bc

s*x with demon

book_age0+
10.0K
FOLLOW
176.2K
READ
sweet
bxg
EXO
like
intro-logo
Blurb

21+

Fantasi + Romantis

Kepindahan Celia kerumah mendiang neneknya membuatnya harus mengalami hal-hal aneh yang tidak masuk di akal.

'aku ada tapi tidak dapat di lihat, aku nyata tapi seperti mimpi' Albert Einstein.

'aku dapat merasakan sentuhan mu, kejantanannya mu dan gairah seksual mu. tapi aku tidak dapat melihat mu dan juga menyentuh mu' Celia.

chap-preview
Free preview
Part. 1
Penulis POV. Celia menatap jengah Sahabatnya Karin. Celia membeli tanpa memperdulikan protesan demi protesan sahabatnya. "Cel, lu dengar omongan gua enggak sih?" Tanya Karin kesal. "Denger" jawab Celia malas. "Lu tuh bener-bener ya, ku tahu sendiri kan rumah nenek lu itu angker" kata Karin sambil bergerik ngeri membayangkan rumah mewah tapi terlihat sangat suram. "Terus gua harus tinggal di mana lagi Karin, lu tahu sendiri kan kalau rumah orang tua gua udah sita sama BANK bahkan apartemen gua, udah gua jual buat makan selama 1 tahun terakhir ini" kata Celia sedih. "Lu bisa tinggal sama gua, cel" kata Karin. "Gua enggak mau ngerepotin lu, karin" kata Celia sambil tersenyum manis. Karin menghelai nafas. Dia senang kalah jika sudah suka mulut dengan sahabat yang luar biasa keras kepala. "Ya udah terserah lu aja deh" kata Karin pasrah membuat senyum diterbitkan dengan indah di bibir Celia hingga menimbulkan dua lesung pipi yang menambah kabar keindahannya. "Lu emang gua sahabat terbaik, kar" kata Celia sambil memeluk erat tubuh langsing sahabat. "WOI ENGGAK BISA NAFAS" teriak Karin keras untuk membuat beberapa pengunjung cafe melihat kearah mereka. "Hehe maaf terlalu seneng" kata Celia sambil tertawa kecil. Karin hanya mengendus kesal. Temannya ini cantik tapi otaknya cuma lima Watt. Celia membereskan semua barang-barang yang akan di bawanya ke rumah mendiang neneknya dengan hari riang. Sedari tadi wanita cantik itu terus saja bersenandung kecil. Dia benar-benar senangnya. Setidaknya dia punya tempat tinggal. Celia Mendesah pasrah saat mengingat jika ayahnya meninggal dengan banyak hutang yang harus di bayarnya. Dia tidak tahu harus membayar semua hutang ayahnya bagaimana. Yang Celia tahu bahwa dia sekarang harus mulai berkerja keras, untuk makan dan juga membayar semua hutang ayahnya. Celia kembali melanjutkan membereskan perlengkapan barang-barang yang harus di bawahnya besok sebelum membaringkan tubuh lelah di kasur kecil miliknya. *Selamat malam ayah, ibu" kata Celia pelan sangat pelan hingga terdengar seperti bisikan saja. Celia memperhatikan jalan kearah rumah mendiang neneknya. Sama sekali tidak berubah tetap di penuhi dengan pohon-pohon besar yang membuat menjadi terlihat seperti hutan lebat. Celia bingung bagaimana bisa nenek dan kakeknya tinggal di rumah yang sangat jauh dari pusat kota Jakarta. Walaupun tenang tapi tetap saja terkesan angker oleh Celia. Dia sendiri juga tidak yakin untuk tinggal di sana tapi mau bagaimana lagi, pihak BANK sudah menyuruh pindah. Celia memandang ngeri rumah mewah yang terlihat sangat menyeramkan di mata siapa saja yang melihatnya. Celia menyakinkan dirinya sendiri sebelum melangkah masuk kedalam rumah mendiang neneknya. "Siang nona, Celia" sapa pak norman penjaga rumah mewah mendiang neneknya. "Siang juga, pak. Mana ibu Nina, pak ?" Tanya Celia sopan. "Haha, atu di dalem, non. Monggo silahkan masuk nona Celia" kata pak norman. Pria paruh baya itu, masih terlihat segera di usianya yang sudah tidak muda lagi. Hanya pak norman lah yang paling di percaya mendiang neneknya. Sedangkan kakeknya lebih memilih mengurus perusahaannya di Jerman. Padalah Kakeknya sudah menawarkan untuk membayar semua hutang ayahnya. Tapi Celia menolaknya bukan sombong atau terlalu banyak uang tapi dia tidak mau menyusahkan kakeknya. Di kasih tinggal di rumah mendiang neneknya saja dia sudah sangat bersyukur. Celia mengikuti langkah pak norman yang memasuki rumah mewah mendiang neneknya. Hawa dingin dan kosong langsung saja menyerang kulit putih mulus Celia. Membuat gadis cantik itu merinding tanpa sabar. Ruamhnya benar-benar kosong dan terkesan angker. Membuat Celia menelan ludah sendiri. Dia tidak akan betah di rumah yang menurutnya sangat angker dengan beberapa perabotan jaman Belanda, mendiang neneknya memang terkenal suka megekolsi barang-barang antik dari beberapa lelang di seluruh dunia. "Ayo non, bapak antar ke kamar utama" kata pak norman membuyar lamunan Celia. Celia mengikuti langkah kaki pak norman yang mengarah ke arah kamar bekas kakek dan neneknya. Kamar utama di rumah mewah ini. Hawa dingin semakin pekat Celia rasakan bukan dingin karena AC atau pun angin kencang yang masuk dari jendela kamar. Tapi hawa dingin yang mampu membuat Celia melayang, melayang karena gairah yang tiba-tiba saja menghantam pemburu darahnya, dan bertumpu pada satu sisi, ya itu vaginanya. Bahkan Celia Sekarang dapat merasakan jika v****a sudah basa, sangat basa hingga menembus celana dalamnya. s**t dia harus mandi lagi sekarang. Part. 2 Author POV. Celia merapikan semua barang-barang dan juga bajunya yang tadi di bawahnya kedalam lemari pakaian yang terbuat dari kayu jati terbaik. Di bantu oleh istri pak norman, Bi Nina. Celia yakin jika umurnya tidak ada setengah dari umur Lemari baju neneknya. Celia menghentikan gerakan tangannya saat matanya tidak sengaja melihat bayangan hitam yang melintas cepat di depan jendela kamarnya. Entah kenapa gerakan cepat itu mampu membangun bulu kuduknya. Celia memegang belakang lehernya. Sial bulu kuduknya benar-benar bangun. Entah perasaan saja atau memang dia merasa tidak aman di rumah mendiang neneknya. Bahkan di kamarnya sendiri pun dia merasa di awasi dan perasaan itu sukses membuat ketakutan. Celia rasa dia benar-benar sudah terlalu banyak nonton film horor barat. Hingga membuatnya parno sendiri. Tepukan di pundaknya hampir saja membuat celia mati muda, karena serangan jantung. "Non, enggak kenapa ?" Tanya bi Nina bingung melihat cucu majikan terlihat sangat ketakutan. "Celia, enggak kenapa-kenapa kok bi" kata Celia pelan, walaupun dia tidak yakin dengan apa yang baru saja dia katakan. "Iya Bi" kata Celia sambil tersenyum meyakinkan. "Oh iya Bi, bibi sama pak norman tinggal di sini juga kan ?" Tanya Celia was-was. Jujur saja dia sangat takut jika harus tinggal sendiri di rumah sebesar ini. "Kalau bibi, sama pak norman enggak tinggal di sini, non" kata bi Nina. "Oh iya non, disini ada beberapa peraturan yang harus nona taati pertama jangan pernah pernah nyisir rambut di depan kaca pas jam 12 malam. Dan tepat sebelum jam 12 malam non udah harus tidur" kata bi Nina. "Kenapa bi ?" Tanya Celia takut bercampur bingung. "Kalau kata ndoro ayu, rumah ini bekas peninggalan kompeni Belanda jadi terkadang akan terdengar suara tangis kesakitan dan juga beberapa hal lainnya, bahkan pak norman dan ndoro serta ndoro agung juga suka mendengar hal-hal aneh. Dan satu lagi, non Celia jangan pernah sekali-kali menyalah piringan hitam di ruang tamu. Itu sudah Perintah mutlak ndoro agung sebelum pindah" kata bi Nina seserius benar-benar membuat Celia menggigil ketakutan. "Iya bi" kata Celia pelan. "Ya udah non, bibi pamit dulu ya mau pulang sama pak norman udah sore soalnya" kata bi Nina. Membuat Celia menggangukan kepadanya kakunya. Celia hanya mampu berdoa semoga saja dia tidak mendengar atau pun melihat hal-hal yang aneh-aneh, mampu membuat bulu kuduknya berdiri. "Ya udah bibi pamit dulu ya non, jangan lupa pesan bibi non, asalamwalaikum" kata bi Nina sebelum pergi keluar dari rumah mendiang neneknya. Dengan cepat Celia lari kearah kamarnya dan menghubungi Karin Sahabatnya itu untuk menginap di rumah mendiang neneknya. "Kar, lu nginep di rumah nenek gua yuk" ajak Celia penuh dengan permohonan. 'ha kok gua sih, ogah gua. Bisa-bisa mimpi buruk gua' kata cempreng suara Karin di sana. "Nanti gua taktir makan bakso di samping perusahaan, ya ya mau ya" kata Celia sedikit memaksa. 'iya iya' balas Karin di seberang sana sambil mendelik kesal. Celia berteriak senang sambil, membuat Karin yang berada di sana harus menjauhkan ponselnya dari telinganya jika tidak mau tuli saat ini juga. 'BERISIK' Teriak Karin kesal. "Hehe sorry.. sorry" kata Celia. Celia mengendus kesal saat sahabatnya dengan seenak hatinya langsung saja mematikan sambungan teleponnya darinya. Celia menunggu Karin di depan pintu rumah mendiang neneknya. Celia hampir saja menerjang sahabat karin saat melihat sahabat itu baru keluar dari dalam taksi. "Gila, rumah nenek lu masih serem aja kaya dulu. Merinding gua" kata Karin. "Usss enggak boleh ngomong sembarangan lu" bisik Celia takut. "Ya udah mendingan lu duduk aja dulu ruang tamu, gua mau buat minum" kata Celia sebelum pergi ke arah dapur. Karin menatap penasaran pada piringan hitam yang tertata rapi di sudut ruang tamu, bentuknya benar-benar indah, seperti milik para keluarga bangsawan Inggris. Karin mengelus lembut piringan hitam milik mendiang neneknya Celia. Dengan penuh rasa penasaran Karin menyalahkan piringan hitam yang sudah mencuri perhatian sejak dia masuk ke ruang tamu. Celia menghentikan gerakan tangannya saat dia mendengar suara alunan musik piringan hitam milik mendiang neneknya. Suara masih indah dan juga bersih walaupun usianya terbilang sangat tua. Celia tersentak kaget saat mengingat perkataan bi Nina, membuat Celia harus berlari kencang kearah ruang tamu dan mematikan piringan hitam milik mendiang neneknya. "Lu gila ya" kata Celia Setelah mampu mengatur nafasnya. "Lah kenapa ?" Tanya Karin bingung. "Lu enggak boleh nyahin piringan hitam itu. Itu peraturan utama di rumah ini" kata Celia frustasi. "OMG terus gimana dong sekarang ?" Tanya Karin takut. "Gua juga enggak tahu. Ya Tuhan semoga aja enggak terjadi apapun" kata Celia. "Udah mendingan sekarang kita tidur aja" lanjut Celia yang di balas anggukan kepala oleh Karin. Bahkan saat berjalan kearah kamarnya pun Celia harus terus was-was. Dia benar-benar sudah gila bagaimana mungkin dia merasa jika hawa di rumah mendiang neneknya semakin terasa dingin sampai membuatnya menggigil ketakutan. Celia buka semua bajunya sebelum membaringkan di atas ranjang empuk milik mendiang neneknya dan juga kakeknya. Kebiasaan buruknya yang tidak pernah mengubah hanya tidur dengan mengunakan Celana dalam dan juga BH yang melekat sempurna di kulit putih mulus. Sementara Karin juga tidur tanpa mengunakan sehelai benang pun. Bebas celana dalam dan juga BH yang masih melekat. Kebiasaan buruk mereka yang tidak pernah berubah bahkan sampai sekarang. Celia merapat selimut sebelum pada akhirnya sebelum benar-benar larut dalam dunia mimpi. .................... TBC

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marrying Mr. TSUNDERE

read
379.8K
bc

Sepenggal Kisah Gama ( Indonesia )

read
5.0M
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
292.5K
bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
9.9M
bc

Bermain Panas dengan Bosku

read
1.2M
bc

CRAZY OF YOU UNCLE [INDONESIA][COMPLETE]

read
3.2M
bc

When The Bastard CEO Falls in Love

read
369.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook