bc

Low

book_age12+
702
FOLLOW
5.6K
READ
second chance
arranged marriage
independent
others
drama
Girl Power Counterattack
like
intro-logo
Blurb

Jika banyak perempuan di usia yang sama dengannya memilih belum ingin menikah, atau yang lebih ekstrem tidak menikah karena jabatan di tempat kerjanya yang sudah tinggi.

Lain halnya dengan Nimas Edrea Laquitta. Seorang perempuan yang sudah cukup dikatakan matang. Nimas memiliki alasan sendiri mengapa ia takut akan menikah.

Desakan orangtua, ceramahan dari keluarga besar, juga ocehan iseng teman kerjanya dan ledekan dari adiknya, membuatnya mau tak mau menerima saran dari orangtuanya untuk bertemu dengan laki-laki pilihan orangtuanya.

Lantas, apakah bisa laki-laki itu membuat Nimas harus menghapuskan alasan yang dia buat untuk belum ingin menikah?

Di antara dua lelaki, siapakah yang berhasil membuat Nimas menghapus alasan itu?

chap-preview
Free preview
Prolog
  "Ya ampun, Ma, Gong Yoo kenapa ganteng banget sih, Ma!" pekik adikku yang duduk dengan pecicilan sekilas menatap Mama, tapi kemudian kembali menatap layar yang menampilkan idolanya—yang entah sedang apa. "Dia itu gak ganteng sih kalau kata Mama, tapi karismatik." Logat sunda Mamaku keluar saat menyahuti ucapan adikku yang dengan tenang memakan camilan di tangannya. Aku berdecak. "Kalian kalau nonton gak bisa ya, anteng aja gitu? Gak usah pakai teriak-teriak, berisik pisan. Lieur ieu Nimasna," ucapku. "Ya atuh ulah ngadangukeun kalau enteu suka mah, Teh," sahut adikku sambil mendelik ke arahku sekilas. Ini anak, minta digetok sekali kepalanya. "Maneh ngajak ribut mulu, Gan, kenapa sih. Kalian teh ngomongnya kayak pakai TOA, gimana aku gak denger?!" seruku sewot. "Kamu tuh ganggu aja sih Nim, kalau kerja ya kerja aja, ulah ganggu kita juga atuh." Kali ini Mamaku yang menyahut. Istighfar, Nim, Istighfar. Aku memang tidak punya sekutu kalau di rumah, apalagi kalau sudah berbicara mengenai drama-drama Korea. Mama dan adikku yang satu itu akan bergabung untuk menghancurkan aku. "Ini kamar aku, kalian gak bisa nontonnya di luar aja? Yang ganggu itu kalian, bukan aku. Bikin orang gak konsen, tau." Aku mengernyitkan dahiku kesal melihat mereka mengabaikan ucapanku. Mulutku tetap berusaha mengenyahkan mereka dari kamarku. "Ish. Cicing!" sahut mereka kompak. Aku yang sudah merasa kesal pun makin kesal. Perasaan dari tadi yang paling berisik itu mereka, kenapa malah jadi aku yang disuruh untuk diam? Nasib tidak memiliki sekutu memang seperti ini. Aku menarik napas pelan. "Ampuni dosaku, Tuhan. Mama, tolong keluar dari kamarku ya, dan adikku tersayang, tolong jangan kembali lagi ke kamarku ya, kecuali kalau daku yang memanggilmu," ucapku sambil mendorong keduanya keluar dari kamarku. "Ih ngapain sih dorong-dorong," ucap adikku sambil memukul punggung tanganku yang sedang mendorongnya. Aku tidak peduli, yang penting mereka keluar dulu dari kamarku. "Kalian kalau mau nonton di kamarku, tunggu pas aku balik ke apartemen aja ya. Biar gak ganggu. Bye," ucapku sebelum menutup pintu kamarku dan menguncinya. Mama dan adikku merupakan dua dari sekian banyak orang Indonesia yang juga pecinta drama Korea. Sedangkan aku? Tidak pernah paham mengenai berbagai hal yang berbau Korea. Mungkin sedikit-sedikit aku mengetahui, tapi ya tidak sedalam mereka yang menjadi penggemar berbagai hal berbau Korea. Tadi itu, mereka tiba-tiba masuk ke kamarku dan memutar film di DVD player tanpa mendapat izin dari pemiliknya. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah aku. Oh iya, kita belum saling mengenal ya. Namaku Nimas Edrea Laquitta. Aku biasanya dipanggil dengan sebutan Nimas. Saat ini aku diminta oleh penulis untuk menceritakan kisah hidupku. Aku pikir ini hanya kisah yang biasa saja, tapi sepertinya penulis tertarik dengan kehidupanku. Awalnya aku menolak, tapi melihat bagaimana wajah penulis berharap, akhirnya aku terima saja. Menghancurkan harapan seseorang terkadang membuatku tidak enak hati. Seperti pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya. Mungkin akan sedikit aku ceritakan dalam cerita ini. Saat ini aku berusia 25 tahun, masa-masa yang kata beberapa orang tua—yang kolot—rawan bagi perempuan yang belum menikah. Harus segera dicarikan jodoh dan segala macamnya kalau belum kelihatan punya gandengan sama sekali. Selalu aku merasa jengah dengan perbincangan semacam ini. Aku sendiri tidak merasa risau, tapi memang dasar merekanya saja yang terlalu peduli dengan kehidupanku. Entah aku harus berterima kasih untuk itu atau justru merasa kesal. Bukan tanpa alasan aku belum memikirkan yang namanya pernikahan—pemikiran sebenarnya ada, tapi tidak terlalu mendalam. Aku ini termasuk anak yang sangat manut sebenarnya. Sejak dulu aku dilarang untuk berpacaran dan aku patuhi peraturan itu. Sampai aku kuliah pun aku tidak berpacaran, mungkin itu juga yang menyebabkan keluargaku ketar-ketir melihat aku yang belum mempunyai gandengan sampai saat ini. Tidak menyalahkan keluargaku juga sih mengingat kondisiku ini. Mereka hanya ingin melindungi aku dari rasa sakit hati. Omong-omong, rasa sakit hati karena patah hati sering sekali aku dengar dan baca di beberapa sosial mediaku. Yang membuat aku sedikit jijik—sebenarnya sangat—adalah ketika orang-orang yang menyebarkan rasa sakit hati tersebut di sosial media adalah anak-anak yang seharusnya cukup fokus dalam menempuh pendidikan. Miris. Bukan, bukan karena mereka sudah punya gandengan dan aku yang sudah berkepala dua tapi belum memiliki gandengan. Namun, yang buat aku merasa miris adalah, siapa yang akan fokus membangun pendidikan di Indonesia sedangkan generasi penerusnya malah justru fokus dengan dunia percintaan? Aku dan adikku memiliki sifat yang bertolak belakang, dia supel tapi sedikit bisa dikatakan sebagai pembangkang, poin tambahan untuk adikku adalah kini ia sudah memiliki gandengan. Tidak jarang juga dia meledekku. Seperti yang terjadi pada sekian banyak kakak beradik, akan ada waktunya untuk akur dan ada waktunya untuk saling meledek dan mengganggu atau bahkan berantem satu sama lainnya. Pun dengan kondisi fisik yang aku miliki berbeda dengan adikku, Gani. Jika banyak perempuan mengeluhkan mengenai bobot badannya yang berlebih, aku justru mengeluhkan bobot badanku yang kurang dari rata-rata. Bukan mengeluh juga tepatnya, aku hanya malas saja mendengar ocehan banyak orang yang mengelilingiku. Tidak jarang orang-orang memintaku untuk makan lebih banyak dari yang sebelumnya. Aku juga memiliki tinggi yang hampir bisa dilampaui oleh adikku. Terlalu banyak poin plus miliknya. Selain diceramahi tentang menikah saat pertemuan keluarga besar, kekuranganku akan berat badan juga masuk dalam perbincangan. Apalagi tingkah lakuku yang selalu dikatakan jutek. Para tetuaku akan dengan senang hati membeberkan kekurangan-kekuranganku tersebut sebagai alasan dari terlambatnya aku menikah. Biarpun saat ini karirku cukup bagus dengan memegang bangku HRD, mereka justru menjadikan karirku sebagai tambahan alasan mengapa tidak banyak lelaki yang mau bertandang ke rumahku. Mereka melihat hal ini sebagai kekuranganku yang lainnya. "Maneh teh perempuan, gak usah deh ngejar jabatan tinggi-tinggi, yang ada nanti  jejaka pada minder buat dapetin maneh." Begitulah kurang lebih bunyi kicauan mereka saat membahas mengenai pekerjaanku. Padahal sebelumnya mereka selalu meminta aku untuk bisa jadi seorang yang sukses—dalam hal ini jadi bos maksudnya—dan bisa berada di puncak. Aku bingung juga lama-lama dengan pikiran para orang tua. Sebelumnya meminta yang tinggi-tinggi ke anaknya, disaat anaknya sedang berusaha untuk mencapai, justru dibilang gak usah neko-neko. Kesal tapi kalau disuarakan akan menyebabkan peperangan. Kalau kalian mau jadi salah satu dari tokoh di dalam cerita ini, aku tidak menyarankan kalian untuk jadi aku. Kalian akan tidak suka dengan kehidupan kalian sendiri kalau kalian memilihku. Perempuan yang pesimis akan hidupnya sendiri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Yes Daddy?

read
798.0K
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

Mas DokterKu

read
238.7K
bc

His Secret : LTP S3

read
647.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook