah club dimana club tersebut selalu ramai dengan orang-orang yang minum-minum atau menikmati suasana disana, namanya club tentu saja tempat orang-orang menikmati dunia malam ditemani dengan minuman keras, atau wanita penghibur. Biarpun Zin tak pernah masuk club tapi sedikitnya Zin tahu bagaimana kehidupan di club. Tetapi bukan masalah itu yang Zin khawatirkan, tapi yang di khawatirkan adalah saat Zin melewati club tersebut selalu ada orang yang meperhatikan Zin dengan berlebihan, pria tersebut memperhatikan dengan sangat Zin yang sedang melewati tempat itu, seperti sedang mengamati Zin, takutnya pria tersebut sedang merencanakan hal yang buruk, tapi Zin tak terlalu mengkhawatirkan hal itu Zin langsung saja melanjutkan jalannya untuk pulang. Beberapa saat Zin sudah di rumah dan beristirahat dengan Niaz, orangtua Zin pun pulang, tanpa banyak bicara mereka semua beristirahat. Keesokan harinya mereka menjalani aktifitas mereka seperti hari ini, bekerja sangat keras hingga larut malam, tapi hari ini hanya orangtua Zin yang bekerja sampai larut malam sementara Zin pulang sebelum larut untuk menemani Niaz di rumah. Beberapa hari sampai satu minggu lebih keluarga Zin terus saja bekerja sampai larut malam, sehingga Zin, dan Niaz sudah terbiasa dengan hal itu, bahkan beberapa waktu sempat orang tua Zin tak pulang dan pulang keesokan harinya, tapi Zin hanya berfikir jika keluarga mereka memang bekerja sehingga Zin tak berfikir macam-macam. Tapi orangtua Zin seperti itu hanya untuk membuat Zin lengah saja, membuat Zin sudah terbiasa dengan orangtuanya yang selalu pulang larut malam, bahkan beberapa kali pernah sampai tak pulang, jika Zin sudah terbiasa dengan itu tanpa hadirnya orangtua Zin. Sampai peristiwa itu pun terjadi waktu itu keluarga Zin seperti biasanya kerja sampai sangat larut bahkan tak pulang, Zin tak berfikir buruk tentang itu, karena orangtua Zin memang suka seperti itu belakangan ini. Tapi malam itu sampai sudah 3 hari orangtua Zin tak kunjung pulang, Niaz bertanya kemana ayah, dan ibu pergi, Zin pun menjawab jika orangtua mereka sedang terus bekerja jadi tidak pulang hari ini, Zin bilang tapi kemarin malam ayah, dan ibu pulang tapi saat waktu dudah sangat larut bahkan menjelang pagi, lalu mereka pergi lagi sebelum Niaz bangun. Jadi bukan mereka tidak pulang tapi waktunya saja yang sangat singkat mereka pulang kemari. Zin terpaksa berbohong kepada Niaz waktu itu. Sampai Zin menunggu sudah 9hari lebih lamanya untuk orangtuanya pulang, dan orangtua Zin pun tak kunjung pulang, Zin sudah bingung apa yang harus Zin katakan dengan pertanyaan Niaz yang bertanya tentang orangtuanya, Zin terus saja berbohong kepada Niaz tentang hal itu. Zin mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan orangtuanya, dan pekerjaan itu apa mereka tak apa-apa, atau mengalami hal yang buruk. Keesokan harinya Mass pergi ke tempat dimana orangtuanya bekerja, tapi saat Zin sampai di tempat tersebut Zin melihat orang dengan jas hitam sedang menaikan banyak orang ke dalam truk yang di bawanya, Zin bertanya-tanya ada apa dengan semua ini, apa yang sedang mereka lakukan. Zin tak menghampiri mereka tapi melihat dari jauh apa yang sedang terjadi, saat Zin memperhatikan dengan lebih jelas Zin melihat jika ada orang selalu memperhatikan Zin saat melewati club, pria itu lalu naik ikut ke dalam truk setelah sesaat semua orang yang ada di pantai sana naik ke atas truk, saat itu semua orang yang mengutip barang di pantai tersebut ikut naik ke dalam truk orang ber-jas tersebut. Karena tak ada orang lagi yang bisa Zin tanya disana, Zin lantas berlari mengikuti kemana truk tersebut pergi. Karena truk tersebut melaju dengan lamban, Zin bisa lari mengikuti kemana truk itu pergi. Truk yang di ikuti Zin tiba-tiba berhenti Zin lamgsung saja berniat berembunyi, tapi dari truk itu keluar satu, dan pria yang biasa Zin lihat di club juga turun lalu mendekati tempat dimana Zin sembunyi, Zin mencoba lari karna takut jika mereka akan menangkap Zin, benar saja mereka memang berniat menangkap Zin, meskipun Zin mencoba lari tapi mereka bisa menangkap Zin lantas memasukan Zin ke dalam truk tersebut. Zin tak dapat melihat kemana Zin di bawa karena truk tersebut tertutup, sampai truk itu pun berhenti, menyuruh kami semua untuk turun. Saat turun entah dimana Zin sekarang, seperti di halaman rumah yang luas tapi ditutupi sehingga seperti garasi yang tertutup. Pria itu pun menyuruh kami masuk ke sebuah ruangan, saat di dalam terdengar sebuah lagu yang kencang seperti berisiknya di tempat hiburan tertutup. Zin tak dapat memperhatikan ruangan tersebut karena pria tersebut dengan cepat memasukan kami ke dalam sebuah ruangan, ruangan biasa tapi tertutup, sangat tertutup. Tanpa bicara apa-apa semua pria tersebut keluar, dan mengunci kami semua di ruangan itu. Sebelum Zin dengan semua orang itu masuk, Zin melihat jika sudah ada beberapa orang anak, dan dewasa yang berpakaian lusuh, dan kotor sudah ada disana. Zin mencoba bertanya kepada anak-anak tersebut. Saat Zin bertanya untuk apa mereka dibawa kemari mereka bilang jika mereka adalah orang jahat yang mengiming-imingi pekerjaan dengan gaji yang tinggi, tapi kenyataannya mereka berbohong. Setelah kami di bawa ke tempat ini mereka lantas menyebarkan kami ke beberapa daerah di sekitar jakarta, untuk mengemis. Mereka semua di jadikan pengemis, dan sekarang mereka juga akan menyebar, dan menjadikan Zin beserta orang yang mereka bawa menjadi pengemis, begiu kata anak itu. Mendengar itu Zin langsung saja bereaksi, berambisi jika Zin harus keluar dari tempat itu. Tapi tiba-tiba ada satu pria yang masuk, Zin langsung saja menjauh dari anak itu, sementara pria itu menghampiri anak tersebut, sebelum pria itu keluar dengan manis pria itu membagikan pulpen, dan kertas seperti formulir untuk kami isi. Lalu membawa mereka keluar dari kami yang baru masuk ke ruangan ini. Zin berencana untuk keluar dari tempat itu, dan memberitahukan jika kita disini akan di sebar, dan di suruh menjadi pengemis, tapi orang-orang tersebut tak percaya, aya yamg berkata bahkan malah menyuruh Zin menjauh dari mereka karena Zin hanya pengganggu. Mereka pun mengisi formulir yang di sebut sebagai syarat bagi mereka untuk bekerja. Tapi Zin bersikeras untuk keluar dari tempat ini karena sudah tahu apa yang sebenarnya mereka akan lakukan kepada kami, Zin berpura-pura saja tak tahan ingin buang air, sehingga diizinkan untuk ke toilet barharap di toilet tersebut tersebut ada ventilasi udara, atau semacamnya untuk di jadikan jalan kabur Zin. Zin menjalankan rencananya, masuk toilet, benar saja di atas ada sebuah ventilasi untuk jalan Zin kabur, tapi ventilasi tersebut memiliki baut sebagai kucinya, tapi untungnya Zin selalu membawa pisau di sakunya sehingga Zin dapat menggunakan pisau tersebut untuk membuka ventilasi. Akhirnya Zin dapat keluar melewati pentilasi tersebut, saat Zin melewati ventilasi tersebut terdengar suara pintu di dobrak, Zin secepatnya meloloskan diri dari sana, saat Zin lihat kembali ternyata itu adalah bagian tersembunyi dari club yang biasa Zin lewati. Zin langsung lari secepat mungkin menjauh dari sana, Zin tak terfikir apapun saat itu hanya Zin ingin pulang saja terlebih dahulu. Tanpa ada halangan Zin bisa pulang ke rumahnya saat itu, Zin berfikir jika seperti itu orangtua Zin bisa saja bernasib sama dengan mereka. Zin berniat untuk kembali ke tempat itu, tapi tentu saja dengan melaporkan kejadian itu kepada pihak yang berwajib. Dengan seperti itu Zin dapat mengetahui benar atau tidak jika orang tua Zin telah mereka bawa, dan menyuruh mereka untuk mengemis di kota lain. Zin langsung pergi kembali, dengan memberitahu pihak berwajib, melaporkan apa yang terjadi di club tersebut, dengan bantuan laporan dari Zin club tersebut menjadi target dari operasi polisi. Karena Zin melaporkan jika tadi pagi sudah ada orang yang mereka bohongi dengan di iming-imingi bekerja dengan gaji tinggi, dan sekarang masih berada di club tersebut tak menunggu lagi pihak kepolisian langsung saja menggerebek club tersebut, sehingga bos mafia di tempat tersebut bisa di tangkap, pihak kepolisian mengintrogasinya, serta Zin meminta untuk bertanya tentang orangtuanya, ternyata benar saja orang tuanya juga menjadi korban dari kejahatan mereka, tapi tidak dengan ayah Zin. Ayah Zin malah menjadi bagian dari mereka, ayah Zin menjual ibunya kepada mereka agar mendapat uang, dan menjadi anak buah mafia tersebut sehingga hidup ayah Zin bisa terjamin karena menjadi anak buah mafia tersebut. Tapi karena ayah Zin yang salah dalam memutuskan jalan hidupnya tersebut, ayah Zin mendekam di penjara bersama mafia tersebut, tapi ibu Zin bisa kembali berkumpul dengan Zin, dan Niaz sehingga mereka semua bisa hidup lengkap meskipun tanpa hadirnya seorang ayah di karenakan ayah mereka juga adalah bagian dari mafia tersebut. Bagian 2 Suatu hari Zin menjalani hari-hariku seperti biasa pagi-pagi Zin berangkat ke kantor. Tapi Zin tak terpaku untuk terus ada disana, menjelang siang Zin pun kembali pergi ke restoran yang letaknya berada lumayan jauh dari kantor. Tapi Zin pun tak mengeluh, dan tak bosan menjalani kesibukan Zin itu, setiap hari Zin menjalani kesibukannya itu, dan sore harinya barulah Zin beristirahat setelah seharian Zin sibuk dengan pekerjaannya. Tapi meskipun Zin beristirahat Zin pun tetap tidak tak berdiam diri, Zin membaca apa saja untuk menambah pengetahuannya. “ Kak ada surat dari sekolah,”ucap adik Zin. “ Ya simpan saja di meja nanti kakak baca,”jawab Zin sambil pandangan Zin tak lepas dari apa yang sedang Zin baca. “ Ini sudah malam kamu tidurlah, dikamar ibu, dan bapak,”ujar Zin menyuruhnya. “ Iya kak,”sahut adiku. Zin tak langsung tidur waktu itu, Zin masih harus mempersiapkan alat-alat untuk besok kembali bekerja, dan Zin membaca surat yang adik Zin bawa. Ternyata dari sekolah, dan setelah membacanya Zin pun lekas tidur beristirahat. Keesokan harinya Zin sudah bangun pagi sekali membangunkan adikku lalu menyuruh adikku untuk bersiap bersekolah, mandi, dan makan lalu pergi sekolah sementara. Zi harus pergi pagi sekali sebelum adiku pergi sekolah untuk bekerja. “ Dik kakak pergi duluan ya, surat yang kemarin sudah kakak baca, dan kakak simpan surat itu di meja,”ujar ku sambil agak teriak kepada adiku. “ Iya kak hati-hati,”sahut adiku. Zin pun langsung saja memakai perlengkapan, dan langsung saja pergi . Hari ini Zin tak langsung pergi ke kantor, tapi Zin pergi ke pasar terlebih dahulu dipasar keadaanya berbeda dengan di kantor, di pasar Zin harus se-pagi mungkin karena orang-orang di pasar tak ramah seperti orang-orang di kantor. Zin tak ingin ada masalah yang membuat Zin kehilangan sebuah kesempatan dengan adanya masalah yang menimpanya. Zin pun bergegas pergi ke pasar sebelum pergi ke tempat lain termasuk ke perusahaan. Sampailah Zin di pasar tersebut, lalu Zin pun bergegas untuk mengerjakan apa yang menjadi tugas Zin disana. Sebelum hari siang, dan banyak orang yang mengenali Zin, mencoba untuk menghambat pekerjaannya. Jujur saja orang yang Zin maksudkan adalah orang yang mengaku bahwa dirinya adalah jawara di area itu, atau kasarnya seorang preman yang suka mengganggu di area tersebut. Itu sebabnya Zin datang ke pasar tersebut pagi-pagi sekali, karena di waktu itu lah mereka semua sedang tak ada yang berlalu-lalang. Karena sedang sibuk untuk menjaga tempat parkir, dimana orang menyimpan kendaraan mereka, dan para preman itu lah yang bertugas disana. Itu bukan sebuah tugas untuk mereka, tapi jika ingin mendapat uang tentu saja mereka harus bekerja seperti itu, meskipun kadang mereka seenaknya saat menjaga tempat parkir, hanya ingin mendapat uang saja dengan membuat tarif untuk setiap orang yang ingin menyimpan kendaraan mereka di lahan tersebut. Meskipun lahan yang di jadikan tempat parkir tersebut adalah lahan yang memang di siapkan pihak dari pasar untuk pengunjung, tentu seharusnya tak ada tarif yang dikenakan untuk para pengguna lahan tersebut sebagai tempat parkir. Tapi jika harus berhadapan dengan preman-preman yang seenaknya disana orang-orang lebih memilih untuk cari aman saja, dengan memberikan uang sebagai sewa selama mereka menyimpan kendaraan mereka disana, dengan begitu tak ada masalah yang harus diperkarakan. Dengan cepat Zin pun menyelesaikan pekerjaannya, setelah selesai Zin langsung saja pergi ke tempat lain karena hari sudah mulai siang, dan pasar pun sudah mulai lengang. Zin tak ingin ada preman yang menemukannya, Zin pun tak berlama-lama langsung saja pergi. Setelah agak jauh dari pasar tersebut Zin pun berdiam diri sejenak beristirahat sambil berfikir, baiknya kemana Zin sekarang, dan Zin pun berfikir untuk pergi ke tempat sosial sekarang, seperti panti jompo, atau panti asuhan. Zin langsung saja pergi ke salah satu panti asuhan, dan seperti biasa tentu disana Zin mempunyai pekerjaan disana. Saat Zin sedang melakukan sesuatu disana tiba-tiba ada yang menepuk bahunya, lalu bertanya dimana rumah Zin, dan mana orangtua Zin. Dia memperhatikan Zin lalu berkata sepertinya Zin ini masih sangat muda, dan tak seharusnya bekerja terlebih dahulu. Zin pun hendak menjawab apa yang dikatakan nya, tapi tiba-tiba ada yang memanggilnya untuk mempersiapkan sebuah ruangan, karena ini waktunya untuk mengajak anak-anak belajar edukasi berkelompok. Lalu dia pun langsung saja pergi meninggalkan Zin. Zin pun melanjutkan pekerjaannya sambil sesekali melihat ke arah dalam panti tersebut, ada salah seorang anak yang berdiam diri sendirian di sebuah ayunan sambil menatap Zin dengan tatapan kosong. Meskipun yang lain sudah masuk ke dalam ruangan, tapi dia hanya berdiam diri saja sambil terus menatap Zin dengan tatapan kosong, lalu ada orang yang mengajaknya untuk masuk bersama. Dia pun ikut masuk ke ruangan tersebut, karena Zin rasa sudah selesai pekerjaannya disana Zin pun pergi. Hari sudah menjelang sangat siang, Zin pun merasa sudah lelah dari pagi sekali Zin sudah berkunjung ke 2 tempat. Zin berfikir untuk beristirahat terlebih dahulu, dan karena hari sudah siang Zin pun merasa lapar, berhubung Zin sedang berada diluar tentu Zin akan makan di warung di dekat sana, tapi di pikir kembali Zin lebih baik pulang ke rumah, dan beristirahat, lalu makan di rumah agar lebih enak jika sudah berada di rumak. Zin pun berfikir seperti itu, dan langsung saja pulang. Beberapa saat Zin pun sudah akan sampai di rumah, tapi Zin melihat ada anak kecil yang sedang di pintai uang, dan Zin pun tentu tak bisa membiarkan itu. Memang Zin tidak akan bisa melawannya, tapi Zin bisa meminta bantuan orang lain untuk menolong Zin agar bisa menyelamatkan anak tersebut. Zin pun dengan cepat meminta bantuan kepada orang yang berada di sekitar untuk membantu menyelamatkan anak itu dari preman tersebut, dan untung nya dengan cepat ada orang yang mau membantu Zin untuk mengusir preman itu. Kami pun langsung saja mendatanginya, dan preman itu masih saja memegang anak tersebut dengan kasarnya, sambil menggeledah mecari uang di anak tersebut, kami pun langsung saja berteriak kepada preman tersebut agar melepaskan anak itu. Jika tidak mereka akan menangkap preman tersebut, dan menyerahkanya kepada polisi, tentu saja preman itu takut, langsung saja melepaskan anak itu lalu lari secepat mungkin. Zin pun berterimakasih kepada orang-orang yang sudah membantu mengusir preman tersebut, Zin langsung menghampiri anak tersebut yang terlihat lemas. Masih merasa takut atas kejadian yang menimpanya, langsung saja Zin membawanya ke rumah yang tak jauh dari tempat tersebut, agar dia bisa melupakan kejadian yang menimpanya barusan, dan bisa menenangkan dirinya agar tidak trauma dengan apa yang terjadi padanya tadi. Di rumah Zin mempersilahkanya duduk, dan memberikanya minum, menyimpan peralatan kerja Zin, dan bicara denganya sambil menanyakan kenapa tadi dia bisa bertemu dengan preman tersebut. Tapi sebelum itu tentu saja kita berkenalan terlebih dahulu, Zin bilang namanya adalah Zin, dan beliau berkata namanya adalah Exlin. Zin melanjutkan pertanyaannya bagaimana bisa Exlin ditangkap oleh preman tersebut, Exlin pun berkata awalnya Exlin seperti biasa saja sedang mengamen di jalanan, tapi saat Exlin menoleh ke sebelah, Exlin melihat preman itu sedang memperhatikanya dengan tatapan yang tajam. Exlin melihatnya Exlin pun takut, dan sudah berfikir buruk melihatnya sontak Exlin pun lari menjauh, tapi meskipun Exlin sudah lari pria itu mengejar, dan bisa menangkap Exlin di tempat tadi sehingga pria itu meminta paksa uang yang Exlin miliki. Tapi dia berkata beruntungnya Zin segera datang, dan menolong Exlin saat preman tersebut menggeledahnya. Jadi preman tersebut tak berhasil mengambil paksa uang Exlin. Tapi Exlin berkata gara-gara kejadian itu Exlin menjadi sedikit takut mengamen mencari uang, saat Exlin bicara seperti itu Zin langsung saja mengatakan agar dia tenang, dan tak usah takut oleh preman tersebut. Zin bertanya kemana orang tua Exlin, dan Exlin pun berkata jika orangtuanya ada, tapi hanya bekerja sebagai seorang kuli panggul, dan ibunya sebagai tukang cuci, dan bantu yang lain di rumah tetangga, yang hasilnya tidak menentu bahkan bisa saja dalam sehari tak ada yang memakai jasa ibu Exlin untuk membantu. Jadi Exlin mencoba mencari uang sendiri, dengan cara menjadi pengamen jalanan agar tidak terlalu memberatkan biaya orang tuanya. Zin pun sudah mendengarkan semuanya tentang Exlin, dan Exlin pun balik bertanya apa yang di tempati ini rumahnya, dan dimana orangtuanya. Daritadi Exlin tak melihat orang lain di rumah ini selain dirinya, saat bertanya seperti itu, adik Zin pun datang Niaz pun masuk lalu Zin tentu mengenalkanya kepada Exlin. Zin berkata jika ini adalah adik Zin namanya Niaz, Niaz masih sekolah, selain itu Zin juga menjelaskan apa yang Exlin tanyakan mengenai orangtua Zin. Zin bicara jika Zin, dan Niaz sudah tidak bersama orangtuanya entah kemana mereka, yang jelas saat itu mereka seperti biasa saja tak ada yang mencurigakan. Mereka pergi untuk bekerja Niaz pun tentu tak mencurigai apapun, dan tak berfikir buruk tentang itu, karena memang tak ada yang mencurigakan. Tapi saat hari sudah sore seharusnya ayah, dan ibu sudah pulang, ya meskipun Zin sudah terbiasa dengan orangtuanya yang bekerja sampai sangat larut malam, terkadang tak pulang. Tapi beberapa hari Zin menunggu orangtuanya tak ada, Zin pun terus saja menunggu, dan berfikir positif. Bisa saja mereka masih bekerja karena barang sedang banyak yang bisa dibawa untuk dijual, hari pun sudah mulai gelap, dan semakin larut. Mereka pun tak kunjung pulang sampai adik Zin mulai bertanya kenapa ayah, dan ibu belum pulang sudah selarut ini. Zin hanya berkata mungkin mereka kerja lembur agar bisa memberikan uang jajan kepada Niaz, seperti itu Zin mencoba membujuk Niaz yang mulai mempertanyakan kemana ayah, dan ibu. Malam itu sudah sangat larut sekali, dan Zin pun tak bisa lagi menahan rasa kantuknya, sehingga Zin terlelap tidur berfikir mungkin mereka memang kerja sampai selarut ini dikarenakan banyak pekerjaan. Karena Zin pun sudah sangat tak bisa menahan kantuknya, Zin terlelap tidur. Saat Zin terbangun keesokan harinya Zin kaget, karna Niaz tak ada di sebelah Zin, Zin pun beranjak dari tempat tidur, langsung berlari keluar, dan tiba-tiba Zin mendengar suara tangisan, dan itu berasal dari suatu pojok ruangan. Zin langsung saja menghampirinya, dan Zin lihat Niaz yang sedang memeluk kedua kakinya sambli menangis, dan melihat keluar jendela. Zin langsung saja memeluknya untuk menenangkanya, sambil menangis Niaz kembali menanyakan tentang ayah, dan ibu Zin tak tahu harus bilang apa kepadanya. Tapi tak mungkin jika Zin mengatakan jika ayah, dan ibu pergi tak pulang, Zin terpaksa kembali berbohong, Zin mengatakan kepada Niaz jika tadi pagi sekali ayah, dan ibu pulang, mereka tak tega jika membangunkan Niaz. Lalu tak lama mereka pergi lagi untuk kembali bekerja, mereka bilang mereka harus pergi kembali bekerja, karena barang yang harus diambil sedang banyak sekali. Mereka tak bisa pulang tepat waktu, dan mereka harus terus bekerja bahkan sampai larut malam. Zin berkata mereka hanya menitipkan uang ini kepada Zin untuk Niaz membeli makan nanti, Zin hanya bisa bicara seperti itu kepada Niaz. Tapi meskipun Zin bilang seperti itu kepada Niaz memang itu bisa membungkam pertanyaan Niaz beberapa hari. Tapi tak mungkin untuk selamanya, beberapa hari kemudian Niaz mulai merengek kembali, dan mempertanyakan lagi kemana ayah, dan ibu. Jika memang mereka sangat sibuk dengan pekerjaan mereka tak mungkin tak pernah pulang sampai sudah 1 minggu saat terakhir mereka masih bisa Niaz lihat pulang ke rumah. Zin pun kembali berbohong, Zin bilang jika ayah, dan ibu pulang, tapi mereka pulang sangat pagi sekali, saat Niaz pulas tertidur. Mereka tak tega jika harus membangunkan Niaz yang sedang tidur sangat pulas, mereka pun kembali pergi bekerja saat Niaz belum bangun, karena itu lah Niaz tak bertemu dengan mereka, dan seperti biasa mereka memberikan Zin uang untuk membelikan apapun yang Niaz mau, itu pun sesaat kembali membuat Niaz berhenti merengek, dan kembali bisa tersenyum. Zin kembali berbohong kepada Niaz karna Zin tak punya pilihan lain, saat itulah Zin bekerja sendiri agar Zin bisa membeli makanan, dan memberi uang kepada Niaz untuk nya membeli makanan, dan mengalihkan perhatianya agar tak bertanya tentang ayah, dan ibu. Karena jika sampai Niaz bertanya lagi Zin sudah sangat bingung apa yang harus Zin katakan pada Niaz, Zin harus berbohong apa lagi untuk menutupi tentang ayah, dan ibu yang tak kunjung pulang. Sampai ada salah satu kejadian dimana Zin menangis. Sekuat apapun Zin tetap saja Zin sedih dengan keadaan ini, Zin tegar di depan Niaz karna Zin tak ingin jika Niaz tahu tentang ayah, dan ibu yang pergi entah kemana meninggalkan mereka. Saat itu Zin tak sadar jika Niaz sudah pulang, dan tiba-tiba ada di belakang Zin, Niaz memergoki Zin yang sedang menangis. Zin kaget, dan langsung saja mengusap air matanya. Zin sangat kebingungan apa yang harus Zin katakan kepadanya, Niaz sudah memergoki Zin yang sedang menangis, tapi Zin pun mencoba beralasan untuk menutupi ini. Dengan terbata-bata Zin pun beralasan jika Zin menangis karena, tadi saat bekerja Zin terjatuh kaki Zin keseleo, sehingga Zin terluka di bagian kaki, dan tangan. Zin pun beralasan seperti itu lalu Niaz mengambilkan air untuk membasuh luka di kaki dan tangan Zin. Untungnya dengan alasan Zin yang seperti itu Niaz percaya. Tanpa banyak bicara Niaz langsung membersihkan luka-luka Zin, melihat Niaz yang masih kecil, dan polos sebaik ini saat Zin mengalami musibah membuat Zin berfikir, kenapa tega ayah, dan ibu meninggalkan kami meninggalkan anak kecil yang jelas masih sangat membutuhkan kasih sayang orangtua. Zin pun tak kuasa menahan tangis kembali melihat Niaz seperti ini di hadapanya, Zin tak bisa menahan tangis sehingga Niaz melihat Zin yang meneteskan air mata, sontak Niaz pun menoleh ke arah Zin, dan langsung bertanya kenapa Zin menangis lagi, dan Zin hanya bisa menjawabnya dengan berbohong kembali. Zin hanya bilang sakit karena luka yang sedang dibersihkan terasa perih sekali, dan Niaz terus saja membersihkan luka yang ada. Dan beberapa hari setelah Zin kembali mengatakan jika ayah, dan ibu bukanya tidak pulang, tapi mereka pulang pada saat Niaz tidur, mereka pulang sangat larut malam sekali, sehingga mereka tak membangunkan Niaz, karna tak tega jika harus membangunkanya ketika pulas tidur. Maka ayah, dan ibu hanya pulang, dan kembali pergi untuk bekerja sebelum dia bangun. Mungkin dia sudah sangat curiga dengan benar, atau tidaknya perkataan Zin yang terus berkata seperti itu. Malam itu Niaz terus saja terjaga, Zin sudah mengajaknya untuk tidur, tapi Niaz beralasan belum mau tidur, dan Niaz terus saja bermain dengan mainanya. Zpu membiarkanya terlebih dahulu sampai Niaz lelah, dan ingin tidur. Beberapa jam Zin menunggu, Niaz tetap saja belum ingin tidur bahkan Niaz terlihat masih aktif memainkan permainanya, tapi Zin pun membujuknya untuk tidur kembali, tapi tetap saja belum berhasil dia pun berkata jika dia belum mau tidur. Untuk kedua kalinya Niaz menolak, Zin pun kembali bersa saja, dan tak menunjukan kegelisahan, Zin takut Niaz itu mempunyai pikiran untuk membuktikan perkataan Zin benar, atau tidak mengenai ayah, dan ibu pulang saat waktu sudah sangat larut. Sehingga tak membangunkanya, dan hanya beristirahat sebentar, lalu kembali pergi untuk bekerja. Meskipun saat itu Zin sudah sangat gelisah jika Niaz akan menunggu sampai larut malam untuk membuktikan perkataan Zin benar, atau Zin membohonginya tentang ayah dan ibu. Jam sudah menunjukan pukul 00 : 30 sudah sangat larut, dan sudah akan pagi terlihat Niaz pun sudah tak terlalu bersemangat, dan kelelahan. Tapi Zin lihat lagi Niaz seperti bukan kelelahan, tapi terlihat seperti sedang menahan tangisan. Zin berfikir jika sudah seperti ini Zin tak bisa berbohong lagi. Niaz sepertinya sudah tahu tentang ayah, dan ibu, lalu tiba-tiba beberapa jam kemudian Niaz sudah benar-benar lelah, Niaz pun mengajak tidur hari sudah sangat larut, kami pun tidur. Exlin beruntung meskipun orangtua Exlin bekerja hanya seperti itu, tapi setidaknya mereka bisa selalu ada saat Exlin membutuhkan mereka. Exlin tidak seperti Zin yang tak bisa sedikitpun merasakan kasih sayang mereka, Zin meminta maaf kepada Exlin, Zin berkata Zin jadi bicara kemana-mana, dan Exlin jadi mendengarkan cerita Zin ini. Zin lalu berkata tidak usah takut untuk kembali mencari uang di jalanan, Zin juga berkata jika Exlin masih trauma oleh kejadian tadi, bagaimana jika Zin bekerja bersama-sama saja. Dan Exlin juga lihat bagaimana Zin kerja, Zin hanya seorang pemulung, Zin berkata jika kita pergi bersama tentu saja jika ada preman yang mengganggu pun kita bisa saling membantu, atau mencari bantuan. Jika diantara kita ada yang di palak oleh preman tersebut. Exlin pun menjawab jika itu adalah ide yang bagus, selain Exlin ada teman agar tidak merasa takut terus menerus mereka pun bisa saling membantu, dan Exlin pun bilang jika Exlin merasa sangat bersimpati atas apa yang terjadi kepada Zin. Lama Zin, dan Exlin berbincang sampai tak terasa hari sudah menjelang sore, Exlin pun harus segera pulang agar orangtuanya tak merasa khawatir kepadanya. Exlin juga bilang lain waktu akan mengajak Zin untuk ke rumahnya, dan sepertinya rumah Exlin tak terlalu jauh dari sini, sehingga Exlin takan terlalu jauh berjalan untuk pulang. Exlin pun akan meninggalkan rumah Zin, tapi Niaz seperti sedang memikirkan sesuatu, dan Zin pun tiba-tiba terfikir kejadian yang menimpanya siang tadi, Zin langsung saja bilang padanya akan mengantarkanya sampai depan jalan sana, lalu kita pun pergi bersama, dan Exlin pulang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Menantu Dewa Naga

read
176.4K
bc

My Devil Billionaire

read
94.5K
bc

Scandal Para Ipar

read
692.7K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
859.4K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook