bc

Soul Transaction

book_age18+
595
FOLLOW
1K
READ
tragedy
kicking
mystery
magical world
supernature earth
supernatural
alien contact
horror
autistic
like
intro-logo
Blurb

Theodore Jeff Jourell memiliki wajah yang mirip ayahnya. Itulah mengapa ia sering mendapatkan perlakuan yang sangat istimewa dari ibunya. Meskipun Jeff terlahir berbeda dari segi mental namun, dari segi fisik memiliki postur tubuh yang nyaris sempurna. Larissa Key selalu mengalungkan notes dan polpen kecil. Ia anak ketiga memang agak terbatas dalam berbicara namun pandai menulis apa saja yang ingin dikatakan. Begitu juga Wilson Diego anak pertama yang mengenakan kursi roda tapi bisa berbicara dengan lancar.

Tubuh yang dewasa seolah di tempati jiwa seorang anak kecil. Semua ini terjadi karena adanya perjanjian goip antara orang tua atau leluhurnya dengan makluk astral. Sebuah perjanjian tentang pemberian kekayaan dengan pertukaran jiwa dari darah dagingnya. Dole seorang penyihir yang menjadi perantara untuk bertemu dengan Efrodh sang raja jin.

Manusia yang menjadi tumbal akan dibiarkan tetap hidup tapi tidak bisa normal seperti manusia pada umumnya. Semua karena, jiwa aslinya telah di ambil oleh dukun wanita bernama Dale Clifd dan di serahkan kepada Efrodh sang raja jin. Sedangkan raga mereka yang hidup itu ditempati oleh Zahkira Mehg, Delloy, Raus dan Kane. Jiwa-jiwa yang baik dan jahat yang menggantikan jiwa manusia yang di pertaruhkan untuk tumbal jiwa.

Evelyn dan Diego sahabat yang sangat menyayangi Jeff. Evelyn yang paling tinggi empatinya terhadap orang-orang yang terlahir dengan keterbelakangan mental. Jeff, Evelyn dan Diego berusaha untuk mencari jalan dengan memasuki rumah tua profesor Casey untuk mencuri ramuan jiwa suci. Tapi sayang, aksinya sudah ketahuan sebelum mendapatkan ramuan. Jeff, Evelyn dan Diego malah tertangkap oleh profesor Casey. Mereka harus melakukan sesuatu yang mengerikan sebagai penebusan atas tindakannya yang ingin ingin mencuri.

Akankah Jeff, Evelyn dan Diego bisa meluluhkan hati Profesor Casey

Saksikan perjalanan seru Jeff, Evelyn dan Diego untuk mencuri ramuan agar bisa mengubah Jeff serta manusia lainnya agar bisa menjadi normal.

chap-preview
Free preview
Spektrum Autism 1
Siang ini telah terjadi kegaduhan. Ini bukan pertama kalinya terjadi, sudah sangat sering terjadi hal seperti ini dan tak membuat penghuni rumah heran. Seorang laki-laki tampan terlihat mondar-mandir sembari mengepalkan tangannya. Ia terlihat gelisah dan berjalan dengan cepat keluar masuk kamar. Ia barusan merusak kaca hias di dekat kamar tamu. Entahlah apa yang membuat laki-laki itu sangat marah. Ia terlihat juga bingung dan menyesali perbuatannya. Ia menggenggam tangan dan berusaha untuk tak merusak perabotan lainnya. "A-ah!" Beberapa orang terlihat tak berucap apa-apa, mereka tidak ingin berbicara sehingga bisa membuat laki-laki yang sedang gelisah semakin tak bisa mengendalikan emosi. Mereka sering melihat kejadian seperti ini dan memilih untuk menjaga ucapan. Terlihat darah segar berceceran di lantai. Darah dari luka sang ibu yang terkena pecahan kaca yang tanpa sengaja ia injak saat menenangkan putranya. Beberapa pembantu terlihat berlarian untuk segera membersihkan pecahan kaca yang berserakan di lantai. Mereka tak perlu menunggu komando dari majikannya, karena majikan sudah sering berpesan untuk segera membersihkan sesuatu yang bisa membahayakan putra dan putrinya. Wanita itu berjalan dengan terseok-seok menuju ke kamarnya. Ia terlihat meringis menahan luka. Ia tak bisa menghalangi air mata yang sudah terbendung dan akhirnya menetes ke pipinya. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan mengangkat kaki kanannya dengan hati-hati ke atas meja kecil yang berada di kamarnya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Wanita ini menggerakkan tangannya dengan pelan untuk mengambil kapas dan obat. Ia bergegas untuk membersihkan luka robek di telapak kaki. Tanpa sengaja wanita ini telah menginjak serpihan kaca. "Berikan aku kekuatan untuk menghadapi kenyataan pahit ini. Dulu nenek ku pernah bercerita, jika ujian yang paling berat adalah tentang kemiskinan. Tapi, saat aku memiliki harta aku berpikir jika ujian kemiskinan masih lebih ringan dibandingkan dengan beratnya hidup jika diberikan anak-anak yang seperti ini," ucap wanita dengan napas berat menahan luka. Ketegaran hidup yang telah ia lalui kini telah membuat dirinya lebih bisa berbesar hati dalam menerima kenyataan pahit yang seringkali tidak sesuai harapannya. Ia harus sepenuhnya sadar dan bisa berpikir jernih agar tak menyakiti dirinya ketika tak bisa menahan amarah. Memang tak mudah menjadi seorang ibu tunggal dengan dikaruniai tiga orang anak yang memiliki kebutuhan khusus. Tapi, wanita ini juga harus bisa mengkoreksi diri atas apa yang terjadi di masa lalu. Ia memang tak bisa menyalahkan anak-anaknya karena memang sang ibu juga telah melakukan tindakan kejam. Terlepas apa yang dilakukannya terpaksa tetap saja tak bisa dibenarkan. Theodore Jeff Jourell dan dua saudaranya merupakan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Mereka itu anak-anak yang istimewa. Mendapatkan kasih sayang yang luar biasa dari seorang ibu tunggal. Perjuangan seorang ibu yang memiliki anak seperti mereka tidak mudah. Akan tetapi sang ibu tidak mau menyerah dalam menghadapi anak-anaknya. Walaupun ia merasakan terluka, ia akan menahan. Memang sulit menghadapi ketika anak-anaknya sedang sulit untuk dikendalikan. Tak jarang sang anak harus mendapatkan perawatan karena tubuhnya juga ikut terluka. Jeff memiliki seorang kakak bernama Diego. Ia juga memiliki seorang adik perempuan bernama Larissa. Jeff, Diego dan Larissa sebenarnya telah tumbuh dewasa. Namun, karena keterbatasan itu membuat Jeff, Diego dan Larissa terlihat berkelakuan seperti anak-anak. "Jef, sini!" panggilnya. Terlihat seorang perempuan cantik tersenyum dan memanggil Jeff. Ia sudah tidak heran melihat Jeff seperti itu. Ia pun tak takut karena Jeff tak pernah kasar kepada gadis ini. Jeff menoleh dengan wajah gelisah dan penuh rasa bersalah. Ia berjalan mendekat ke gadis itu. "Ehh," sahut Jeff sembari menunjukkan jari jemarinya yang berdarah. "Sini aku obati. Lihatlah kalau tangan kamu terluka, bagaimana kita bisa main Puzzle," ucap gadis itu dengan lembut. Ia sudah meraih lengan Jeff dan membawanya duduk di sofa. "E-ehm," sahut laki-laki itu sembari berulang kali menganggukkan kepalanya. "Aku bersihkan dulu ya? Terus aku kasih plester. Sekarang kamu pilih plester yang bergambar apa?" Gadis ini tetap bersuara dengan lembut. Ia duduk di dekat Jeff dan membersihkan luka-luka. Ia tak lupa menyodorkan kotak obat yang berisi banyak sekali plester bergambar. Gadis ini sengaja meminta kepada ibunya Jeff untuk membeli plester anak-anak dan ini memudahkan untuk mengobati jika anak-anak dia terluka. Jeff memiliki sahabat yang bisa membuat dirinya tenang ketika susah mengelola emosi. Ketika di fase tantrum maka satu-satunya orang yang bisa menenangkan adalah gadis ini. Ia sangat menyayangi Jeff dan saudara-saudaranya. Ia juga sudah menganggap ibunya Jeff seperti ibunya sendiri. Bahkan gadis ini juga memiliki kamar untuk dia menginap. Evelyn Zelene Lansonia gadis tomboi yang sebenarnya anak dari supir pribadi ayahnya jeff. Evelyn sudah dianggap seperti anak sendiri oleh ibu dan ayahnya Jeff. Evelyn sebenarnya mengetahui banyak rahasia dari keluarga Jeff. Namun, ia sadar siapa dirinya, jadi memilih untuk bungkam dan seolah tidak tahu apa-apa. Evelyn percaya suatu saat kebenaran akan terbuka. Saat itulah dia akan siap membantu Jeff dan keluarganya. Wanita itu terlihat keluar dari kamarnya. Menuju kursi goyang yang berada tidak jauh dari Jeff. Ia tidak tega meninggalkan putranya dalam keadaan seperti itu. Wanita ini hanya sebentar untuk masuk ke kamar dan mengobati lukanya. Ia keluar jika keadaannya sudah tenang. Ia tak ingin menunjukkan kesedihannya. Harus tetap kuat walaupun jiwa raganya juga hancur. Semua ini demi kebaikan putra-putrinya. Ia harus bisa menjaga mental sang anak. "I-buuu- buu," memanggil ibunya dengan perasaan sangat sedih. Jeff terlihat menyesal, setelah mengamuk cukup lama. Terlahir berbeda dengan memiliki keterbatasan membuat dirinya tidak bisa hidup seperti orang dewasa pada umumnya. Seandainya Jeff bisa mengatakan apa yang dirasakannya saat, tentu tidak akan kacau seperti ini. Berbicara saja terlihat sangat berat dan sulit, hingga membuat dirinya bingung mengekpresikan perasaan. Jeff merasa marah karena melihat ibunya yang belum bisa menerima kenyataan bahwa suaminya sudah meninggal. Jeff terlahir dengan memiliki keterbatasan dalam mengelola emosi. "Jeff, kamu harus tenang, lihat ibu. Sedih!" menunjuk ke perempuan yang berwajah sendu. "Aaghhrww erghhh, Bu-ibu." Jeff kembali memukul lengan dan bahunya. Ia memang menyakiti dirinya jika merasa bersalah. "Sudah! Jangan menyakiti badan kamu. Kamu boleh mendekat ke ibu mu tapi jangan pukul ibu ya?" Evelyn duduk berjongkok berbicara dengan pelan-pelan. Ia ingin memastikan jika Jeff tak menyakiti ibunya yang sudah terluka. "Ehmm ehhmmhhh ehhmmm," sahut Jeff. Jeff memperhatikan Evelyn sahabatnya. Terlihat rupa yang tampan dengan wajah polos di balik raga laki-laki yang dewasa. "Jeff, maafkan Ibu!" "I–buu–iuu. J– Jef say–anghh." Dengan terbata-bata, Jeff mengucapkan kata-kata yang sederhana namun, memiliki arti yang luar biasa. "Kamu harus selamat, sayang. Begitu juga dengan kaka laki-laki dan adik perempuan mu. Sayangi Diego, meskipun dia, kaka tiri mu," kata Cha Cheon. Bulir air mata jatuh di pelataran wajah anggunnya. Tetesan luapan kasih sayang membasahi wajahnya yang lembut. Ia sebenarnya juga tak sekuat seperti kesan luar yang ia perlihatkan. Di dalam hatinya ia merasakan jika sudah sangat rapuh. Ia bahkan sering merasakan seperti dunianya telah runtuh dan menghancurkan kehidupannya. "Ehmmhhhhmmm ... erghhh ... i– iya, Buhh ...." Jeff memang berat dan sulit mengucapkan kata-kata. Kali ini jiwa baik sedang berada di tubuh Jeff, jadi ini terlihat aman karena Jeff tidak akan mengamuk. "Evelyn, aku sangat berterima kasih kepada kamu, untuk kebaikan kamu selama ini. Sudah mau berteman dengan Jeff dan juga saudaranya," kata Cha Cheon. Evelyn mengangguk dengan memberikan senyuman ramah dan tatapan yang menenangkan. "Madam tidak usah berterima kasih kepada Evelyn. Sudah seharusnya Evelyn baik sama Madam dan juga anak-anak Madam. Bagaimanapun, Madam sering menolong ayah. Jadi saatnya Evelyn membalas kebaikan, Madam." "Aku sangat terharu mendengar kata-kata kamu." "Mada tidak perlu memuji Evelyn sudah menganggap ini keluarga Evelyn." "Kamu anak baik, mau berteman dengan Jeff dan saudaranya. Aku mungkin bukan Ibu yang baik, tidak bisa menolong anakku ini," ucap ibu cantik dari tiga anak. "Madam tidak boleh merendahkan diri. Madam Ibu yang baik dan bisa menjaga anak-anak Madam, meskipun tanpa ada sosok suami." "Tapi kadang aku kurang sabar saat menghadapi anak-anak seperti mereka. Aku tahu memiliki anak-anak seperti ini butuh kesabaran dan kekuatan yang luar biasa tapi aku," tak meneruskan kata-katanya. "Sudah jangan bicara seperti itu, nanti anak-anak Madam mendengar dan mereka nanti histeris," ucap Evelyn. "Justru aku yang mencelakakan orang yang aku sayangi, orang yang aku cintai." "Evelyn tahu sebenarnya Madam tidak mau seperti itu, kan?" "Aku tidak punya pilihan lain. Bagaimana lepas dari semua ini." "Semoga ada jalan keluar dan berakhir segala penderitaan Madam." "Semoga Evelyn. Tapi kamu tahu, kan jika penderitaan ku itu tidak berakhir. Masih juga anak-anak ku terjebak." ''Madam harus kuat," kata Evelyn. "Tapi hidup ku begitu berat, Evelyn." "Semua masalah pasti ada solusinya." "Mustahil kalau ini!" sahut Cha Cheon. "Evelyn berharap ada jalan keluar, tidak tahu seperti apa." "Benar aku bilang, ini masalah tidak bisa diselesaikan. Bagaimana dengan nasib anak-anak ku?" Cha Cheon menyangga kepala sembari memijit pelipisnya. "Evelyn sangat menyayangi Jeff, Diego dan Larissa. Pasti Evelyn akan jaga mereka." "Aku tahu kamu baik, sayang sama mereka. Terima kasih sudah mau menjadi bagaian dari keluarga kami," kata Cha Cheon. "Evelyn juga berterima kasih karena Madam sudah sangat baik kepada keluarga Evelyn.'' ''Aku selalu kesulitan melepaskan diri dari kenangan itu. Aku sangat mencintai suamiku tapi dia meninggalkan aku untuk pulang lebih dulu.'' ''Madam jangan menyesali kematian sudah terjadi, mau bagaimana lagi, kita tidak boleh terus menerus meratapi kepergian seseorang. Kasihan jika perjalanannya terhambat karena kita tidak rela melepaskan dia. Madam harus belajar mengikhlaskan kepergian ayahnya Jef,'' kata Evelyn. ''Tapi itu tidaklah mudah. Aku tahu rasanya kehilangan suami. Dua kali aku di tinggal mati suamiku, hidup ku hampa. Aku sedih setiap merindukan ayahnya Jeff, wajahnya Jeff yang membuat aku selalu mengingat ayahnya.'' ''I-bb-uuu i-kh-las-kan a-aa-yahh,'' kata Jeff dengan terbata. ''Sayang itu tidak mudah, kecelakaan itu terus menghantui ibu,'' sahut Cha Cheon. ''Kecelakaan itu juga sulit untuk Evelyn lupakan, Evelyn juga kehilangan ayah,'' lanjut Evelyn. ''Maafkan aku Evelyn, kamu jadi kehilangan ayahmu, Aku juga tidak ada pilihan lain, aku bingung dengan apa yang sudah terjadi. Aku ingin mengakhiri semua ini tapi bagaimana caranya ....'' Cha Cheon tidak meneruskan kata-katanya. Ia terisak dalam penyesalan yang mendalam. Perempuan yang berusia empat puluh tahun, duduk di kursi goyang. Ia terlihat murung dan tidak memiliki semangat untuk hidup. Kehilangan suami tercinta dan memiliki anak dengan keterbatasan mental, membuat Cha Cheon, merasa gagal menjadi ibu yang baik. Hidupnya terasa hancur, ketika seorang diri membesarkan ketiga anaknya. "I–ibuhh ...." Jeff melangkahkan kaki dan duduk di lantai. Menatap wajah ibunya dengan polos. Jeff mengusap air mata ibunya yang mengalir. Jeff ikut sedih, tidak ada senyuman dan tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata kesedihan. Ia memegang pangkuan Cha Cheon dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. Jeff sangat menjatuhkan kepalanya di pangkuan sang ibu. ''Madam sangat menyesal?'' ''Tentu saja Evelyn! Kenapa kamu bertanya seperti itu, apa kamu tidak meragukan kesedihanku ini?'' Cha Cheon merasa heran mendengar Evelyn berkata seperti itu. Ia merasa pertanyaan Evelyn sedikit menyindirnya. Ada khawatir jika tindakan jahatnya akan terbongkar. ''Maafkan Evelyn, Madam. Tidak ada maksud apa-apa. Bukan pula meragukan kesedihan Madam saat kehilangan suami. Evelyn waktu kehilangan ayah juga sangat sedih, jadi Evelyn juga tahu bagaimana rasanya,'' jawab Evelyn. Lebih baik mengalah dari pada memperdebatkan sesuatu yang tdiak mendasar bukti. Terkadang jika Evelyn emosi ia juga memendam kemarahan kepada Cha Cheon yang telah menyebabkan Evelyn menjadi anak yatim. Cha Cheon juga menjadi penyebab Jeff dan Larissa menjadi yatim. Evelyn memiliki kelebihan bisa berkomunikasi dengan ayahnya yang sudah meninggal. Begitu juga dengan Jeff yang bisa mendengar bisikan dari jiwa-jiwa. Di balik dirinya yang tidak sempurna Jeff memiliki kelebihan fisiknya yang tampan dan nyaris sempurna, Jeff juga bisa berkomunikasi, tiba-tiba lancar dan tiba-tiba terbata-bata. ''Jeff juga sedih ke-hilangannnn ayah ....'' ''Ibu juga Jeff. Kakak dan juga adikmu semua juga merasakan kesedihan yang sama," lanjut Cha Cheon. Jeff merupakan anak kedua dari ibu yang bernama Cha Cheon. Sedangkan sang ayah telah meninggal dunia karena kecelakaan tunggal. Sang ayah meninggal dunia dengan cara tragis, mobil yang ia kendarai terperosok ke dalam jurang yang sangat dalam dan tidak bisa ditemukan. Sang ibu justru tidak mau memperbesar masalah ini, dia yang mempercayai jika suaminya tidak mungkin hidup jika mengalami kecelakaan separah itu. Memang semua agak mengganjal di hati Jeff, jika ayah meninggal tentu saja harus ada jasad sebagai bukti. Tapi Jeff tidak bisa melakukan apapun selain menerima jika sang ayah memang meninggal dalam kecelakaan maut. Sang ibu justru menutup rapat masalah ini, menerima jika suaminya mengalami kecelakaan dan meninggal, sampai terbakar hangus bersama sopir dan mobilnya. Padahal mobil sang ayah tidak mengalami kebakaran, tentu saja jasadnya tidak mungkin terbakar. Inilah rahasia besar yang sulit untuk diungkapkan, sang driver satu-satunya saksi juga ikut lenyap seperti di telan bumi. Jiwa yang suci terlahir dari anak manusia yang tidak berdosa. Jangan menjadikan mereka yang tidak berdosa sebagai tumbal harta duniawi. Mereka yang tidak terlahir dengan sempurna berhak mendapatkan kasih sayang dan cinta yang tulus dari orang tua dan semua manusia. Di balik keterbatasan pasti Tuhan telah menyelipkan kelebihan. Jika kalian terlahir sempurna, jangan hina mereka yang memiliki fisik tidak sempurna. Semua orang berhak mendapatkan perlakuan yang baik maka hargailah mereka. Kekurangan perhatian bisa membuat anak tumbuh semakin brutal dan sulit dikendalikan. Seorang ibu harus memberikan perlakuan yang adil untuk semua anak-anaknya. Jangan membedakan antara yang kaya dan yang tidak punya. Meskipun tujuannya untuk menolong orang lain tapi jika caranya salah yaitu dengan mencuri, tetap itu tidak bisa di benarkan. Belajar bersikap tenang dan tidak terpancing dan mengikuti jiwa yang jahat. Sabar dan banyak belajar memperbaiki diri, memetik hikmah dari kejadian apa saja, akhirnya bisa lolos dari ujian. Jika belum bisa mengendalikan diri sendiri dan masih terombang-ambing mengikuti yang baik dan kadang mengikuti jiwa yang tidak baik. Maka seseorang belum bisa dikatakan menang melawan napsu diri. Bangkitkan keberanian tanpa bergantung dengan siapapun. Jika jiwa raga bisa terbentuk sempurna maka bisa mengalahkan iblis di dalam jiwa. Sebagai manusia harus bisa memiliki keteguhan dalam memegang janji. Sebagai manusia harusnya lebih kuat karena manusia adalah makhluk sempurna yang di bekali otak. Seorang ibu akan terharu, menangis bahagia melihat putranya tumbuh menjadi seorang yang di impikannya. Seharusnya seorang ibu tidak mengizinkan anak atau turunnya mati sebagai tumbal jiwa. Anak yang baru lahir tidak bersalah, nasib juga tidak salah. Karena manusia terlahir untuk menyelesaikan tugasnya di dunia. Entah menjadi apa tetap harus berakhir baik dan menundukkan musuh di dalam dirinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Devil Billionaire

read
94.7K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.4K
bc

Marriage Aggreement

read
80.8K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.0K
bc

Scandal Para Ipar

read
693.6K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
624.2K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook