bc

My Virtual Love

book_age18+
650
FOLLOW
2.5K
READ
one-night stand
friends to lovers
scandal
drama
bxg
city
wife
photographer
like
intro-logo
Blurb

Persahabatan dari dunia maya antara Syafira Wulan As-Shiddiqi, seorang kepala divisi keuangan Chicco coorporated berusis 38 tahun dengan Aryan Ardianto, seorang karyawan sebuah mall di Jakarta yang berusia 25 tahun.

Mereka merasa nyaman dan nyambung saat berkomunikasi, membuat keduanya semakin dekat. Hingga memutuskan bertemu.

Sejak pertemuan pertama, kedua sudah saling tertarik.

Semalam bersama, menjadikan candu bagi Aryan dan Syafira untuk mengulang kembali kebersamaan yang terkesan singkat. Padahal keduanya sama-sama memiliki pasangan Syafira sudah menikah dan Arya memiliki kekasih.

Dalam kebersamaan tanpa ikatan yang begitu indah, akhirnya terendus Ajeng – kekasih Aryan. Dengan segala usaha Ajeng berusaha menjauhkan Aryan dan Syafira.

Apakah usaha Ajeng berhasil?

Lalu bagaimana akhir kisah cinta terlarang antara Syafira dan Aryan?

Bagaimana nasib pernikahan Syafira?

Bisakah mereka bersatu atau haruskah salah satu diantara mereka harus mengalah?

chap-preview
Free preview
Menjemput
syafira menatap tak berkedip pria tampan yang menunggunya di ruang tunggu bandara Soeta. Wajah lelahnya lenyap seketika, tatkala mendapati pria yang ia kenal lewat social media tersenyum padanya. Bahkan tanpa mengenalkan diri, Syafira sudah tahu identitas pria muda yang menjemputnya. “Bun-Bunda!” panggil Aryan kesekian kalinya karena Syafira terlihat bengong menatap dirinya. “Eh, iya-iya,” Syafira tergagap menyadari kesalahannya. “Maaf, Yan,” sambung Syafira. “Iyan sadar, kok Bun. Kalo Iyan ganteng,” balas Aryan sambil menggoa Syafira. “Hahahaa,” tawa keras Syafira sambil menoyor pelan kepala Aryan. “Yuk, ke kos-an Iyan, dulu!” ajak Aryan. “Kok, ke sana?” tanya Syafira cemas, karena di luar ekspektasinya. “Udah, tenang aja. Ibu kos udah tahu, kok, kalo hari ini Iyan kedatangan tamu istimewa,” ucap Aryan menggandeng tangan Syafira membawanya ke parkiran motor. Karena Syafira tidak membawa banyak barang. Hanya ada sebuah tas punggung dan tas cangklok kecil. Tidak ada koper dan sejenisnya. Sehingga tidak merepotkan dirinya yang hanya memakai motor. Auto Aryan tersenyum menyaksikan penampilan Syafira yang simpel dan tidak ribet. Bahkan penampilannya, tidak seperti dalam bayangannya. Seorang ibu-ibu yang mengenakan ciri khas wanita seusia Syafira. Namun, nyatanya Syafira lebih mirip seorang gadis berusia 28 tahunan. Mengenakan celana jeans dipadu kaos warna hitam sangat pas di tubuhnya. Syafira tampak lebih cantik dari foto yang ada di profil social medianya. Ditambah kaos warna hitam Syafira adalah warna yang sangat ia sukai. Aryan benar-benar terpesona dengan penampilan Syafira. “Cantik,” puji Aryan dalam hati sejak melihat Syafira pertama kali. “Serius, Iyan udah izin juga,” ucap Aryan. “Ada-ada aja,” balas Syafira. “Eh, dikasi tahu malah bilang ada-ada aja.” Aryan melepas gandengan tangannya begitu sampai di depan motor sport keluaran terbaru. Dengan gagah, Aryan naik dan mengkode Syafira untuk duduk di belakang. Syafira menatap bingung ke motor Aryan. Bukan karena tidak pernah melihat motor sebagus milik Aryan, tetapi ia bingung untuk naik ke jok yang lumayan tinggi. “Bunda,” panggil Aryan. “Naiknya gimana?” tanya Syafira menatap Aryan malu-malu. Mendengar ucapan Syafira, Aryan terkikik. “Bunda pegang bahu Aryan. Kaki kiri injek ini lalu naik!” perintah Aryan memberi petunjuk kepada Syafira. Syafira dengan patuh melakukan semua perintah Aryan. Dengan sekali tap, Syafira bisa naik an duduk di jok belakang motor Aryan. Aryan dan Syafira merasa langsung akrab dan nyaman, meski baru pertama kali bertemu. selama ini mereka hanya berkomunikasi via berbagai sosial media. “Udah nyampe?” tanya Syafira ketika motor Aryan berhenti di sebuah rumah berpagar hitam. Bukan sebuah rumah mewah, melainkan perkampungan padat penduduk. “Masuk, Bun. Iyan, tinggal di sini,” kata Aryan membuka pagar rumah tersebut. “Ibu Ning, ini Tante saya datang datang,” ucap Aryan memperkenalkan Syafira kepada ibu Kosnya. Syafira tersenyum kepada seorang ibu yang dipanggil Ning oleh Aryan. “Yuk, naik. Kamar Aryan di atas,” ajak Aryan mendahului Syafira naik ke lantai dua. **** “Bun, tunggu di sini. Iyan beli makan dulu,” pamit Aryan setelah membuka pintu Syafira. “Oke. Yan, kalo mau ke kamar mandi sebelah mana?” tanya Syafira sebelum Aryan berbalik badan. “Di ujung situ,” tunjuk Aryan pada sebuah pintu di ujung kamarnya. “Sebentar, Iyan ambilkan handuknya.” Aryan mengurungkan niatnya turun, ia berjalan ke arah lemari dan menarik sebuah handuk untuk diberikan pada Syafira. “Makasih,” kata Syafira sambil tersenyum. “Duh, senyumnya manis sekali,” batin Aryan menatap Syafira yang tersenyum padanya. “Iyan tinggal dulu, ya,” pamit Aryan mengalihkan perasaannya yang tidak karuan. “Oke,” balas Syafira. *** “Bun, dimakan! Habisin!” titah Aryan menatap Syafira hanya bengong dengan nasi bungkus yang ia beli. “Gimana Bunda mau makan, kalo kamu gak makan sekalian?” tanya Syafira membalas tatapan Aryan. “Belom laper, Bun. Iyan makannya nanti siangan,” balas Aryan mencubit gemas kedua pipi Syafira. Syafira hanya merengut diperlakukan layaknya anak kecil. “Udah, abisin dulu nasinya. Nih!” Aryan menyodorkan sendok pada Syafira. Syafira menerima sendok dari tangan Aryan dengan lemas. Syafira paling tidak suka makan seorang diri tanpa teman. Harapannya makan ditemani Aryan, pupus sudah. Karena ia sudah paham kebiasaaan teman dunia mayanya yang selalu sarapan dibarengkan makan siang. “Bun,” panggil Aryan disela-sela Syafira mengunyah sarapannya. “Hmm,” balas Syafira. “Bunda cantik,” kata Aryan sembari menyibakkan rambut kanan Syafira yang menjuntai ke belakang telinganya. Tubuh Syafira terkesiap seketika, ada sesuatu yang berbeda menerobos dengan bebas ke hatinya yang kosong. Ruang yang harusnya diisi oleh seseorang yang pernah ia cintai, tetapi kini lenyap tak bersisa. Karena ulah lelaki itu sendiri. Ruang yang lama hampa itu, kembali menghangat karena pujian, cantik, milik seorang pria muda yang bahkan belum banyak berpengalaman dalam dunia percintaan. Tidak seperti dirinya yang pernah melalui banyak masa kecewa dan sakit hati karena ulah suami. Hatinya dingin dan membeku. Memang karena perbuatan suami yang menganggapnya tidak pernah ada. Syafira bahkan beranggapan, pernikahan mereka bukan atas dasar cinta melainkan nafsu belaka. Hingga dengan mudahnya, Anton – suami Syafira tidak mempedulikannya selama lebih dari 14 tahun. Anehnya, ia masih sanggup bertahan dalam dunia kebohongan pernikahan. Empat tahun yang lalu, ia pernah menggugat cerai suami. Namun, dengan liciknya Anton berhasil membuat dirinya mencabut tuntutan. “Bunda!” Aryan membersihkan sisa-sisa makanan di bibir Syafira. Syafira merasakan ada gelenyer aneh merasuki setiap aliran darahnya. Tubuhnya menjadi lemas dan ringan. Rasanya ia tidak sanggup melanjutkan sarapan ala-ala nasi uduk Jakarta. “Yan,” bisik Syafira lirih saat tangan Aryan membelai lembut kedua pipinya. Perlahan Aryan mengecup kening Syafira. “Bunda, hari ini khusu buat Iyan. Gak boleh sama yang lain,” bisik Aryan membuat nadi Syafira berdenyut tidak karuan. “Iyan sayang sama Bunda.” Tangan Aryan tidak berhenti memainkan rambut Syafira. Syafira yang tidak bisa berkata apa-apa, tanpa sadar menjatuhkan sendok yang ia pegang. Beruntung mereka menikmati sarapan sambil duduk di lantai, sehingga tidak menimbulkan bunyi-bunyian. Aryan sempat tersenyum lebar memperhatikan gerak gerik Syafra. Dengan cekatan ia, mengambil alih sendok Syafira dan mulai menyuapi wanita dewasa yang membuatnya jatuh cinta sejak pertama bertemu. Syafira menerima semua perlakuan manis Aryan tanpa bisa membantah. Karena dalam hatinya yang terdalam, ia tidak bisa menampik pesona Aryan. Pria muda yang mampu membuka kembali hatinya yang lama tidak tersentuh. Sesekali mereka bersitatap, saling membalas senyum dengan wajah tersipu. Bak sepasang muda mudi yang baru saja memulai cinta. “Bunda, Iyan sayang sama Bunda,” ulang Aryan entah untuk yang ke berapa kalinya. Syafira masih terdiam, ia belum berani mengatakan isi hatinya. Walaupun sejatinya ia lebih dewasa disbanding Aryan. Namun, usia tidak bisa dijadikan patokan seseorang untuk jujur lebih awal. Syafira masih bimbang dengan keputusan yang ada dalam hatinya. Secara hati, ia juga memiliki rasa yang sama dengan Aryan. Namun, secara logika, jika ia menerima sama artinya ia menodai pernikahannya. Pernikahannya yang juga dipenuhi kebohongan. Pernikahan tanpa kehangatan. Pernikahan yang membuatnya berjuang sendiri. Pernikahan yang membuat tertekan. Haruskah aku katakana, iya? Agar aku juga bahagia? Syafira menatap Aryan yang dipenuhi cinta untuknya. Entah cinta model apa yang ia miliki. Yang pasti tatapan Aryan penuh kehangatan dan kerinduan. Tidak seperti milik, Anton yang dipenuhi kebekuan dan ambisi. “Bunda, juga.” Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook