bc

Love, Revenge

book_age18+
60
FOLLOW
1K
READ
revenge
body exchange
drama
tragedy
twisted
soul-swap
crime
like
intro-logo
Blurb

Lima belas tahun yang lalu, Pinkan pernah dipenjara atas tuduhan pembunuhan pacar dari sepupunya sendiri, Zabiru. Semua bukti terarah kepada Pinkan. Dan hasil persidangan menyatakan bahwa Pinkan bersalah!

Zabiru mendengar jika Pinkan telah bebas dari penjara. Merasa kurang puas atas hukuman yang diterima Pinkan. Zabiru berniat balas dendam dan bersumpah akan membuat Pinkan menderita! Pinkan harus merasakan apa yang dirasakan Zabiru setelah kekasihnya dibunuh Pinkan!

Namun, siapa yang menyangka, keduanya terlibat dalam sebuah kecelakaan. Baik Zabiru dan Pinkan mengalami masa kritis di rumah sakit. Beruntung, Zabiru bisa melewati masa kritisnya. Akan tetapi....

Zabiru terperangkap di tubuh Pinkan. Sementara tubuhnya sendiri masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Lelaki itu pun mengambil kesempatan selama berada di dalam tubuh Pinkan. Ya itu mencari tahu motif Pinkan membunuh Jasmine, pacar Zabiru. Satu per satu rahasia terkuak. Termasuk pelaku pembunuh Jasmine yang sebenarnya.

chap-preview
Free preview
Setelah Sekian Lama
"Lo, pembunuh." Dadaa Pinkan rasanya sesak setiap kali mengingat kalimat itu. Suara penuh kebencian milik Zabiru sangat melekat di telinganya. Menjadi sumber dari segala sumber semua mimpi buruknya selama ini. Kapan Pinkan bisa melupakan masa lalunya? Kenapa suara Zabiru tidak mau pergi walaupun Pinkan ingin dan berusaha sampai lelah. Kenapa? Bukankah ia bukan pembunuh Jasmine yang sebenarnya? Kenapa seolah Tuhan sedang menghukumnya, dengan tidak bisa melupakan segala hal buruk yang terjadi kepada dirinya selama ini. Pinkan menyibak selimut dan turun dari ranjang. Ia ingin pergi ke dapur mengambil air minum. Mimpi buruk selalu mampir hampir setiap malam, sampai-sampai Pinkan tidak berani memejamkan mata walaupun sedang lelah dan matanya tidak bisa diajak kompromi. Perempuan berusia tiga puluh dua tahun tersebut melewati ruang tengah dan mendapati Nafa, teman satu rumahnya ketiduran di sana dengan kondisi duduk di lantai. Kepalanya menelungkup ke atas meja. Pinkan melirik jam di dinding. Hampir jam satu dini hari, tetapi Nafa malah ketiduran. Apa Nafa sudah sejak tadi? Melihat perlengkapan kamera beserta kotak make up perempuan itu berserakkan di meja hingga lantai, Pinkan pikir temannya itu baru saja menyelesaikan video barunya untuk diunggah di chanel Youtube. Maklum, Nafa ini, seorang MUA yang juga YouTuber cukup populer di negara mereka. Banyak artis hingga Diva Indonesia yang dipegang oleh Nafa, dan mengakui keterampilan temannya ini mengenai make up sampai fashion. Sejenak, Pinkan merasa iri. Bagaimana rasanya dipuji atas keterampilan diri sendiri? Nafa sangat beruntung. Sejak zaman sekolah dulu, Nafa sudah menggilai berbagai perlengkapan make up. Ia tidak menyangka temannya akan sukses di usia semuda ini. Tidak seperti dirinya. Bekerja serabutan, tidak memiliki keterampilan, dan masa depan suram. "Hmm..." Nafa bergumam lalu mengangkat kepalanya. Sepasang mata perempuan itu setengah memejam kemudian menguap lebar. "Gue ketiduran lagi kayaknya," gumam Nafa agak serak. "Lo nggak mau pindah?" tanya Pinkan menghampiri Nafa dan duduk di samping temannya. Ia membantu membereskan barang-barang Nafa yang berceceran lalu memasukkannya ke sebuah kotak make up berukuran besar dan mahal. "Gue mau ambil minum di dapur, tapi lihat lo ketiduran di sini malah nggak jadi." Nafa tertawa kecil sambil menggaruk kulit kepalanya. Ini gunanya tinggal bersama teman. Sebelumnya Nafa tinggal sendiri. Apa-apa sendiri, semua sendirian. Sampai pernah Nafa ketiduran di toilet hingga pagi dan baru sadar saat bangun. Oh, astaga! Beruntung ia tidak mati akibat kedinginan! "Lo bangun karena haus apa habis mimpi buruk?" tanya Nafa setelah membereskan perlengkapan membuat video untuk chanel-nya. "Bener ya? Mimpi buruk?" Pinkan mengangguk-angguk. "He-eh." "Bisa tidur lagi nggak, lo?" Pinkan berdiri, membantu Nafa membawa barang-barangnya untuk dimasukkan ke dalam kamar. "Nggak tahu. Tapi gue usahain." Nafa mendengus. "Gue temenin, deh. Kayaknya gue betah melek setelah ketiduran." "Lo ada kerjaan besok?" tanya Pinkan. Nafa diam sebentar dan berpikir. "Ada. Tapi siang! Lo tenang aja, Pink!" Entah harus berterima kasih seperti apa kepada Nafa. Di kala semua orang menjauhi Pinkan karena kejadian yang menimpanya di masa lalu, hanya Nafa yang tetap berada di sampingnya. Bahkan sampai Pinkan bebas, cuma Nafa yang menunggunya keluar kemudian memeluknya dengan tulus. "Lo laper nggak, Fa?" Pinkan berjalan menuju dapur. Ia membuka kulkas sembari memandangi isinya. Kira-kira ada bahan makanan apa yang bisa dimasaknya. "Makan mi kuah enak kayaknya, Pink." Nafa mengekor dari belakang, ikut mengintip isi kulkas. "Oke. Mi kuah, kan? Mau yang kari apa soto?" "Soto aja," jawab Nafa, menarik kursi di dapur. "Tambahin sayur sama cabe, Pink. Masih ada telur juga di kulkas. Masak aja sekalian biar tambah enak!" *** Nafa bisa menarik napas lega setelah Pinkan bersedia membantunya. Temannya itu setuju untuk menggantikan asistennya yang tiba-tiba absen, padahal hari ini Nafa ada banyak pekerjaan! Pukul setengah satu siang Pinkan mendapat telepon dari Nafa. Temannya itu terdengar panik bahkan sebelum mengatakan 'halo' di telepon. Nafa mencerocos cepat, tidak memberi kesempatan pada Pinkan untuk bertanya. Nafa membujuk Pinkan, berharap temannya mau membantunya, kali ini saja. "Bisa, kok." Begitu jawaban Pinkan. Untuk seseorang yang bekerja serabutan seperti dirinya, memang bisa menolak dan beralasan sibuk? Oh, tidak. Bukan maksud Pinkan setengah hati membantu Nafa. Hanya saja, ia mengatakan sesuai fakta. Selain itu, yang meminta bantuannya bukan orang lain. Tapi Nafa, temannya sendiri. Orang yang telah banyak membantunya selama ini. Nafa bersorak senang begitu mendapati Pinkan benar-benar datang ke alamat yang ia kirimkan ke nomor perempuan itu. Segera Nafa menjelaskan pekerjaan apa saja yang akan dilakukan Pinkan. "Kerjaan lo nggak berat-berat amat, kok. Cuma jadi asisten sehari gue di acara ini. Ambilin barang yang gue sebutin ya," kata Nafa menjelaskan. Pinkan mengangguk mengerti. Ia bekerja sesuai petunjuk yang Nafa katakan. Ia tidak berani beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri. Pinkan juga mengamati bagaimana lihainya Nafa merias wajah orang. Siapa tahu Pinkan bisa mempraktekkannya, kemudian bisa ia jadikan modal untuk membuat sebuah video dan mengunggahnya Youtube atau ke sosial media seperti t****k, mungkin? Kedua kaki Pinkan mulai pegal. Ia mengusap kedua matanya. Berjam-jam ia hanya berdiri dan membantu Nafa mengambil barang yang diminta. Tidak. Ia tidak boleh mengeluh. Sejak tadi ia hanya berdiri dan mengambil barang yang bahkan tidak jauh dari tempatnya berdiri. Bagaimana bisa ia akan mengeluh pegal dan lelah? Sedangkan Nafa bekerja lebih keras. Dan hebatnya tidak mengeluh sama sekali. Pinkan meringis. Ia memegangi perutnya sambil memandangi seorang model yang tengah didandani oleh Nafa. Pinkan ingin izin pergi ke toilet sebentar. Tapi ia tidak enak. Bagaimana kalau Nafa jadi kecewa? "Pink," tegur Nafa. Pinkan tersentak kaget. "Eh! Ya?" "Gue panggil lo dari tadi. Lo kenapa? Kayak orang nahan kentut lo sekarang!" ejek Nafa sambil tertawa. "Fa," Pinkan mendekati Nafa kemudian berbisik. "Gue mau ke toilet bentar ya? Seriusan. Gue udah nggak tahan pengin pipis!" "Ya ampun!" seru Nafa. "Kenapa nggak bilang dari tadi? Muka lo sampai merah, anjir!" Setelah mengatakan terima kasih, Pinkan buru-buru pergi mencari toilet karena sudah tidak tahan. Kalau ia tetap berdiri di sana, bisa-bisa Pinkan pipis di tempat umum! *** "Ada apaan rame-rame, sih?" Nafa melesak di antara kerumunan para model yang berkerumun. Acara sudah dimulai. Sebagian dari para model yang telah dirias dan memakai pakaian yang akan dipamerkan di depan para tamu undangan telah keluar lebih dulu, berjalan di atas panggung catwalk. Dan sebagian model yang menunggu giliran masih berada di ruangan ini. "Itu, busana paling mahal yang mau dipamerin ke panggung ada yang ngerusak!" seru dari kerumunan model di sekitar Nafa. "Hah? Dirusak gimana?" tanya Nafa penasaran. Acara yang digelar adalah sebuah acara peragaan busana dari salah seorang desainer terkenal di Indonesia. Karyanya sudah dipakai oleh banyak artis. Dari yang lokal sampai artis internasional. "Gila! Orang gila mana yang berani ngerusak busana semahal itu!" dumel seseorang di belakang Pinkan. Pinkan mendengar para model bersahutan mengomentari perihal busana yang dirusak seseorang. Pinkan berjinjit di antara model yang memiliki tinggi di atas rata-rata. Jelas sih. Mereka kan, model. Karena selain cantik dan pintar, mereka juga harus tinggi! Pinkan meringis. Rasanya ngeri melihat perbedaan tingginya di antara model-model itu. "Siapa yang rusakin emang?" bisik Pinkan di telinga Nafa. Nafa menengok. "Nggak tahu." Pinkan berdiri di sebelah Nafa. Ada banyak staf dan orang-orang berjas masuk ke dalam ruangan. Pinkan ikut mengamatinya seperti yang lain. Pandangannya kini tertuju ke sebuah gaun berwarna magenta yang terpasang pada manekin. Apa... itu gaun yang dimaksud? Pinkan mengamati gaun di depannya. Mencari-cari di bagian mana kerusakan gaun tersebut. "Gimana bisa rusak, sih? Siapa orang yang terakhir bawa gaun ini kemari?!" teriak laki-laki berpakaian formal sambil menunjuk gaunnya dengan nada marah. Datang lagi seorang perempuan dan berbisik ke laki-laki tadi. Pandangan matanya ia lempar ke arah para model. "Kamu." Laki-laki berpakaian formal tadi menunjuk Pinkan, marah. Sepasang matanya melotot mengarah padanya hingga menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. "Saya?" Pinkan menunjuk dirinya, bingung. "Ya, kamu!" bentaknya. Pinkan menoleh ke sekeliling. Ia merasa sedang disudutkan. Ditambah tatapan orang-orang seolah ia adalah pelaku yang merusak gaun mahal tersebut. Laki-laki itu mendekat lantas menariknya kasar hingga terpisah dari kerumunan para model. Pinkan bingung kenapa malah ia yang ditunjuk? Memangnya Pinkan yang merusak gaunnya? "Beraninya kamu rusakin gaun ini? Kamu tahu harga gaun ini sangat mahal?!" Pinkan tertegun heran. Begitu pun dengan Nafa. "Kenapa jadi saya yang disalahin, Pak?" tanya Pinkan. "Bukan saya yang rusakkin gaunnya! Emang Bapak punya bukti apa?" "Salah satu tamu undangan melihat kamu menggunting gaun ini," jawab si laki-laki sambil menunjuk gaun. "Bapak jangan ngada-ngada ya. Memangnya siapa yang lihat saya rusakkin gaun ini? Mana orangnya?!" Pintu ruangan terbuka lebar-lebar. Semua orang yang ada di sana mengarahkan pandangannya kepada sosok laki-laki tampan berambut hitam legam, lengkap mengenakan setelan jas mahal berjalan ke arahnya. Pandangan laki-laki di ambang pintu itu dan Pinkan saling bertemu. Sontak, Pinkan terkejut sekaligus tegang. Sementara Nafa sibuk menutupi bibirnya yang membulat. "Biru?" desis Pinkan tidak percaya.   To be continue--- 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Time Travel Wedding

read
5.2K
bc

Romantic Ghost

read
162.2K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
2.8K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook