bc

The Trash Girl

book_age18+
1.2K
FOLLOW
9.8K
READ
kidnap
family
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
brilliant
first love
chubby
like
intro-logo
Blurb

Judul : The Trash Girl

Penaname : Jimmywall

°°°

"Gadis bodoh ini tak memakai short," gumam Agri pelan.

Lalu dipandanginya keseluruhan tubuh Lia.

Agri menaikan sebelah alisnya.

"Tidur tidak tahu malu," gumam Agri.

Entah apa yang terjadi padanya, mungkin karena bisikan setan atau rayuan iblis, Agri mengelus pelan paha itu. Satu sudut bibirnya terangkat licik.

"Lembut," batin Agri.

Agri menghirup aroma harum kulit Lia yang menempel di jemarinya.

"Ah ... harum ... seperti bayi," gumam Agri keasikan.

Jemarinya mengusap lagi paha Lia. Perbuatannya ini sama dengan yang di lakukan Arsyad beberapa hari lalu pada kulit Lia, tapi bedanya Arsyad melakukannya di betis adiknya bukan di paha Lia yang mulus ini.

Entah apa yang terjadi padanya, Agri ketagihan mengusap kulit Lia lalu menghirupnya bagaikan heroin.

Agri melakukan itu berkali-kali, bahkan ia tak sadar bahwa sekarang ia sedang di saksikan oleh banyak orang yang masuk ke kamar itu.

"Shh...harum...bayi."

Sekarang Agri sudah meracau.

°°°

"Berapa yang kau inginkan?" tanya Agri dingin.

"Adakah tempat sampah di sini?" tanya Lia.

Agri menaikan sebelah alisnya.

"Tempat sampah?" beo Agri.

Lia mengangguk.

.................................

chap-preview
Free preview
Part 1
Seorang gadis sedang sibuk mengobrak-abrik sebuah tempat sampah yang di singgahinya. Sesekali keningnya berkerut karena tak mendapat apa yang dicarinya. "Masa tidak ada sih?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri. "Tempat sampah sebesar ini tapi tak ada sisa makanan? Heum bakar saja tempat ini," cibir gadis itu. Berjalan menjauh meninggalkan tempat sampah yang baru saja di cakarnya itu. Beberapa saat kemudian ia melihat ada sebuah tempat sampah lagi, kali ini cukup besar dan banyak tumpukan sampahnya. Senyum cerah menghiasi bibir manisnya. "Aha, ada tempat sampah lagi!" seru gadis itu girang. Lalu cepat-cepat ia berjalan maju ke arah tempat sampah yang lumayan besar itu. Krek Krek Krek Bunyi cakaran pada tempat sampah itu. Gadis itu sedang mencakar tong sampah yang lumayan besar dan banyak sampahnya. Ini sudah jam setengah sembilan malam, dan ia belum juga mendapatkan makan malamnya dari dua jam yang lalu. "Aha, akhirnya aku menemukanmu juga!" ucap gadis itu girang. Ia menemukan makanan sisa yang lumayan banyak dan masih bisa dikonsumsi. Tangannya terulur dan mengambil sisa makanan itu, tapi ada yang menarik perhatiannya. "Dompet?" batin gadis itu bertanya. Tangannya yang tadi ingin menggapai sisa makanan yang ditemukannya itu kini beralih menggapai dompet yang ia temukan. Dilihatnya dompet yang kini telah berada di genggamannya. "Dompetnya bagus! Pasti milik orang kaya," batin gadis itu. Dibukanya dompet itu. "Woah, banyak sekali kertas merah yang ada gambar orang-orangan," ucap gadis itu takjub. Lalu dilihat lagi apa saja yang ada didalam dompet itu. "KTP, SIM, apa ini?" ucap gadis itu bingung. Yang dilihatnya sekarang ini adalah kartu ATM si pemilik dompet itu. "Oh iya aku ingat, ck! kartu gesek!" seru gadis itu sambil berdecak. Dilihatnya lagi kartu identitas si pemilik dompet itu. "Agri Arelian Nabhan," ucap gadis itu sambil membaca nama yang tertera di kartu identitas itu. Kryukk Kryukk Bunyi suara yang berasal dari perut gadis itu. Ia menghentikan aktivitas membaca kartu identitas dari si pemilik dompet. "Makan dulu nanti baru lanjut lagi ah," ucap gadis itu memutuskan. Ia duduk di tepi tempat sampah dan memakan makanan sisa yang ia dapat dari bekas pembuangan restoran. "Heum...ini enak, apa aku sering-sering datang ke sini saja yah?" ucap gadis itu. Lalu ia berpikir sesaat. "Ok baiklah, sudah diputuskan bahwa tempat ini adalah wilayah jerahanku, ting ting ting!" ucap gadis itu memutuskan. Setelah selesai makan makanan sisa itu, ia berdiri tak lupa menggapai dompet yang ia temukan. "Harus ku apakan kau wahai dompet?" tanya gadis itu pada dompet yang ia temukan. Tak ada jawaban. Tentu saja begitu, jelas saja karena benda yang ia tanya itu merupakan benda mati yang tak bisa bergerak apalagi berbicara. "Kenapa kau tidak menjawabku, hm?" tanya gadis itu pada dompet. Masih tak ada jawaban. Lalu tanpa sengaja dompet yang ia genggam itu terjatuh ke tanah. Dompet itu terbuka dan memperlihatkan kartu identitas sang pemilik dompet yang ia baca tadi. "Oh, sekarang aku mengerti, bilang saja kau ingin pulang ke tuanmu dompet," ucap gadis itu. "Baiklah kalau begitu wahai dompet yang punya banyak kertas merah orang-orangan serta banyak sekali kartu gesek, aku akan memulangkanmu kembali ke tuanmu," ucap gadis itu. Lalu ia berjalan pulang ke arah rumahnya. ........................... Seorang lelaki sedang menelpon seseorang di ruang kerjanya. "Aku tidak mau tahu Jery, cari sampai dapat dompetku itu! Tak peduli jika tidak ada uang atau kartu ATM lagi, yang penting foto yang ada didalam dompet itu, besok dompet itu sudah ada di meja kerjaku titik," ucap lelaki itu lalu memutuskan panggilan secara sepihak. "Aarrggghhh! Kenapa bisa hilang?" frustasi lelaki itu. Tadi siang, ketika ia makan siang di sebuah restoran mahal, entah mengapa saat ia keluar dari restoran itu, ia tak menemukan dompetnya lagi, ia baru menyadarinya ketika pulang ke rumahnya saat makan malam. Tak masalah baginya jika tak ada uang dan kartu ATM lagi di dompetnya itu, asalkan ada foto yang ia sisipkan di dompet itu, foto berharga menurutnya. Sekarang lelaki 30 tahun itu sedang frustasi karena memikirkan kemana hilangnya dompet itu. ........................ Pagi menjelang, gadis yang semalam mencakar dan mengobrak-abrikan tempat sampah kini duduk manis di kursi dan sedang bertongka dagu di atas meja makan yang mahal. "Inem, mana buburnya adikku? Cepat bawa kesini jangan sampai ia menunggu lama," ucap seorang lelaki berusia 29 tahun ke arah dapur. Beberapa saat kemudian seorang wanita berusia akhir empat puluhan datang tergopoh-gopoh membawa nampan berisi sepiring bubur dan segelas teh hangat. "Ini tuan buburnya," ucap sang pembantu sambil meletakan piring bubur dan teh hangat di depan gadis yang sedang bertongka dagu itu. "Terima kasih bi Inem." Ucap gadis itu. Inem, si pembantu tersebut mengangguk sambil tersenyum. "Sama-sama non," sahut Inem. Gadis itu mendongak ke arah lelaki paruh baya yang sedang duduk berhadapan dengannya. "Ayah, Lia akan makan bubur ini lalu setelah itu Lia akan minum teh ini, apakah boleh sekarang ayah?" tanya gadis itu. Sang ayah tersenyum teduh ke arah putrinya. Tangannya terulur dan mengusap ubun-ubun putrinya sayang. "Makanlah Lia, kau boleh makan bubur dan minum teh itu," jawab sang ayah lembut. Attala Ramdan Farikin, lelaki paruh baya yang berusia 56 tahun itu adalah ayah dari lima orang anak. Lalu sang gadis menoleh ke arah seorang wanita paruh baya. "Ibu, Lia akan makan bubur ini lalu setelah itu akan minum teh ini, apakah boleh?" tanya gadis itu lagi ke arah wanita itu. "Kau boleh sayang," jawab sang ibu. Vania Evarista, wanita paruh baya yang berusia 50 tahun itu menjawab sang anak. Sebenarnya Vania adalah ibu tiri dari gadis yang bernama Lia itu, ada cerita dibalik itu. Lalu setelah mendapat jawaban dari sang ibu, gadis yang bernama Lia itu menoleh ke arah ketiga saudara lelakinya. "Abang-abangku, Lia akan makan bubur ini lalu setelah itu akan minum teh ini, apa boleh?" tanya gadis itu. Ketiga lelaki itu mengangguk lalu tersenyum lebar. "Tentu saja boleh adik kami yang manis," jawab seorang dari ketiga lelaki itu. Lalu setelah mendapat jawaban dari ketiga saudara lelakinya, ia menoleh ke arah saudara perempuannya. "Kakak, Lia akan makan bubur ini setelah itu akan minum teh ini, apa boleh?" tanya gadis itu lagi. Sang kakak perempuan itu tersenyum lebar. "Makalah adikku, kau boleh makan," jawab sang kakak sambil mencubiti pipi tembem sang adik. Lalu ia menoleh lagi ke arah seorang perempuan cantik. "Kakak ipar istrinya abang Pasha, Lia akan makan bubur ini lalu setelah itu akan minum teh ini, apa boleh?" tanya gadis itu. Sang kakak ipar mengangguk lalu tersenyum. "Kau boleh makan sayang," jawab sang kakak ipar. Lalu terakhir ia menoleh ke arah anggota keluarganya yang terkecil, keponakannya. "Keponakanku yang kecil, bibi akan makan bubur ini lalu setelah itu akan minum teh ini, apakah boleh?" tanya gadis itu lagi. Sang keponakan yang berusia empat tahun itu mengangguk. Dikeluarganya, ia adalah anggota terkecil setelah keponakannya yang berusia empat tahun itu. Setelah mendapat persetujuan dari seluruh anggota keluarganya, sang gadis yang bernama Lia itu memakan bubur yang ada di hadapannya. Beberapa saat kemudian. "Lia, apakah hari ini kau akan ke tempat sampah itu lagi?" tanya sang kakak. Pasha Irawan Farikin, pemuda berusia 29 tahun itu yang sudah memiliki istri cantik berusia 28 tahun dan seorang anak. Lia, si gadis itu menoleh ke arah kakaknya. Ia menggeleng. "Hari ini Lia tidak akan ke tempat sampah itu lagi, sekarang Lia sudah punya tempat baru, makanan di situ enak-enak." Jawab Lia. Pasha hanya bisa mengangguk dan menghirup napas pasrah. Bukannya ia tak tahu apa yang dilakukan adik bungsunya ini setiap hari, bukannya ia tak peduli dan menutup mata tentang aktivitas yang di lakukan adiknya ini, sudah belasan tahun adiknya melakukan aktivitas rutinnya itu. Adiknya itu memiliki kepribadian yang berbeda dari saudara dan adiknya yang lain. Secara sekilas jika orang melihat adiknya itu seperti orang tak normal, tapi sebenarnya penilaian mereka saja yang salah, adiknya itu normal. Meskipun adiknya tak mendapatkan pendidikan formal seperti orang lainnya, tapi sang ayah selalu menyiapkan guru privat bagi sang anak. "Lia suka tempat itu?" tanya Attala, sang ayah. Lia mengangguk. "Lia suka, oh ya ayah, nanti Lia akan pergi ke suatu tempat," ucap Lia. Sang ayah mengerutkan keningnya. "Kemana?" tanya sang ayah. "Nanti saja baru Lia lihat alamatnya, oh ya ampun ini sudah jam tujuh, Lia sudah terlambat," jawab Lia panik. Lalu ia berdiri dan mengucapkan salam perpisahan. "Wahai keluargaku, aku akan pergi menelusuri dan melihat-lihat tempat sampah lagi, aku pergi, selamat pagi semuanya, Assalamualaikum." Pamit Lia. Lalu buru-buru ia pergi. Sang ayah hanya bisa menggeleng-geleng kepala saja di ikuti anggota keluarganya yang lain. "Tony, kau dan beberapa anggotamu ikuti putriku, pastikan ia baik-baik saja, jika terdapat lecet sedikit saja di tubuhnya, satu jari tanganmu aku potong," pinta dan ancam Attala. Tony sang suruhan mengangguk tegas. "Baik tuan, saya laksanakan, permisi." Sahut Tony. Lalu ia pergi menyusul sang nona. Tony sebenarnya adalah seorang bodyguard yang di bayar Attala untuk menjaga putrinya bersama beberapa bodyguard yang lain. Mereka tidak berpakaian layaknya seorang bodyguard yang memakai baju serba hitam, pakaian mereka seperti orang jalanan, intinya mereka menyamar untuk menjaga nona mereka dari jarak yang sudah di tentukan. "Mas, aku khawatir pada Lia," ucap Vania. "Dia akan baik-baik saja selama bersama orang suruhanku," balas Attala. Lia Rahmawati Farikin adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Kakak lelakinya yang pertama bernama Pasha Irawan Farikin yang memiliki restoran terkenal, kakak perempuannya bernama Meisa Irawati Farikin, berusia 26 tahun yang merupakan seorang model terkenal. Ada juga kakak Lia yang kembar, bernama Arsyad Aril Farikin berusia 24 tahun bekerja di perusahan ayahnya, satunya lagi bernama Arya Adnan Farikin, yang bekerja juga berasama kembarannya. Mereka ber-empat mendapatkan pendidikan formal berbeda seperti adik mereka. ........................ Krek Krek Krek Bunyi suara cakaran di sebuah tong sampah. Lia si pelakunya, ia sedang mencari barang bekas berupa payung atau apapun yang bisa dipakainya untuk menutup kepalanya. "Hari ini sangat panas, kepalaku bisa terbakar nanti." Ucap Lia. Tak menyerah ia kembali mengobrak-abrik tempat sampah itu lagi. Lama ia bergulat dengan aktivitasnya itu, waktu sudah menunjukan makan siang. "Percuma saja, tak ada," ucap Lia. Seorang lelaki paruh baya berjalan ke arahnya. "Apa yang kau cari?" tanya lelaki itu Lia menoleh ke arah lelaki itu. "Ah paman, aku sedang mencari penutup kepala, hari sangat panas, matahari terlalu kejam padaku, ia bahkan bersinar telanjang tak memakai selimut, aku dibuat kepanasan olehnya," jawab Lia. Lelaki paruh baya itu menyodorkan selembar karton bekas. "Pakai saja ini untuk menutupi kepalamu dari panas," tawar sang lelaki paruh baya itu. "Apakah tak apa?" tanya Lia. Lelaki itu mengangguk. "Sebenarnya karton ini aku pakai sebagai alas tidurku, tapi melihatmu seperti ini yah jadi terpaksa harus ku berikan padamu, ini ambil!" jawab lelaki paruh baya itu. Lia tersenyum. "Wahai paman yang baik hati, terima kasih akan kebaikanmu, aku akan membalasnya suatu saat nanti," ucap Lia. Lelaki itu mengangguk. "Balaslah nanti jika kau sudah menjadi orang sukses bukan seperti sekarang ini, kau dan aku sekarang statusnya sama, orang jalanan," sahut lelaki itu. Lia tersenyum lebar. "Kalau begitu aku permisi dulu wahai paman yang baik hati," ucap Lia. Lelaki itu hanya mengangguk lalu ia berjalan mencari makanan. Lia berjalan menjauh dari tempat sampah itu sambil memegang karton di kepalanya, agar ia terlindungi dari panasnya matahari. Ia akan pergi ke tempat yang sudah menjadi tujuannya dari tadi malam. ........................ 20 menit kemudian Lia sampai di depan gedung pencakar langit yang cukup indah. "Wahai gedung, tinggi sekali dirimu," ucap Lia takjub. Lalu ia berjalan masuk ke dalam gedung itu. Tony, sang bodyguard mengkode salah satu rekannya untuk mengikuti nona mereka. Berjalan memasuki lobi gedung itu dengan baju compang-camping. Orang-orang memandanginya dengan tatapan jijik bercampur hina. Mereka bertanya-tanya kenapa sampai gadis jalanan kotor dan tubuhnya bau itu bisa masuk ke lobi gedung ini. Berjalan maju ke arah resepsionis yang sedang berjaga. "Permisi, bolehkah saya bertemu dengan yang bernama Agri Arelian Nabhan?" tanya Lia. Resepsionis itu melihat dan memperlihatkan ekspresi jijik yang kentara. "Kau siapa gadis kotor ingin menemui bosku? Dasar menjijikan!" hina sang resepsionis. "Mengapakah engkau berkata seperti itu padaku? Kau sungguh tak sopan seperti orang yang tak berpendidikan saja," balas Lia. Sudah di jelaskan bahwa kepribadian Lia ini berbeda dari yang lainnya. "Hei! Dasar gadis sampah kotor menjijikan! Apa kau bilang barusan? Dasar tidak tahu diri, pergi sana! Kusuruh sekuriti untuk menyeretmu yah!" ucap sang resepsionis marah. Agri baru saja keluar dari lift eksekutif yang digunakannya, ia mendengar keributan. "Aku hanya ingin bertemu dengan yang bernama Agri Arelian Nabhan, tinggal bilang saja dimana dia, lalu masalah selesai," ucap Lia teduh. Agri mengerutkan keningnya. Namanya dibawa-bawa, ia akan menemui siapa orang yang telah membuat keributan itu. "Ada apa ini?" tanya Agri tegas. Sang resepsionis dan orang-orang yang ada di lobi menoleh ke arah Agri dengan ekspresi tegang. "In--ni bos gadis kotor ini ingin bertemu dengan anda," jawab sang resepsionis terbata-bata. Agri menoleh ke arah Lia dengan tatapan datar lalu beralih ke arah sang resepsionis. "Kalau gadis ini saja kau tak bisa urus, lalu untuk apa kau bekerja di sini?" tanya Agri datar. Sang resepsionis mulai ketakutan. "Permisi tuan, wajahmu sama seperti gambar yang ada di dalam kartu yang aku pegang ini," ucap Lia menginterupsi. Agri menoleh ke arah Lia sambil mengerutkan keningnya. "Kartu?" tanya Agri. Lia mengangguk. "Ah, jadi anda rupanya sang pemilik dompet itu!" seru Lia. ...........................

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Everything

read
278.0K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Dependencia

read
186.4K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook