bc

Teman Panggilan

book_age18+
3.3K
FOLLOW
30.1K
READ
billionaire
family
independent
brave
comedy
twisted
bxg
office/work place
first love
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Sekuel of Satu Jam Saja (21++)

Johan sontak berdiri dengan gugup ketika ia mendengar bunyi langkah sepatu yang tengah berjalan memasuki ruangannya. Sang petugas hotel sendiri hanya berdiri di depan pintu dan menyilakan wanita muda berkacamata hitam tersebut untuk masuk ke dalam lalu segera menutup pintu. Memberikan privasi penuh kepada mereka berdua.

Setelah pintu tertutup sempurna, wanita itu pelan membuka kacamata hitamnya dan mulai bersuara.

“Jadi, sesuai dengan apa yang sudah kita sepakati…”

Ucapannya terhenti tiba-tiba di udara ketika sepasang mata indahnya bertemu dengan mata dan wajah yang sangat dikenalnya dulu. Seseorang yang pernah mengisi hari-hari penuh warna di masa SMU dulu. Johan sendiri tak kalah kaget ketika menatap sosok yang tengah berdiri tegak di hadapannya sekarang.

“Kau???” teriak keduanya berbarengan.

……………………………………………………………………………….

“Johan Alvaro???”

“Lidwina Andrea???”

“Apa yang sedang kau lakukan di sini??”

Lagi-lagi berbarengan. Sampai kemudian, keduanya spontan membuang muka kea rah lain dan menarik kursi untuk duduk berseberangan.

“Jadi….”

Kembali keduanya bersahutan berbarengan. Ah, sialan!!

chap-preview
Free preview
PROLOG
Di dalam salah satu apartemen mewah di Jakarta… Wina tersenyum puas dengan penataan meja untuk acara candlelight dinner romantis yang sudah direncanakannya dari jauh-jauh hari. Hari ini tepat setahun ia resmi berhubungan serius dengan seorang pria tampan. Mario Jonathan namanya. Pertemuannya dengan pemuda itu…. Entahlah, apakah sudah digariskan oleh nasib? Atau bisa disebut sebagai sebuah kebetulan? Sebuah kesempatan untuk membuka hatinya lagi atas apa yang pernah disebutnya sebagai cinta. Gadis itu pertama kali bertemu dengan Mario di sebuah acara ulang tahun salah satu rekan almamaternya sewaktu mereka SMU dulu. Pertemuan sesaat yang kemudian berubah menjadi sebuah perkenalan singkat dan berlanjut pada sesi-sesi pribadi berikutnya dan kemudian status mereka berdua pun berubah. Dari hanya sebuah teman biasa, sahabat dekat yang selalu mengobrol tanpa putus siang malam melalui santap bersama dan berlanjut pada acara chatting tanpa henti, dan kemudian berubah menjadi sepasang kekasih. Kini, Wina bermaksud untuk merayakannya bersama di dalam apartemennya. Hanya berdua saja. Ia dan Mario. Begitu intim. Begitu personal. CEKLEK! Pintu apartemennya terbuka dari luar. Wina spontan tersenyum lebar dan menyambut seorang pria tampan berpakaian rapi yang tengah memasuki ruangan tersebut dengan sebuket mawar merah berukuran besar di dalam genggaman tangannya. “Happy anniversary, baby…” ……………………………………………………………………………………. Satu setengah jam berikutnya… Sepasang anak manusia itu tengah bergelut dengan peluh di atas ranjang. Tubuh polos mereka sudah basah oleh keringat sementara keduanya masih sibuk bergulat liar di atas kasur. Saling mengerang dan melenguh mesra penuh kenikmatan. Terus berpacu menaiki puncak surga dunia yang entah sudah berapa kali mereka panjat tanpa lelah. Mario sekarang tengah berada di atas tubuh atletis Mario. Duduk tegak sambil membusungkan kedua asetnya yang berbentuk bulat sempurna dengan puncaknya yang berwarna merah muda. Bergoyang erotis seiring dengan pergerakan tubuhnya yang terus memompa batang lollipop sang pria yang sudah berada di dalam inti tubuhnya. Mario yang menikmati pemandangan sepasang gunung kembar tersebut lalu tersenyum sambil kedua tangannya sibuk meremas lembut dan memijat kedua puncaknya. Membuat Wina kembali melenguh manja ketika kedua titik kenikmatannya disentuh dengan sangat ahlinya oleh jari-jari tangan Mario. Tak lama, tidak hanya jari tangannya yang bergerak, seiring dengan pergerakan pompaan sang wanita yang semakin birahi dan ganas, lidah dan mulut Mario juga turut beraksi menggerayangi kedua puncak merah muda yang kini sudah semakin mengeras di dalam cecapan dan cumbuan tarian lidahnya. Hangat. Basah. Panas. Tubuh keduanya terus menginginkan lebih sampai pada satu titik, mereka berdua menyerukan nama pasangannya masing-masing seiring dengan pelepasan mereka berdua. Tubuh keduanya menegang ketika bilah bibir mereka kembali bersatu dalam sebuah pagutan yang memabukkan. Tapi Mario tak berhenti sampai sana. Dengan sekali sentakan, dibantingnya tubuh Wina ke atas kasur untuk berganti posisi. “Akh!!” jerit Wina kaget karena tindakan tak terduga dari kekasihnya tersebut. Tapi tanpa membuang waktu lagi, Mario segera melumat dan menyergap bibir ranum gadis  tersebut sambil kembali menghujamkan kejantanannya sekali lagi. “Adik junior”nya masih sangat perkasa walaupun mereka berdua sudah melakukan beberapa kali pelepasan. Efek dari obat perangsang yang ia minum setelah makan malam romantic mereka berdua tadi. Sementara Wina dengan sengaja menggunakan lingerie super seksi yang memamerkan seluruh lekuk tubuhnya dengan sempurna di balik kain transparan yang dipakainya. Dengan sengaja, menggoda iman dan naluri sang pria yang ada di hadapannya. Tepat di hari jadi mereka. Dan mala mini, mereka berdua langsung menuntaskan semua hasrat yang sudah dipendamnya kuat-kuat dari sebelum makan malam. Lingerie mahal yang dikenakan oleh sang wanita, dengan cepat berubah menjadi sebuah kain gombal tak berbentuk di sudut ruangan apartemen tersebut. Sementara tangan Wina dengan cepat melucuti semua baju dan celana Mario dengan sangat cekatan. Seakan-akan ia sudah puluhan kali melakukan hal ini sebelumnya. Lalu, kedua bibir mereka mulai saling mencium dan mencecap dengan penuh birahi. Awalnya, cumbuan yang terasa lembut tersebut berubah menjadi semakin menuntut tanpa keraguan lagi. Lidah keduanya saling menari di dalam sementara tangan Mario mulai menggerayangi tubuh Wina sebelum akhirnya membawanya ke atas tempat tidur dan bercinta dengannya habis-habisan. Malam itu, mereka berdua tertidur pulas dengan wajah tersenyum bahagia. “I love you, Mario Jonathan…” bisik Wina dengan suara mendesah manja sambil bersandar di d**a bidang sang pria. “And I love you more, Wina Andrea…” balas sang pria sambil mencium puncak kepala sang wanita yang kini tengah mendekap manja dirinya. Malam itu, Wina merasa menjadi seorang perempuan yang paling bahagia di dunia.  ……………………………………………………………. Kediaman Johan Alvaro, Jakarta Kedua mata tua itu menatap sayu sebuah foto keluarga yang tertempel di ruang makan. Di sana ada tiga orang yang sedang berpose sambil tersenyum bahagia. Dirinya, istrinya, dan anak kandung sekaligus putra tunggalnya, Johan Alvaro. Foto itu diambil tak lama setelah mereka bertiga bisa kembali pulang dan tinggal di dalam rumah besar yang sudah mereka tempati selama puluhan tahun sebelumnya. Setelah Gustav Accardi mengembalikan perusahaan mereka dan membuat Johan kembali menempati posisinya sebagai direktur utama, tapi tetap saja, pemegang kekuasaan tertinggi di dalam perusahaan itu adalah Renata Maria yang merupakan mantan istri Johan dan kini sudah berstatus menjadi Nyonya Accardi. Pria tua itu mendesah panjang dengan berat hati. Tidak apa-apa, ucapnya dalam hati. Setidaknya kehidupan mereka sekarang jauh lebih baik dibandingkan dua tahun sebelumnya dimana mereka sempat terlunta-lunta di rumah kontrakan seadanya dan Johan harus membanting tulang sebagai seorang penjaga keamanan di dalam sebuah pabrik konveksi. Keadaan istrinya juga tak kalah menyedihkan saat itu. Mama Sharren terlihat jauh lebih tua dua puluh tahun dari usia sebenarnya dan kadang-kadang mengoceh tak keruan. Tapi, semenjak mereka bertiga kembali lagi ke rumah ini, keadaan istrinya sudah jauh lebih baik. Bertolak belakang dengan keadaan dirinya. Tubuh tua nan ringkih ini sudah sudah terlalu rapuh untuk bisa terus bertahan. Bahkan untuk sekedar berdiri dan berjalan saja sudah terasa payah. Sakit kanker pancreas getah bening yang menggerogotinya sudah menjalar ke mana-mana. Hampir semua organ dalam tubuhnya sudah rusak parah. Semua dokter yang mereka datangi, termasuk di Singapura sudah angkat tangan dan menghela nafas panjang dengan berat hati. Menyerah. Pulang. Adalah satu kata yang mereka ucapkan dengan sangat fasihnya setiap kali mata tuanya bertemu dengan sorot mata simpati penuh iba dari para tenaga medis tersebut. Live well. Hiduplah dengan baik. Harapan Anda untuk sembuh sudah tidak ada lagi. Jalani kehidupan dan waktu yang tersisa dengan anak dan istri Anda. Dan, setiap kali Benito memeriksakan dirinya, ia tak pernah mau ditemani. Ia tahu, kalau istri dan anaknya mendengar berita ini, mereka berdua pasti akan sedih sekali. Johan apalagi, ia kan terus berusaha semaksimal mungkin mencari jalan terbaik untuk pengobatan dirinya. Dan Benito tahu… Waktu yang akan dikorbankan…. Biaya yang tidak sedikit… Sudah pasti akan menguras harta tabungan mereka yang kini sudah tersisa seadanya setelah mereka melunasi semua hutang kepada keluarga Diwati… Sudah cukup… Sudah cukup dirinya dulu membuat berbagai macam masalah sehingga membuat keluarganya sendiri terpuruk seperti ini. Jika kematian adalah satu-satunya jalan untuk bisa melepaskan penderitaannya dari derita penyakit ini. Jika kematian adalah pintu kebebasan sehingga ia tak lagi menjadi beban bagi semua orang yang ia sayangi dan cintai, maka Benito rela… Dan ia akan pergi dalam damai… “Tuan Benito, udara sore sudah semakin dingin. Tak baik bagi Anda untuk terus berlama-lama di sini…” kata Martha, perawat pribadi yang khusus disewa untuk merawat Papa Benito oleh Johan sementara ia harus pergi bekerja. Benito mengangguk dan memejamkan matanya perlahan. Ah, hari ini… Kenapa ia mengantuk sekali? ……………………………………………………………. Keesokkan paginya, di sebuah apartemen mewah di Jakarta… Wina mengerjap-ngerjapkan matanya dengan malas. Seluruh tubuhnya benar-benar terasa lemas dan tak bertenaga. Terutama di bagian area bawah badannya. Hmm… Tanpa sadar segurat senyum terukir di bibirnya saat mengingat adegan panas yang ia lakukan kemarin malam bersama dengan kekasihnya, Mario Jonathan. Pria tampan yang memiliki keturunan Paman Sam itu merupakan kekasihnya selama setahun belakangan ini. Dan kemarin malam merupakan hari jadi mereka. Dan mereka berdua merayakannya dengan cara yang sangat luar biasa!! “Babe…” panggil Wina mesra karena Mario kini tak lagi berbaring di sebelahnya. Kening Wina spontan berkerut bingung. Ke mana dia? Pelan, ia lalu beranjak bangun dan memakai gaun tidur untuk menutupi tubuh polosnya. “Babe?” panggil Wina sekali lagi. Tapi anehnya, keberadaan pria itu sama sekali tak bisa ditemukan di mana-mana. Wina lalu menyisir semua ruangan yang ada di dalam apartemennya. Mulai dari dapur, ruang tamu, kamar mandi, ruang makan. Nihil. Mario benar-benar menghilang tanpa jejak. Aneh… pikir Wina bingung. Ia lalu meraih ponsel dan menelepon Mario. Berharap kalau pemuda tersebut akan menjawab panggilannya. “Nomor yang Anda hubungi sudah tidak aktif…” Suara datar sang operator telepon menjawab panggilan teleponnya. Wina spontan mendecih kesal. b******k!!! Ke mana sih dia?? Tapi ketika ia kembali masuk ke dalam kamar tidurnya dan memeriksa dompetnya, sontak kedua mata indahnya terbelalak kaget sejadi-jadinya!! Semua uang tunai, kartu debet dan kreditnya hilang tanpa sisa!! Bahkan kotak safe deposit yang berisi perhiasan mahalnya yang berharga ratusan juta, raib sudah!! Kampret!!! Wina spontan mengumpat dan menyumpah di dalam hatinya. Ia dirampok!!! Dengan kesal, ia lalu membanting dompetnya ke atas kasur dengan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya karena emosi. Marah, kesal, kecewa, jengkel, semuanya bercampur menjadi satu. Membuncah di dalam sana. Menyesaki dadanya.  Dasar b******n!!! k*****t!!! b******k!!! Sialann!!! Berikutnya, dalam sekali tarikan nafas, sederet sumpah serapah dan bahasa kebun binatang terucap dari mulutnya tanpa henti. ……………………………………………………………………. Rumah sakit, kemarin malam ….. “PAPA!!!!” teriak Johan keras-keras sambil memeluk dan mengguncang-guncang tubuh kaku ayahnya yang kini sudah tak lagi bernyawa di atas ranjang rumah sakit. Air mata mengalir deras di kedua pipinya sementara Martha menunggui Nyonya Sharren yang mendadak pingsan ketika dokter memvonis Papa Benito yang memang sudah berpulang ke surga. Sore tadi, ketika Johan pulang, Papa Benito masih menyambutnya dengan senyuman hangat seorang ayah. Johan juga sudah membelikan masakan soto bandung kesukaan ayahnya dan sedang menyiapkannya di atas meja makan untuk makan malam keluarga bersama Mama Sharren ketika tiba-tiba ia mendengar jeritan histeris Martha yang berteriak-teriak kencang memanggil nama papanya. Dengan sigap, Johan segera melarikan ayahnya ke rumah sakit. Ke bagian unit gawat darurat untuk melakukan pengecekan darurat kepada ayahnya. Tapi sudah terlambat. Ayahnya sudah tak lagi ada di dunia ini. Ketika sang dokter menggelengkan kepalanya dengan lemah. Benang harapan terakhir yang dimilikinya, putus sudah. Sekarang, ia hanya bisa mengucapkan salam perpisahan terakhir dengan air mata berlinang deras. Melepas kepergian sang ayah dengan ikhlas walaupun sebenarnya hati kecilnya masih tak rela. …………………………………………………………. Dua hari kemudian, tubuh kaku Papa Benito yang sudah berada di dalam peti mati mulai diturunkan ke dalam liang lahat. Sepasang mata Johan masih sembab dan merah karena terus menangis tapi ia bisa apa? Dan setelah ayahnya meninggal, ia juga baru mengetahui fakta kalau ternyata ayahnya selama ini menyembunyikan banyak hal tentang penyakitnya yang memang sudah tak tertolong lagi. Johan akhirnya baru memahami kenapa ayahnya selalu bersikeras untuk tidak ditemani setiap saat mereka mengunjungi dokter yang berbeda dan diterangkan seputar riwayat kesehatannya. Inilah alasannya…. Karena ayahnya sendiri sudah tahu kalau dirinya tak mungkin tertolong lagi dan ia ingin meninggal dalam damai. Harapannya… Terkabul sudah… Selamat jalan, Pa… Terima kasih untuk semua jasa dan kebaikan papa pada Johan selama ini… ………………………………………………… Di hari yang sama, seorang wanita muda menyeret tiga koper besar dan meninggalkan apartemen mewah yang selama ini dihuninya. Kepalanya terasa linglung dan kedua kakinya terasa berat melangkah. Kemana ia harus pergi setelah ini? Entahlah… Ia pun tak tahu jawabannya… .................................................................. Note:  Haiiiiiii....semuanyaaaaa..... Ketemu lagi sama penulis absurd yang satu ini yaaa...hehehehe... Btw, menanggapi permintaan kalian seputar sekuelnya Satu Jam Saja, yah... Inilah dia. Judulnya Teman Panggilan. Siap2 diguncang lagi emosinya kayak naik roller coaster ya...dibawa ke petualangannya first love Johan yang menghalu biru.... Get ready dan masukin ini ke koleksi kamu yaa...Jangan lupa di tap love-nya biar ga ketinggalan cerita...          

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook