bc

Queen Seroja Penerus Tahta

book_age16+
267
FOLLOW
1.8K
READ
others
others
no-couple
mystery
witty
female lead
supernature earth
kingdom building
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana rasanya bila selama bertahun-tahun kita menganggap diri kita sama dengan orang lain, hancur karena pakta mencengangkan. Apalagi kita tahu perbedaan itu setelah kita menginjak dewasa.

Kecewa, sedih, dan paling berat merasa tidak mungkin, dan Itulah yang di rasakan Roro Ayu.

Sejak kecil sampai umur 19 kurang satu hari hidupnya seperti biasa saja, tapi setelah itu,

Semua berbedan. Dia jadi bisa melayang, jalan di atas air, kehujanan tapi tidak basah, sampai ketika sakit dia menumbuhkan obat sendiri dari kepalan tangan. Aneh bukan? Ya Roro pun merasa aneh dengan hidupnya, apalagi ketika dia bertemu orang yang tidak tahu apa salahnya ingin menangkapnya dan membawa pergi. Sungguh mengerikan bukan? Sampai Roro pun menarik diri dari orang lain.

Namun, setelah satu tahun karena penasaran, Roro mencari tahu, dan mendapatkan kenyataan kalau sebenarnya dia bukanlah orang bumi asli dan harus pulang saat itu juga demi menyelamatkan Negerinya.

Dapatkah Roro menyelamatkan Negerinya dari kehancuran?

chap-preview
Free preview
1
Roro Ayu, wanita cantik dengan lesung pipi, hidup mancung, mata sedikit sipit dan bibir tipis, tengah termenung dengan apa yang terjadi pada dirinya hari ini. Dari mulai bangun tidur, otaknya terus di paksa untuk mencerna apa yang terjadi padanya. Tarikan napas panjang menandakan Roro tengah banyak pikiran dan sedikit kalut. “Apa yang terjadi pada diriku?” ucap Roro sambil menatap pantulannya di balik cermin kamar mandi. Karena sudah 2 hari tidak keramas, sampai merasa lengket, itu pakta yang tidak boleh diketahui orang lain. Roro masuk kamar mandi hendak mencuci rambut, ingat, hanya rambut titik. Namun, apa yang terjadi, rambutnya tetap saja kering walau sudah sepuluh kali dia guyur dengan air, “Apa aku sedang bermimpi?” ucapnya, kembali menatap cermin. “Mungkin ini bisa cepat membangunkanku dari tidur nyenyak. “Roro bicara sambil menggigit tangan untuk memastikan. “Aaawwhh ... sakiiit.” Keluhnya dengan mata berkaca-kaca, dasar cengeng! “Kalau ini bukan mimpi, kenapa aku bisa seperti ini? Aaagggh ....” Roro berteriak sambil menggaruk kepala kesal. Prang! Cermin yang ada di depannya pecah seketika, Roro menutup mulut, langsung bersender pada dinding kamar mandi, matanya melotot menatap cermin yang retak. “Apa teriakanku sekencang itu, sampai cermin ini retak?” ucap Roro dengan wajah tidak percaya. Tangannya terulur untuk meyakinkan kalau itu benar-benar retakan, dan bukan fatamorgana. Kaca itu benar-benar retak. “Ya ampuuun, apa yang terjadi, bagai mana kalau nenek tahu, dengan apa aku harus mengganti kaca ini, andai aku punya kaca yang lebih bagus, mungkin aku___” Mata Roro kembali melotot menatap perubahan cermin di depannya, yang tadinya retak sudah kembali bagus dan itu sesuai dengan apa yang ada di otaknya. Karena takut, dengan langkah cepat, Roro keluar kamar mandi. “Rorooo, mau sampai kapan kamu membuat nenek tua ini menunggumu untuk sarapan? Perut nenek sudah tidak bisa menunggu lama.” Teriakan sang nenek menyadarkan Roro untuk segera keluar kamar dan menemani sang nenek makan.  Sudah kebiasaan sang nenek sejak dulu, dia tidak akan mau bila tidak makan bersama Roro. Dia memilih kelaparan bila Roro tidak datang untuk makan bersamanya. Sehingga sampai saat ini, Roro tidak sedikit pun ingin meninggalkan sang nenek, karena bisa jadi itu akan membuat neneknya mati karena kelaparan.  “Kamu itu sedang apa? Tadi bilangnya hanya mau mandi, kenapa sampai menghabiskan waktu satu jam.” Sungut sang nenek sambil memberikan sepiring nasi dan lauk pauknya ke depan Roro. Dahi Rori mengerut, pasalnya dia merasa di kamar mandi tidak selama itu, tapi ketika melihat jam yang ada di dinding rumahnya, Roro percaya dengan apa yang neneknya katakan. Rumah Roro, rumah sederhana dengan satu lantai. Ada dua kamar tidur, satu ruang tamu, dan paling pojok dapur dengan ukuran mini malis tapi tertata rapi. Tidak ada barang mewah di sana, karena Roro memang orang biasa saja tapi tidak kekurangan juga. Neneknya penjual bunga yang kadang merangkainya untuk di jadikan sebuah buket bila ada yang memesan, dan bila tidak ada pesanan, neneknya hanya menjual bunga saja walau dalam jumlah tangkaian yang orang beli. Tokonya tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga tidak memakan tenaga ekstra bila ingin ke sana.  Kadang kala Roro pun membantunya di sela jam istirahat. Karena saat ini Roro menjadi seorang pelayan toko yang ada di samping toko bunga sang nenek, malahan bosnya pun orang yang begitu dekat dengan sang nenek. “Kenapa malah melamu, cepatlah. Bukannya Pak Wahyu menyuruhmu untuk datang cepat?” ucap Nenek sambil menyuap satu sendok penuh nasi ke mulutnya. Sungguh tidak disangka bagi seorang nenek, makannya banyak juga. “Ya itu benar, Nek. Tapi Roro sudah meminta bantuan teman, supaya menggantikanku untuk membantu Pak Wahyu.” Ucap Roro sambil memulai makan dengan berdoa terlebih dahulu. “Kenapa kamu berikan pada orang lain?” kening nenek mengerut tidak mengerti dengan apa yang cucunya lakukan. Padahal itu kesempatan bagus untuk bisa dapat ilmu tentang masalah buka usaha. “Roro tidak mau menjadi penyebab retaknya rumah tangga pak Wahyu, Nek. Pasalnya selama Roro dekat dengannya, istri Pak Wahyu selalu curiga dan mengatakan yang tidak-tidak terhadap Roro. Sampai teman Roro sesama pelayan mendadak tidak suka pada Roro.” Ucapnya sambil mendesah kesal, teringat dengan apa yang terjadi satu bulan yang lalu. “Nenek setuju dengan apa yang kamu lakukan, lebih baik kita menjauh, daripada mendekati masalah, karena itu pasti akan menjadikan kamu cemoohan orang lain.” Ucap sang nenek sambil mengusap kepala Roro. Mereka kembali makan dengan tenang. Sebenarnya Roro ingin mengatakan apa yang terjadi padanya tadi di kamar mandi, tapi dia takut membuat neneknya sok dan menganggap kalau Roro tidak waras.  Sehingga dia akan membawanya ke dokter seperti tiga hari yang lalu ketika Roro bicara kalau dia melihat sesuatu yang menakutkan di sekitar rumahnya. Saat itu juga sang nenek membawanya ke rumasakit. “Roro, kamu masih mau makan atau sudah saja? Nenek mau mencuci piringnya.” Ucap sang nenek sambil menatap sang cucu yang masih anteng menatap makanannya tanpa berselera. “Eh, Roro mau menghabiskannya, Nek.” Ucap Roro gelagapan, kembali menyuapkan nasi ke mulutnya. “Makannya santai saja, Nenek tidak akan memintanya.” Ucap sang nenek sambil tersenyum dan menyimpan segelas air putih. Roro yang mendengar itu hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah makanan habis, Roro meneguk air sampai tandas. “Aaah ... makanan nenek memang paling juara!” ucapnya sambil memberikan dua jempol. “Kamu itu ada-ada saja. Padahal tiap hari nenek yang masak. Tapi, baru kali ini nenek mendengar kamu memuji apa yang nenek pasak. sepetinya ada yang kamu inginkan, bukaan?” ucapan sang nenek membuat Roro tersenyum sambil mengaguk cepat. “Bagaimana kalau Roro kerja di tempat Nenek saja, Roro tidak mau mendengar gosip yang tidak-tidak lagi.” Ucap Roro sambil menopang dagu dengan tangan yang di tekuk di atas meja sampai bibirnya monyong. Sang nenek sedikit menegang, pasalnya selama ini dia selalu bekerja sendiri tanpa mau di bantu siapa pun karena ada sesuatu yang harus dia sembunyikan dari orang lain. Walaupun Roro itu cucunya yang paling berharga, tapi dia harus tetap merahasiakannya  “Nek, ko malah diam sih!” ucap Rori sambil bersedekap dan menjatuhkan kepala pada tumpuan tangannya. “Nenek kan sudah membicarakan soal iniii, jadi___” “Iiih, Nenek ko kaya begitu, masa sama cucu sendiri pelit.” Roro kembali mengerucutkan bibirnya, dia sebenarnya bingung dengan sang nenek, yang suka melarang untuk bekerja di toko miliknya sejak dulu, dan itulah alasan Roro malah bekerja jadi pelayan di toko samping toko neneknya. Bila ditanya hanya kata ‘tidak bisa bekerja dengan orang lain’ itulah yang selalu nenek katakan sampai saat ini pun hanya itu yang beliau katakan. Sang nenek yang melihat cucunya seperti itu menjadi kasihan, dengan berat hati, dia pun mendekati Roro dan mengusap kepalanya. “baiklaaah, Nenek mengizinkanmu bekerja di tempat nenek. Tapi nanti setelah nenek membuat ruangan khusus untuk bekerja, jadi nenek tidak akan merasa terganggu.” Ucapnya membuat Roro berbinar. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Time Travel Wedding

read
5.2K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.1K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook