bc

SEBUAH NAMA

book_age18+
15
FOLLOW
1K
READ
others
drama
tragedy
sweet
humorous
like
intro-logo
Blurb

Aku sudah bisa melepasnya, tapi belum untuk melupakannya. Mungkin nanti, atau tidak sama sekali.

-Afreya Griselda-

Aku memang pernah memilikinya, dan sampai saat ini, aku masih sangat mencintainya bahkan menginginkannya. Tapi aku tak ingin memaksakan sesuatu yang tak mungkin bisa ku ambil kembali. Dia sudah bahagia bersama yang lain.

Mencintainya dalam diam, sudah cukup bagiku.

-Elnando Fermansyah-

Jika di tanya apa aku memiliki rasa sayang yang lain? Iya aku memiliki rasa sayang yang lain. Tapi aku tau batasannya.

-Haykal Gunawan-

chap-preview
Free preview
SN_1
"Di antara jutaan bahkan milyaran manusia di dunia ini, pasti Tuhan memiliki alasan mengapa kau dan aku dipertemukan." ujar seorang lelaki sebayanya. "Freya, apa kau tak ingin tau mengapa Tuhan, mempertemukan kita? Itu karena, Tuhan ingin aku dan kamu bersatu" sambungnya. Ia menjeda ucapannya, memperhatikan gadis manis yang tengah duduk di kursi, di hadapannya. "Freya, aku mencintaimu. Maukah kau menjadi ke kasihku?" ungkapannya sembari berlutut di depan kursi sang pujaan hati. Suara sorakan membanjiri ruangan kelas XII IPS 1 itu. Gadis itu nampak berpikir. "Loe emang type cowok idaman, Ar" teriak salah satu teman perempuan. "Gentle juga loe, bro" ujar salah satu teman cowok, dan masih banyak ujaran dari teman-teman sekelas mereka. Arion, hanya membalas ujaran teman-temannya dengan senyum percaya dirinya. "Udah fre, jangan kelamaan mikir" ujar salah satu teman sekelasnya. "Iya fre, terima aja" sahut teman satunya. "Terima aja fre, lumayan buat teman jalan kalau malam Minggu. Lagian Arion, lumayan tampan" bisik Adheva, teman satu bangku Freya. "Terima aja fre, terima, terima" seru teman-teman sekelas Freya, bergantian. Arion Abimanyu, anak bungsu dari keluarga Abimanyu. Salah satu keluarga terpandang di ibu kota. Arion, juga salah satu siswa tertampan di sekolah. Tak sedikit, cewek-cewek yang ingin mendapatkan cintanya. Lalu bagaimana dengan, Freya? Apa dia juga sama seperti teman cewek-cewek yang lain? Freya, menatap Arion sebentar, lalu pandangannya fokus ke depan. Seorang laki-laki tampan sudah berdiri di depan kelas bersama bapak kepala sekolah. Freya, membulatkan matanya, mulutnya sedikit menganga lalu segera ia menutupnya dengan tangannya. Lelaki itu berdehem. Membuat siswa siswi menoleh ke arah suara dan kembali ke bangku masing-masing, termasuk Arion. Bapak kepala sekolah, memperkenalkan lelaki tampan di sebelah itu. Selesai memperkenalkan, bapak kepala sekolah pamit untuk kembali ke ruangannya. Nando, memperhatikan satu persatu muridnya. Lalu tersenyum. "Mungkin ada yang mau bertanya sebelum kita memulai pelajaran hari ini?" tanyanya. Seorang siswa perempuan mengangkat tangannya. "Ya silahkan" ujar Nando, mempersilahkan. "Pak Nando, sudah punya pacar belum?" tanya seorang siswa dengan wajah yang di buat seimut mungkin. Belum sempat Nando menjawab, seorang siswa bertanya lagi. "Type cewek pak Nando, seperti apa?" "Saya termasuk salah satu type, pak Nando bukan?" "(....)" "(.....)" Dan masih banyak pertanyaan yang bersautan. Nando, hanya tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan aneh muridnya. "Yang jelas type pak Nando, bukan kalian" ujar Dheva. Freya dan Dheva, melakukan tos dengan tawa kecil mereka. Lagi-lagi, Nando tersenyum. Senyum yang membuat klepek-klepek murid perempuannya. "Aduh pak senyumnya itu lho, gak nahan. Bikin hati saya meleleh" ujar Icha. "Freya, kalau senyum aku bikin kamu apa?" tanya Arion, yang duduk agak jauh dari bangku Freya. "Bikin gue mual" jawab Freya, cuek. Bagus, yang duduk di bangku belakang Arion, menepuk pundak temannya itu. "Loe bukan type, Freya" ucap Bagus. "What? cowok setampan Arion, bukan type Freya? lalu type loe yang seperti apa, fre?" tanya Icha. Freya, melihat lelaki tampan yang berdiri di depan sebentar, lalu tersenyum dan dengan cepat mengalihkan pandangannya. "Sudah, sudah, kita mulai pelajaran hari ini" ucap pak Nando. Semua kembali fokus melihat ke depan. "Kasih masuk buku kalian, kita ulangan hari ini" ujar pak Nando. "Yyaahh" keluh satu kelas serempak. Tak menggubris keluhan muridnya, Nando membagikan lembar kertas satu-satu ke meja muridnya. Selesai membagikan soal, Nando kembali ke tempatnya. "Yang sudah selesai bisa di kumpulkan dan boleh keluar" ujar Nando, setelah duduk di bangkunya. Tak ada yang bersuara, semua konsentrasi mengerjakan soal matematika yang cukup sulit bagi mereka. Tidak perlu waktu lama bagi Freya, untuk mengerjakan soal-soal itu. Hanya perlu empat puluh menit untuk Freya, mengerjakan soal tersebut. Freya, berdiri dari tempatnya, berjalan ke depan dan menaruh lembaran kertas ulangan di atas meja pak Nando. "Sudah selesai?" tanya pak Nando. "Sudah" jawab Freya sopan dan langsung keluar. Pak Nando, kembali mengawasi muridnya satu persatu. Merasa bosan, ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang. Setelah menunggu beberapa menit, namun tak juga ada balasan. Dengan kecewa, Nando kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Tak lama Bagus berdiri dan menaruh lembaran soal ulangan di atas meja pak Nando lalu menyusul Freya keluar. Samar-samar terdengar suara Freya, yang lagi tertawa. Sudah bisa di pastikan gadis itu lagi di goda oleh Bagus. Arion, berdiri dari bangkunya. Menaruh lembar ulangannya di meja pak Nando dan langsung keluar. "Arion Abimanyu" langkah Arion, terhenti saat pak Nando memanggil namanya. Dengan cepat ia membalikkan badannya. "Mau kemana kamu?" tanya pak Nando. "Keluar pak" jawab Arion. "Kembali ke bangku kamu" titah pak Nando. "Tapi pak_?" Arion, menggantung ucapannya. "Tapi apa?" "Calon pacar saya digoain Bagus, pak" semua seisi kelas tertawa mendengar jawaban, Arion. "Kembali kebangku kamu dan kerjakan kembali soal kamu" titah pak Nando, dengan wajah tegasnya. Arion, tak berani membantah. Dengan raut wajah kecewa, ia kembali duduk di kursinya. Pak Nando, berjalan ke arah pintu, membuka pintu dan benar, Bagus dan Freya sedang tertawa riang di sana. Sama seperti yang dibilang Arion, sesekali Bagus menggoda Freya. Selesai melihat, pak Nando kembali ke kursinya. Melihat jam di tangannya. "Waktu habis, silahkan di kumpulkan" kata pak Nando. "Kalian silahkan masuk" kata pak Nando kepada Freya dan juga Bagus. Freya dan Bagus masuk bersama. Freya, sempatkan menyapa pak Nando, dengan senyum manisnya. "Gimana bisa gak loe tadi?" tanya Freya, pada Dheva setelah duduk di tempatnya. "Aman" jawab Dheva sambil mengacungkan jempolnya. "Loe tadi ngapain senyum-senyum ke pak Nando?" tanya Dheva sedikit berbisik. "Emang kenapa?" tanya balik Freya. "Oke, saya akan kirim ulangan kalian ke ibu Mega" kata pak Nando, setelah selesai memasukkan lembar ulangan ke dalam map. "Mampus gue" ucap Icha sambil menepuk jidatnya. "Oke, sampai bertemu hari lusa" kata pak Nando, yang langsung keluar ruangan. Freya, mengambil ponselnya lalu membukanya. Ada satu pesan. Ia menutup ponselnya dan menaruh kembali ke dalam tasnya. "Gue cabut duluan" ujar Freya lalu mengambil tasnya lalu ia slempangkan di pundaknya. "Loe mau kemana, masih ada satu mata pelajaran lagi?" tanya Adheva. Freya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gue ada urusan mendadak. Loe tolong bantuin gue cariin alasan yang tepat buat Bu Nur ya?" pinta Freya, yang langsung meninggalkan kelas, tak lupa ia lambaikan tangannya pada, Dheva. Dheva, hanya menggelengkan kepalanya. Setelah berhasil melarikan diri, Freya menoleh ke kanan dan kiri tapi ia tak melihat seseorang yang ia kenal. Tut Tut Seseorang menyalakan klakson mobilnya, memberitahu keberadaannya. Dengan cepat, Freya menghampirinya. "Loe bolos ya?" tanya seseorang itu setelah Freya, masuk ke dalam mobilnya, pelan mobil itu meninggalkan area sekolah Freya. "Enggak" jawab Freya. "Tadi gue lihat loe manjat pagar" Freya, tak bisa mengelak lagi. "Gue laporin papa, loe" lanjut Haykal, kakak Freya. "Laporin aja, gue tinggal bilang kalau loe yang ngajak gue jalan" balas Freya tanpa rasa berdosa. Haykal, menghentikan mobilnya, mendekatkan wajahnya dengan wajah ayu adiknya itu. "Kenapa loe mau?" tanya Haykal, dengan posisi yang begitu dekat. "Karna gue tergoda" balas Freya. Haykal menjauhkan wajahnya, melajukan kembali mobilnya. Ponsel Freya, berbunyi. Gadis itu mengambilnya dari tasnya. Ada satu pesan. Mas, tunggu di rumah, pulang sekolah nanti.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook