CEO Cantik

Pagi ini indah banget rasanya, matahari bersinar menerpa mukaku melalui jendela berkorden transparan putih dan dilapisi korden biru pastel yang terlipat. Suasana pagi yang cerah kurasaka. “ Claudy mau sampai jam berapa kamu tidur !!!!“ ucap Mama lantang di depan kamarku. Dengan langkah gontai kuraih knop pintu dan langsung membuka pintu. “ Iya ma. Ini Claudy juga bangun kok, gak usah teriak-teriak lagi ya maa.” Ucapku dengan muka bantal dan cengiran kuda. Ck, mama berdengus sebal dan meninggalkan kamarku. Namaku Claudya Erika Putri Nevi, keluarga memanggilku dengan Claudy. Setelah mandi dan berpakaian rapi, aku memasukkan berbagai macam buku dan laptopku kedalam ransel kesayanganku. Rutinitas pagi yang selalu terjadi dalam hidupku, telat bangun. Setelah kurasa semua siap, aku turun dari kamarku yang berada di lantai dua. “ Hai Dad, what are you doing ?” sapaku. “Hai sayang. Daddy lagi baca koran aja sambil nunggu sarapan tersedia” jawabnya. Iya mama selalu melakukan segala hal sendiri, walau ada Bik Lasmi tapi mama bersi kekeh jika dia mampu maka Bik Lasmi hanya membantunya saja. Tak berapa lama gadis jangkung berkulit putih turun, iya dia adikku satu-satunya dan menyebalkan. “tumben kakak sudah rapi ? biasanya tergopoh-gopoh turun dan Cuma nyomot roti hahaha” ujarnya seraya menarik kursi. “ Emang salah kakak bangun pagi, padahal tadi mama bilang udah siang banget” tanyaku heran. Semua orang tertawa, padahal aku hanya jujur. “Iya maaf, kalau mama gak gitu kamu pasti tidur lagikan ?” ucap mama. Setelah kulihat arlogiku ternyata masih pukul 6. Dan membuat rasa gondokku muncul.” Ish mamaaaa!!!!” decakku. “Iya mama minta maaf ya? Oh ya Pa katanya mau ada yang disampaikan sama Claudi dan Inge ?” Ucap mama ku yang sedang menyendokkan nasi goreng ke piring papa dan miliknya. “Ha, Apa pa emangnya ?” tanyaku penasaran. “Begini dy, kamu kan sudah hampir wisuda S1 kamu dan lagi kamu belum ada minat lanjut S2 kan ? Jadi papa mau kamu urus bisnis resto papa ya sayang ?” jawab papa. Mata ku melotot mendengarnya, iya sih kuliahku memang berhubungan dengan bisnis tapi apa iya secepat ini emang papa mau kemana coba ? tanyaku membatin. “Tapi kenapa buru-buru sih pa ?” tanyaku meminta kejelasan. “Jadi gini, papa sama mama bakal tinggal di Singapura untuk beberapa tahun kedepan karena ada hal yang menyangkut kesehatan papa. Jadi papa pikir untuk sekalian pensiun aja biar kamu sama Inge yang lanjutkan usaha” Jelasnya. “Lalu Inge gimana ma pa ?” tanya Inge kemudian. “Untuk Inge karena kamu bakat di special desain jadi Inge urus butik dan pabrik mama ya ?” jawab mama. “Tapi Clau dan Inge gak mungkin langsung terjun begitu aja kan pa ?” tanyaku, kulirik arlogiku sudah pukul 6 lewat dan aku ada kuliah pagi. “Ya enggak dong nanti ada Arnold dan Riyanti yang akan bantu sayang “ jawabnya dan buru-buru kurapikan tasku dan bersiap berangkat begitupun Papa dan Inge. “Ya sudah berbincangnya lanjut nanti ya Pa, Claudy berangkat” ucapku sambil mencium punggung tangan kedua orang tuaku diikuti Inge. “Inge juga ya !” ujarnya. “Assalamualaikum” ucapku dan Inge. Ningerina Dwi Putri Nevi, adik yang bawel ini selalu berangkat bersamaku. Karena kita satu kampus dan usia kita yang terlampau hanya 2 tahun saja. “Kak, emang kakak siap pegang bisnis resto Papa ?” tanya Inge saat kami didalam mobil. “Sebenarnya belum sih, tapi kalau Papa nyuruh Arnold yang menemani dan membantu kakak it’s ok lah” jawabku sambil tersipu. Ia Arnold adalah tangan kanan papa sejak awal bisnis dirintis, karena Arnold juga anak angkat Papa yang tak resmi. “Ish dasar bucin” decak Inge. Sesampai di kampus kita keluar dari mobil dan banyak penggemar Inge yang nyambut di Fakultas Desain Grafis. Sedangkan aku langsung melangkahkan kaki ke Fakultas Ekonomi Bisnis, entahlah kenapa aku suka bisnis dan berhitung. Ting Satu notif pesan masuk ke ponselku “Selamat beraktifitas pagi dan semangat skrirpsinya ! kutunggu nanti jam makan siang di Cafe biasa ya” isi pesan dari Arnold “Iya, ada banyak hal yang akan kutanya kan juga” kubalas pesan itu Tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku dari samping, “Auh” pekikku sambil memegang lengan kananku. “Sorry-sorry loe gapapa kan” ucapnya, aku langsung menoleh. “Oh gapapa kok. Kamu anak baru atau dosen baru” ucapku. Eh dia malah terkikik dengan ucapanku “emang kelihatan ya kalau aku dosen disini ?” tanyanya kemudian. Sambil tersenyum kujawab “hanya menebak saja, karena belum ada angkatan kami yang berpakaian rapi seperti kamu” jawabku jujur. Karena pada hakikatnya benar angkatan ekonomi bisnis biasanya tak ada yang berjas atau memakai pakaian formal begini. “Iya aku dosen pengganti Miss Rina, boleh tau nama kamu dan Ekonomi Bisnis berapa ?” jelasnya. “Claudy yukk bareng” tiba-tiba Rindu sudah menggandengku dari belakang. “Claudy Ekonomi Bisnis 12” teriakku sambil melangkah menyeimbangkan langkah Rindu. “Kamu kenal dy tuh Dosen muda ?” tanya Rindu. “Enggak Cuma tadi dia nabrak lengan aku aja gak sengaja” critaku.