bc

I Love You, Pak Heri!

book_age16+
2.7K
FOLLOW
19.1K
READ
possessive
age gap
CEO
student
comedy
sweet
bxg
highschool
teacher
like
intro-logo
Blurb

Aku tahu ini memalukan. Suka pada guruku sendiri. Tapi, aku tak dapat menahan diri saat Pak Heri lewat di depan mata, jantungku langsung dangdutan tak karuan. Banyak yang suka juga sama Pak Heri. Tapi... aku seolah t**i. Tetap saja aku menyukainya.

"Sumpah! ini bukan manusia! ini malaikat!" suara histeris siswi SMA yang baru melihat Pak Heri.

"Aduhai! senyumnya! omaigat! pen ajak b******a sekarang juga!" Atau ini, tatapan memuja dari para guru jomblo baik gadis atau pun kaum jendes.

Aku bisa apa, hatiku juga ikut nyut-nyutan saat melihatnya.

Cuma berani teriak dalam hati, "I Love You, Pak Heri!

***

Aku yakin dia orang yang tepat untuk membalas rasa sakitku!

chap-preview
Free preview
Kenalan dong, Pak!
Suasana kelas masih ribut saat ini. Bahkan sebagian murid cewek malah asyik bersolek ria. Entah apa gerangan yang terjadi. Padahal hari ini adalah jadwalnya Pak Edo, guru kimia yang terkenal super seram itu. "Lis, ada apaan sih? Kok anak-anak pada ribut?" tanyaku pada Lisa, teman sebangku sejak kelas XI itu. "Lo belum tahu?" Lisa menatapku tak percaya. "Makanya gue nanya, bangke!" jawabku sambil masih anteng bikin sketsa gambar di belakang buku tulis. Lumayanlah, daripada gak ada kerjaan. Bikin gambar untuk mengusir bosan. "Pak Edo resign," jawab Lisa cuek. Tangannya memegang cermin kecil dan kembali menambahkan pelembab bibir. "Oh." "Gitu doang?" "Ya terus gue mesti jungkir balik, gitu?" "Secara ini tuh anugerah tahu gak sih? Bertahun-tahun kita menderita tekanan batin saat mendapat wejangan rumus yang bikin kepala pecah, eh sekarang dia go out!" "Tapi tetep aja kan, sekolah pasti nyari gantinya. Ya kan?" "Itu dia, Put! Ini jackpotnya yang bikin anak-anak gaduh kayak gini." "Lho? Kok bisa?" "Katanya, pengganti Pak Edo tuh cowok yang gantengnya auzubileh!" "Ck, berlebihan lo!" "Lo bakal nyesel udah bilang gitu, Put!" "Kita lihat aja nanti! Apa gue bisa terpesona sama guru baru itu?" "Halah, gaya lo! Lihat Si Bima aja yang ketua OSIS, lo kagum. Apalagi yang ini! Kelas kakap, men!" "Itu kan beda, Lis! Gue kagum sama Bima, dia tuh keren banget tahu gak? Masih seumuran kita, tapi dewasa banget!" "Selamat siang!" Sebuah suara menginterupsi dan dalam sekejap membuat keributan ini selesai. Hening dan tak ada yang bersuara. Pak Edo masuk dan diikuti oleh seseorang yang... wow! Sumpah! Gila! Cakep bener! Ampun, demi apa, seumur-umur baru kali ini lihat orang secakep itu! "Selamat siang, mohon maaf sebelumnya atas keterlambatan saya. Mungkin sebagian dari kalian ada yang sudah mendengar kabar burung tentang saya." "Gak ada, Pak. Yang ada kabar ayam aja kok," celetuk Indra, siswa dengan nominasi pria terbawel di kelas. Pak Edo tersenyum. Memamerkan gigi emasnya di sebelah kanan. Oalah, pantesan jarang senyum, punya gigi emas toh? "Sst, Pak Edo senyum, 'njir!" bisik Lisa menyenggol sikutku. "Gue gak merem, bodoh!" "Kali aja lo mohes! Kerjaan lo kan gitu?" "Gaklah, yang di sebelahnya bikin mata gue melek." "Hei! Lisa! Putri! Jangan bikin obrolan dalam obrolan! Kayak ikan mujair saja!" Glek. Kami ketahuan! Lenyap sudah senyum gigi emasnya tadi. Welcome wajah sangar mengerikan dari Pak Edo. "Ke depan kalian berdua!" Lisa menyenggolku berkali-kali. "Apaan sih lo?" "Disuruh ke depan, dodol!" Bisik Lisa. "Tahu kok gue." Aku berdiri, sedikit merapikan baju dan melenggang dengan percaya diri ke depan kelas. Lah, Si Lisa kok gak ngikut? "Lis, ayo!" Lisa tersenyum kikuk lalu maju ke depan. "Kok lo mau sih, Put?" bisik Lisa sambil memegang erat bajuku. "Kali aja dapet salaman pertama dari guru ganteng itu, hihi," jawabku tak kalah pelan sambil terkikik. "k*****t lo! Ada batu di balik udang!" "Berdiri kalian!" perintah Pak Edo dengan suara tegasnya. "Di sini, Pak?" tanyaku sambil sedikit bergeser ke samping Pak Guru yang entah siapa namanya itu. "Maumu! Sini! Di pojok saja!" jawab Pak Edo. Yah, hilang sudah harapan berdiri bareng Pak Guru itu. "Mohon maaf, Pak! Beginilah kondisi kelas ini. Memang memerlukan kesabaran ekstra dalam menghadapi mereka. Bapak jangan segan-segan untuk bertindak tegas pada mereka." "Ya, saya mengerti, Pak." Jawab Pak Guru dengan nada kalem. Duh, suaranya aja merdu begitu! Bikin aku makin klepek-klepek deh, sumpah! Pak Edo kembali fokus ke kelas. "Nah, anak-anak, informasi hari ini adalah bahwa saya tidak bisa mengajar lagi di sekolah ini." "Yah... kenapa begitu, Pak? Padahal kami senang lho cara ngajar Bapak?" seru Indra. Beuh, gayanya tuh anak, padahal muka dia paling asem kalau Pak Edo lagi ngajar. "Ya, saya juga senang sekali bersama kalian. Meskipun kalian banyak membuat saya jengkel, tapi saya menyayangi kalian. Saya mohon maaf jika belum bisa memberikan yang terbaik buat kalian!" Kelas menjadi hening lagi. Indra juga belum jawab. Biasanya dia langsung samber omongan siapa saja dengan mulut bawelnya. Tapi kali ini malah sepi. Semua menunduk. Entah karena sedih saat tahu Pak Edo mau resign, ataukah mati-matian menyembunyikan rasa bahagia mereka. Aku? Aku sih masih anteng menikmati pemandangan segar di depan mata. "Dan untuk ke depan, guru mapel kimia yang biasa saya ampu akan digantikan oleh Pak Heri. Silahkan, Pak!" "Ekhm, baiklah! Terimakasih Pak Edo atas waktunya. Nama saya Heri Reza Jatnika. Saya akan mengajar pelajaran Kimia. Dan saya harap kita bisa bekerja sama. Ada pertanyaan?" "Status, Pak!" celetuk Tika. "Status saya... hm, apa ya? Masih dalam pencarian." "Uwuu... saya boleh masuk antrian gak, Pak?" Sahut yang lain. Disusul dengan suitan para cowok. "Kalian ini! Tidak bisa diajak serius ya? Maafkan mereka ya, Pak!" ujar Pak Edo menengahi. Pak Heri tersenyum. Wadau! Senyumnya bikin hatiku cenat-cenutt! Manis melebihi gula! "Tidak apa-apa, Pak. Saya senang mereka mau mengenal saya. Nah, anak-anak sekarang giliran saya mengenal kalian." Pak Heri mengambil absensi dan mulai memanggil nama siswa satu persatu. Sedangkan Pak Edo pamit keluar kelas. Entah malang ataukah apa, namaku terlewat. Kok malah gak di panggil-panggil ya? "Oke, saya rasa perkenalan kita sudah cukup. Dan untuk hari ini sampai di sini dulu. Ada pertanyaan?" "Kapan nikah, Pak?" Pak Heri tersenyum lagi, "nanti kalau sudah ada calonnya." "Nunggu saya lulus kuliah aja ya, Pak?" Seru yang lain. "Huu... kepedean!" "Sudah-sudah! Kalau sudah jodoh, tidak akan kemana. Baiklah, saya cukupkan sekian, ah ya, kalian berdua boleh duduk kembali! Lain kali kalau guru sedang menjelaskan, tolong perhatikan dulu. Bisa?" "Iya, Pak," jawab kami kompak. "Oke, sampai jumpa minggu depan!" Pak Heri pergi meninggalkan kelas. "Put! Lo kenapa?" tanya Lisa. "Lo sadar gak?" "Apaan?" "Kok gue gak dipanggil sih?" "Eh, bener juga ya? Haha, kasian amat sih lo?" "Bangke lo!" Bel istirahat berbunyi. Semua siswa segera berhamburan keluar. "Put, kantin yuk!" "Duluan deh! Gue mau tidur dulu bentar, ngantuk!" Lisa mengangkat bahu dan keluar. Kebiasaanku ini memang asli, suka ngantuk di kelas. Padahal tidur normal aja, gak bergadang sama sekali. Tapi ya gitu, masuk kelas bawaannya mata langsung lengket. Dan kampretnya, hari ini gak dapat jatah tidur di kelas gegara di suruh berdiri selama jam kimia tadi. Baru saja mataku tertutup, suara keras membangunkanku lagi. BRUKK! "Aduh, jatuh lagi!" Suara seseorang dari depan. Anjir! Apaan itu? Demi apa ini? Pak Heri sedang menatapku aneh dari depan sana. "Kamu yang tadi berdiri di depan kelas kan?" tanyanya. "Ah, hehe. I-iya, Pak," duh, kenapa jadi gagap sih? Mana Si Putri yang berani? Tenggelam dah kayaknya! Dan dengan segala pesonanya yang sukses membuat jantungku jumpalitan, dia malah duduk di bangku yang persis di depan mataku. "Kok saya tidak ingat namamu ya?" "Oh, hehe. Iya kenapa ya, Pak?" Dodol maning! Kacau deh kacau! Kok aku jadi b**o bin t***l gini ya? Kan tadi aku terlewat absennya! "Kalau boleh tahu, kamu sering kena hukuman seperti itu ya?" "Enggak, kok. Eh, maksudnya sekali-kali pernah, Pak." "Karena ngobrol?" "Apa? Ah, bukan." "Lalu?" "Karena... itu, um, saya sering tidur di kelas, eeheh, tapi saya janji kok kalo sama bapak nanti, gak bakalan tidur di kelas kok." Duh, kok malah curhat ya aku? Mama tolong aku! "Hm, iya, Pak." "Bisa bantu saya bawakan buku-buku ini?" "Oh, tentu saja, Pak. Bisa kok." Pak Heri menunjukkan beberapa buku yang harus aku bawa. Sumpah deh, seberat apapun buku yang kubawa saat ini, jika yang menyuruhnya sekeren Pak Heri, rasanya jadi sangat ringan! "Kemanakan ini, Pak?" "Ke ruangan saya, ayo!" Aku mengikuti Pak Heri yang berjalan lebih dulu. Punggungnya lebar, aku yakin, dadanya juga bidang dengan otot menawan di balik kemejanya. Duh, pikiranku mulai m***m! Bisa habis masa puberku dengan bayangan Pak Heri semuanya! Kami masuk ke ruangan Pak Heri. Gak terlalu besar, tapi cukup lumayan nyaman. Duk! "Aduh!" Pak Heri berbalik secara tiba-tiba. Alhasil, ia sukses membuat barang bawaanku berhamburan ke lantai berikut badanku yang sudah pasti jatuh mengenaskan ke lantai. Lalu entah bagaimana ceritanya, pinggangku ada yang menahan. Mataku mengerjap kaget. Pak Heri yang memeluk pinggangku! Apa ini nyata? "Lain kali, hati-hati!" ucap Pak Heri lalu melepas pegangannya. Duh, padahal agak lama dikit juga gak apa-apa, Pak! Kayak di drama-drama! Bisa tatap-tatapan dulu! Lah ini? Udah main lepas gitu aja! "Iya, Pak. Terima kasih udah nolong saya." "Ya sudah, kamu boleh kembali!" Aku malah diam. Apa Pak Heri gak mau tahu namaku ya? "Kenapa diam?" "Em, itu Pak, boleh kenalan?" Pak Heri malah tertawa kecil, "kamu ini! Saya kan guru kamu! Malah ngajak kenalan?" "Kan Bapak belum tahu nama saya?" "Ah, iya. Siapa nama kamu?" ucapnya sambil mengulurkan tangan. Aku melongo kaget. Dia mau salaman denganku?! Dengan sedikit ragu dan gemetar, aku menyambut uluran tangannya. "Saya Putri Suteja, Pak." "Hm, saya Heri Reza Jatnika." Tanganku gemetar dan sedikit berkeringat. Duh, tolong periksa jantungku! Apa ada artis yang lagi dangdutan ya?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Married By Accident

read
224.1K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
420.9K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

Over Protective Doctor

read
474.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook