bc

MINIERA

book_age12+
196
FOLLOW
2.2K
READ
possessive
badboy
badgirl
student
comedy
sweet
humorous
highschool
friendship
school
like
intro-logo
Blurb

Setelah kejadian tak mengenakan yang terjadi di antara mereka, Falisha tak menyangka kalau itulah yang akan membawa hubungannya dan Verel semakin dekat hingga mereka jadi menjalin hubungan pertemanan.

"Tidak ada pertemanan yang murni antara laki-laki dan perempuan, di dalamnya pasti akan ada salah satu yang menaruh perasaan lebih dulu."

Awalnya mereka tidak percaya dengan kalimat yang seringkali orang ucapkan. Sampai pada satu hari, Verel merasakan kebenaran dari kalimat itu. Ternyata, tanpa sadar dialah yang sudah menaruh perasaan lebih pada gadis itu.

chap-preview
Free preview
CHAPTER 1
Glorine geleng-geleng kepala sambil berdecak ketika melihat seorang gadis yang masih tertidur nyenyak di atas kasur king size-nya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, tapi melihat temannya yang masih tidur ini membuat kepalanya pening karena tak habis pikir. "Cha, bangun!" Tak mendapat sahutan membuat Glorine mendengus. "Bangun, udah siang tahu!" Glorine mengelus d**a, nyaris saja k********r keluar dari mulutnya kalau saja dia tidak tahan. Siapa juga yang tidak sebal jika membangunkan orang yang susah bangun seperti ini? Glorine mengembuskan napas, sepertinya dia harus mengeluarkan jurusnya. "CACHA, ADA KECOAK!" "KYAA, MANA DI MANA?!" Akhirnya jurus itu berhasil. Melihat temannya yang sudah bangkit dari kasur membuat Glorine tersenyum senang. Sedangkan gadis bernama Falisha yang biasa dipanggil Cacha itu melihat sekeliling dengan panik, mencari keberadaan binatang yang temannya maksud tadi. "Nggak ada." Falisha melotot ketika menyadari kalau dirinya baru saja dibohongi. Dia mendengus. "Pergi lo!" "Ck, kita udah telat tahu!" Falisha memutar bola matanya, dia kembali tidur sambil memeluk gulingnya, menghiraukan ucapan temannya yang memberitahu kalau mereka sudah terlambat untuk ke sekolah. Glorine yang melihat semakin dibuat emosi lagi di pagi-pagi begini. Seandainya Falisha bukan temannya, pasti kepalanya sudah Glorine getok pakai vas bunga yang berada di atas nakas. "Lo mau sekolah nggak sih?" "Nggak." "Kita udah telat banget!" "Makanya, nggak usah sekolah." "Ck, gue nggak mau nanti dihukum lagi sama Bu Dewi. Bosen tahu, dihukum sama dia terus!" "Gue juga nggak mau." "Ya makanya, bangun!" "Hm." Glorine berdecak, karena sudah tak bisa menahan rasa kesalnya, dia langsung menarik tangan Falisha, berusaha untuk membangunkan gadis mageran itu. Falisha yang tiba-tiba ditarik pun jadi ikut merasa kesal. Bukannya Falisha tidak mau bangun, tapi dia hanya tidak tega saja kalau harus meninggalkan kasurnya sendirian. Tarikan di tangannya semakin kuat, membuat posisinya mampu bergeser semakin ke pinggir kasur. Glorine meniup poninya yang jatuh menutupi wajahnya sebelum dia mengerahkan segala kekuatan yang dipunya. Brug "ADUH, b****g GUE!" Seperti yang bisa ditebak. Setelah Glorine mengerahkan segala tenaganya, akhirnya Falisha yang tadi sudah berada di pinggir kasur pun jadi terjatuh. Seperti tak merasa bersalah, setelah membuat temannya jatuh, Glorine hanya mengusap sebulir keringat yang membasahi pelipisnya. "Mandi, udah ada yang lain di bawah!" Falisha tak merespons, dia mengubah posisinya menjadi tengkurap sambil mengelus-elus bokongnya yang terasa sakit. Glorine sendiri tanpa rasa bersalah berjalan ke arah meja rias kamar ini, merapikan rambutnya lalu berjalan pergi ke luar kamar meninggalkan Falisha yang berjuang mati-matian menahan rasa sakit. Falisha berusaha berdiri untuk melakukan ritual mandinya, dengan hati-hati dia memegang nakas sebagai tumpuannya. Falisha berjalan dengan pelan sambil membungkuk memegangi bokongnya yang masih terasa nyeri. Persis seperti nenek paruh baya. Tidak lupa, sumpah serapah pun terus keluar dari mulutnya karena kesal. Setelah selesai dan siap, Falisha berdiri di depan cermin untuk melihat penampilannya. Sentuhan terakhir, dia memoles tipis liptint di bibirnya. Rambutnya yang sedikit pirang sudah dijepit menggunakan jedai kesayangan. Keadaan bokongnya masih sakit, tapi untungnya sudah sedikit lebih baik. Setelah dirasa cukup, Falisha menggembol tasnya, menuruni tangga dia dapat melihat teman-temannya yang sedang duduk manis di ruang tamu sambil menonton televisi. Falisha berjalan ke arah meja makan untuk mengambil roti dengan olesan selai cokelat kesukaannya. Dia mendelik ketika melihat Reina yang tiba-tiba datang ke arahnya sambil senyum-senyum tidak jelas. "Lihat tugas bahasa Inggris lo dong!" Falisha mendengus, dia menepis pelan tangan Reina yang menusuk-nusuk lengannya berlagak sok imut. Falisha memang lumayan pintar dalam pelajaran ini, tapi berbanding terbalik jika dengan pelajaran yang berbau hitung-hitungan. Falisha mengambil bukunya yang berada di dalam tas, lalu menyodorkannya pada Reina. Baru saja Reina ingin menyalin jawaban tersebut, kerah belakang seragamnya langsung ditarik oleh seorang gadis lain ber-name tag Nathaya. "Nanti aja, ini udah telat banget!" "Astaghfirullah, sebentar doang. Sabar dikit!" ucap Reina yang masih berusaha menyalin jawaban Falisha ke bukunya. Cathrine dan Glorine ikut menyusul ke meja makan, Falisha yang melihat mendengus mengingat kejadian tadi saat di kamar. Glorine menyengir. "Udah nggak papa, 'kan?" "Masih nyut-nyutan!" Tak berselang lama, datanglah seorang wanita setengah baya dengan apron yang masih menggantung di lehernya. "Loh, belum pada berangkat?" Melihat kehadiran mamahnya Falisha membuat mereka tersenyum. "Ini mau berangkat kok, Tan." Reina yang baru saja selesai menyalin langsung kembali memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, tidak lupa juga untuk dia mengembalikan buku Falisha pada sang empunya. Sebelum pergi, mereka menyalami tangan Renata. Falisha berjalan ke arah meja bupet untuk mengambil kunci mobilnya lebih dulu. "BERANGKAT YA, TAN. ASSALAMU'ALAIKUM!" "WA'ALAIKUMUSSALAM. HATI-HATI!" °°°° Sesampainya di Alexander international high school, mereka segera memarkirkan mobilnya di parkiran luar sekolah, karena gerbang utama sudah ditutup mengingat kalau bel masuk sudah berbunyi beberapa waktu lalu. Mereka segera memanjat pagar belakang dengan hati-hati sambil sesekali menengok ke kanan dan kiri karena takut dipergok oleh guru BK. Padahal, ruangan itulah yang menjadi langganan mereka. Tidak perlu kaget, karena hal ini adalah hal yang biasa bagi mereka. Melanggar peraturan adalah hal yang sering mereka lakukan, dan itu bukanlah hal yang patut untuk dicontoh. Setelah dilihat sudah aman, mereka langsung masuk dan berjalan dengan santainya menuju kelas mereka, XI IPA 2. Suasana koridor sudah sepi karena sekarang sudah ke masuk dalam kegiatan belajar mengajar, Falisha berjalan dengan menenteng tas hitamnya. Tas yang hanya berisi satu buku tulis saja, entah gadis itu niat belajar atau tidak. "Eits, tunggu!" tahan Reina sambil merentangkan kedua tangannya, membuat jalan temannya jadi terhalang. "Apa lagi?" tanya Cathrine sambil memasukkan handphone-nya ke dalam saku, dia menatap Reina yang baru saja menghadang. "Kantin dulu please, gue lapar!" Falisha mendengus. "Tadi kenapa di rumah gue nggak makan?" Reina hanya menyengir, dia menarik lengan temannya, memutar arah jalan untuk ke kantin. Baru beberapa langkah yang mereka ambil, suara deheman sudah menginterupsi langkah mereka. "Oh, mau ke kantin?" Suara horor yang begitu terdengar familier di telinga membuat mereka kompak berhenti. Mereka sudah tahu betul suara siapa yang baru saja menginterupsi. Mereka menoleh ke arah belakang, sedetik kemudian Reina malah menampilkan cengiran kikuknya. "Eh, selamat pagi, Bu." Terlihat kalau guru itu langsung melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 08:30 pagi. "Kalian nggak lihat sekarang jam berapa? Kenapa kalian selalu datang terlambat, sih?!" "Maaf, Bu." "Maaf terus, dari kemarin juga selalu bilang begitu!" "Iya, Bu." "Iya? Apanya yang iya?!" Mereka mengembuskan napas, Maha benar bagi guru seperti Bu Dewi. Iya, nama guru itu adalah Dewi, tapi sikap ganas milik wanita itu tidak mencerminkan namanya. "Bu, kita mau ke kelas kok." Bu Dewi menaikkan sebelah alisnya. "Oh ya? Sejak kapan kelas kalian satu arah dengan kantin?" Reina langsung meringis, dia jadi merasa bersalah karena mengajak temannya agar mampir ke kantin terlebih dulu. Lagian mau bagaimana lagi, toh perutnya tadi sudah berteriak untuk minta diisi. "Anu, Bu, kita kangen sekolah, makanya muter-muter dulu." "Alasan!" "Terima kasih." Nathaya langsung menabok Reina karena gadis itu malah berguyon, sedangkan Falisha hanya menggeleng saja. Glorine dan Cathrine hanya bisa diam, karena mereka sudah memprediksi kalau hal ini pasti akan terjadi. "Ibu mau ke mana?" tanya Glorine mengalihkan pembicaraan. "Kalian yang mau ke mana?!" Mereka berjingit, padahal kan Glorine bertanya baik-baik, tapi guru itu malah ngegas. Ya, begitulah, bukan Bu Dewi namanya kalau saja tidak ngegas. Bu dewi melihat mereka sambil berdecak. "Saya nggak ngerti lagi sama kalian, poin pelanggaran kalian itu udah banyak. Kasih sedikit perubahan baik, kalian ini mau naik kelas nggak, sih?!" "Nggak ada yang mau nggak naik kelas, Bu," ucap Cathrine sambil memiilin ujung kemejanya. "Ya udah, ubah kebiasaan telat kalian!" "Kita bangun udah dari jam tiga pagi kok, Bu, cuma tadi ada halangan aja makanya telat sebentar." Bu Dewi geleng-geleng. "Terus mau ke mana kalian?!" "Tadinya sih mau ke kantin, lapar banget, Bu. Saya belum sarapan," celetuk Reina sambil memegang perutnya yang sakit. Tidak lupa juga untuknya memasang muka melas agar gurunya itu merasa iba. "Bagus banget kalian. Udah seragam berantakan, atribut nggak lengkap, terlambat, malah masih mau ke kantin pula. Kamu juga Nathaya, kamu itu anak pemilik sekolah ini, seharusnya kamu mencontohkan yang benar!" Mereka terdiam, bahkan mereka baru menyadari kalau ternyata sudah banyak peraturan sekolah yang mereka langgar. Nathaya sendiri hanya bisa mendengus dalam hati, mentang-mentang dia anak pemilik sekolah, dia jadi dituntut untuk menjadi manusia sempurna. Guru itu terlihat mengembuskan napas kelelahan. "Cepat kalian ikut saya!" Melihat gurunya sudah berjalan lebih dulu membuat mereka ikut mengintili di belakang, seperti perintah Bu Dewi yang menyuruh mereka ikut bersamanya. Mereka sudah paham betul mau dibawa ke mana dan mau diapakan oleh Bu Dewi. Ke mana lagi guru itu akan membawa mereka selain ke ruang BK untuk menuliskan tambahan poin dan memberikan nasihat-nasihat yang sudah seringkali disampaikan guru itu. °°°° Di meja kantin inilah mereka sekarang berada, entah apa yang salah dengan otak mereka. Seakan tidak ada kapoknya, mereka malah dengan santainya pergi ke kantin, padahal tadi Bu Dewi sudah menghabiskan hampir setengah jam untuk menceramahi mereka. "Gue bakso sama es jeruk," ucap Falisha yang mulai memesan. "Gue mie ayam sama es teh aja," timpal Glorine. "Gue samain aja deh kayak Cacha," tambah Nathaya dan Cathrine. "Oke, gue pesan dulu," ucap Reina sambil beranjak pergi memesan makanan. Sambil menunggu makanan datang, mereka berbincang, bahkan sesekali tertawa karena celotehan masing-masing di antara mereka. Dan, tak lama tawa mereka terhenti karena Reina sudah datang dengan nampan berisi makanan yang tadi mereka pesan. Baru saja semua pesanan diletakkan di atas meja, tapi Nathaya sudah langsung mengambil mangkuk berisi pesanannya. Padahal yang sedari tadi merengek kelaparan itu adalah Reina, tapi sekarang malah Nathaya yang terlihat sangat lapar. Mereka makan dengan tenang, sesekali tertawa karena candaan dari salah satu mereka. Biarpun lawakan mereka terdengar jayus, tapi mereka tetap tertawa, entah apa yang lucu. Brak Glorine yang sedang menyeruput es teh manisnya nyaris saja tersedak karena terkejut dengan orang yang tiba-tiba menggebrak meja mereka tanpa sebab. Dia mendongak untuk menatap sang pelaku. "Dah gila lo? Gue nyaris kesedak!" Gadis dengan nama Kayla berdiri di sana dengan dua temannya di sisi kanan dan kiri. Wajah gadis itu dibuat angkuh dengan tujuan agar gadis yang mereka gertak tadi jadi takut padanya. "Pergi, ini meja kita," ucap salah satu gadis dengan name tag bertuliskan Laila yang tertempel di seragamnya. Reina mendelik tak terima. "Dih, ngatur lo?" Kayla berdecak, dagunya dia angkat tinggi-tinggi untuk memberi kesan angkuh, tapi itu malah membuat Falisha jijik melihatnya. "Kalian cari meja lain aja, masih banyak meja kosong di sini." Falisha mengembuskan napas, entah kenapa juga trio cabe itu bisa datang ke kantin padahal sekarang masih dalam jam pelajaran. Melihat tidak ada yang menggubris ucapannya membuat Kayla mengepalkan tangan, dia jadi merasa terhina sekarang. "Pergi apa gue tumpahin kuah bakso ini ke muka lo?!" Falisha langsung bangkit dari duduknya, menatap Kayla sebentar, kemudian memilih untuk pergi yang disusul oleh teman-temannya. Bukannya mereka takut, hanya saja mereka sadar kalau meladeni Kayla adalah salah satu perbuatan yang amat sangat membuang waktu. °°°° Tok tok tok Falisha mengetuk pintu kelasnya yang mana sekarang sudah masuk dalam kegiatan belajar mengajar. Mereka sudah tidak tahu lagi mau pergi ke mana, jadi pilihan terakhirnya adalah kembali ke kelas walaupun mereka tahu kalau mereka akan kena omel. Guru yang sedang mengajar di depan kelas jadi berhenti. Dia menoleh ke arah pintu dengan kacamata yang diturunkan dan dahi yang sengaja dikerutkan. "Siapa, ya?" tanya guru bernama Dodi itu. Pak Dodi adalah guru matematika yang juga menjadi guru sampingan untuk mengajarkan ekstrakurikuler paduan suara. Semua murid pun heran pada Pak Dodi, karena guru itu malah menjadi guru matematika, bukan menjadi guru seni budaya. "Falisha, Pak." Mengenal siapa murid-murid itu membuat Pak Dodi mengembuskan napas, tidak kaget lagi dengan hal ini. "Dari mana kalian?" "Dari kantin, Pak." "Kalian tahu 'kan kalau kalian terlambat datang?" "Tahu." "Tahu apa yang harus dilakukan murid yang terlambat di jam saya?" "Tahu." Lagi-lagi Pak Dodi mengembuskan napas, dia harus banyak-banyak bersabar jika menghadapi empat murid ajaibnya itu. "Terus, tunggu apa lagi kalian?" "Emang mau ngapain, ya, Pak?" tanya Reina sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia masih tak paham, maklum, di antara yang lain, dialah yang paling lambat memahami. "Bersihkan lapangan dan rapikan perpustakaan!" ucap Pak Dodi dengan geraman tertahan. "Sekarang, Pak?" "Besok!" "Berarti sekarang boleh masuk kelas 'kan, Pak?" "YA SEKARANG DONG BERSIHINNYA!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.3K
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.8K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.5K
bc

Will You Marry Me 21+ (Indonesia)

read
612.5K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.0K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
310.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook