bc

Bersaksi

book_age16+
393
FOLLOW
1.0K
READ
drama
tragedy
mystery
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Masalah besar yang melanda keluarga Mark membuat Claire harus bekerja keras. Mereka terjerat hutang yang sangat besar terhadap bank dan rekan bisnis ayahnya. Namun semua berubah, saat Claire menulis sebuah novel. Novel yang ditulisnya dapat membawa keajaiban kepada orang terdekatnya mulai dari hutang berkurang, teman kerjanya sembuh dari penyakit parah, ada temannya yang mendapat pekerjaan dan dia dapat double job bergaji fantastis. Sampai ia ingin bersaksi supaya dapat menghancurkan lawannya yang suka mengganggu dirinya serta keluarganya yaitu Ghost enemy dan orang-orang yang berniat jahat kepadanya. Mereka itulah yang membuat keluarganya berantakan termasuk pekerjaan Claire. Namun banyak sekali tantangan untuk bersaksi terutama dari Hans serta ayahnya yang selalu berbeda pendapat dengannya dan tidak mendukung karirnya sebagai penulis novel. Belum lagi gangguan dari ghost enemy dan unkind peoples yang mengiriminya binatang aneh ke rumahnya sehingga membuat dirinya kehilangan fokus dalam bekerja. Mampukah Claire bersaksi ditengah kondisi yang tak memungkinkan? Dapatkah Claire melewati tantangan untuk bersaksi?

chap-preview
Free preview
Bab 1 Sebuah Keajaiban
"Huaaa, nenek jangan pergi, hikss, hiks,,,"kata Claire yang menangisi kepergian neneknya Claire masih memegang tangan neneknya yang mulai berubah suhu dari hangat ke dingin serta memeluknya. Claire duduk dikursi samping ranjang neneknya. Hans pun menangis keras karena ia kehilangan nenek yang disayanginya. "Nenekkk,," Dengan cepat ia menghapus air matanya dan membersihkan hidungnya yang kotor karena cairan lengket menempel disana dengan tissue. Hidungnya yang sudah kering kini berubah menjadi warna merah muda. Mark yang merupakan anak dari nenek itu pun menangis tiada henti karena kini Mark tidak memiliki ayah dan ibu lagi. Ayah Mark sudah meninggal beberapa tahun lalu. Kini Ibu Mark yang mana nenek Claire ikut pergi bersamanya. Mark hanyalah seorang anak yatim piatu sekarang. Dia harus kuat dan tegar menjalani kehidupannya sebagai kepala keluarga. Dia merasa beban yang ada dipundaknya terlalu berat. Malam itu kakak serta adik Mark berdatangan dan langsung membawa peti yang berisi neneknya ke rumah duka. Pikiran Mark sangat kacau dan tertekan karena kehilangan ibu kandungnya. Jean yang menemani dirinya dan selalu berada disisinya kala kondisinya sedang terguncang dan terpukul. Sesudah pemakaman neneknya, mereka semua kembali ke rumah peninggalan almarhum kedua orang tuanya. Mark teringat dia memiliki sebuah sertifikat. Dia mencari sertifikat warisan dari kedua orangtuanya lalu dengan cepat menyembunyikan dari kakak dan adiknya. Sebab kakaknya Mark termasuk gila harta dan haus akan kekayaan. Baginya memiliki uang yang banyak dan kenyang adalah suatu kebutuhan terpenting didalam hidupnya. Sesudah acara berkabung tersebut. Datanglah dua orang lelaki masuk ke rumah Mark. "Siang pak/ bu maaf mengganggu,"sapa kedua orang tua yang berasal dari bank dimana mereka meminjam uang. "Silahkan masuk dan duduk,"sahut Jean mempersilahkan kedua tamunya untuk masuk dan duduk. Kedua tamu yang bergender lelaki itu langsung duduk dikursi dekat meja dan kursi Mark berada. "Ada apa ya pak?"tanya Mark "Jadi kedatangan kami kemari untuk menagih pembayaran hutang kepada Bapak, apakah Pak Mark keberatan?" "Oh, kami tidak keberatan, kalian dari bank XO ya?" "Iya, pak. Kebetulan sudah jatuh tempo untuk waktu pembayaran cicilan hutangnya. Jadi kami datang kemari," "Baik, tunggu sebentar ya,"tutup Mark kepada tamunya. Mark tidak ingin membuat pihak karyawan bank curiga kepadanya. Maka ia harus menampilkan hal yang baik-baik kepadanya serta menenangkan mereka dirumahnya Jean segera bangkit berdiri dan mengambil uang dari lemari kamarnya dan memberikannya kepada Mark dibawah meja kerjanya. "Ini,"tutur Jean sambil memberikan sejumlah uang kepada Mark. "Makasih sayang,"balasnya sambil menerima uang pemberian istrinya dan menghitungnya kembali. "Maaf, Pak. Cicilan hutang yang harus saya bayar berapa?"tanyanya kepada petugas bank berseragam putih dan berdasi hitam. "Bulan ini bapak dapat membayar 2 juta rupiah belum bunganya 500ribu," "Baik," Mark memberikan dua gepok uang berwarna biru yang berada ditangannya dengan lima lembar uang kertas berwarna merah. "Saya terima uangnya ya pak," "Iya, coba dihitung ulang,"pinta Mark dengan teliti Aldo yang menghitung uang yang diberikan Mark. Sementara rekan lainnya yang bernama Dio bertugas untuk menulis tanda terima pembayaran uang hutang Mark. Setelah Dio menuliskan tanda terimanya dan memberikannya kepada Mark. "Baik, terimakasih ya pak," "Iya, sama-sama," Aldo dan Dio segera beranjak dari kediaman Mark. Sesudah mereka berdua pergi. Maka Mark langsung mengoceh kepada Jean. "Kita masih harus bayar hutang bank. Sekarang uangnya sudah diberikan. Kita masih punya uang lagi gak? Mana kita juga punya hutang ke rekan bisnisku,"dumelnya "Masih, pah. Usaha dong biar kita bisa bayar hutang," "Iya, ini papa juga lagi usaha gimana caranya,"sontaknya Belum saja mereka selesai berkata tiba-tiba ponsel milik Mark berdering keras. Mark mengangkat teleponnya. "Halo?" "Hai, Mark. Lama kita tak berbicara ya," "Ronny?"kagetnya "Ya, ini memang aku, kenapa? Kamu kaget?"tembaknya langsung "Ah, aku tidak kaget," "Jadi kapan kamu mau bayar hutang?"ceplosnya mengagetkan Mark "Bulan tujuh akan ku bayar,"kata Mark sambil menelan salivanya "Benar ya, aku pegang kata-katamu," "Baik," Ronny menutup teleponnya. Mark masih shock karena penagih hutang beruntun mendatangi serta menghubunginya. Jean yang melihat raut wajah Mark yang pucat pasi langsung mengajaknya untuk berbicara. "Siapa tadi yang menelepon?Ronny ya?"tanya Jean "Iya,"angguknya "Dia menagih hutang padamu?" "Iya mah. Kita terlilit hutang dengannya cukup besar. Bahkan kita belum mampu membayar sedikit pun hutang-hutang kita kepadanya, dan hutang lainnya," "Sabar, pa, nanti ada jalannya,"tenang Jean "Apa kita jual saja mobil kita?"sarannya "Jangan, itu kan mobil yang aku inginkan masa kamu tega main jual gitu saja?" "Sekarang kita sudah tidak punya apa-apa lagi, mah," "Kan kita bisa minta sama yang diatas," "Iya sih, cuma para penagih hutang datang diwaktu bersamaan. Aku pusing,"keluh Mark kepada istrinya "Nanti juga akan ada jalan keluarnya kok,"tabah istrinya Istrinya meninggalkannya dan pergi ke dapur untuk melanjutkan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Claire hanya menjadi pendengar saja ketika orangtuanya memiliki masalah. Dia belum bisa memberikan solusi kepada mereka. Claire tetap fokus menulis setiap bab yang akan dipublish pada novelnya hingga novel tersebut tamat pada akhirnya. Sampai Claire berniat untuk menulis suatu novel baru. Ketika ia mau menulis salah satu bab didalam novelnya. Tiba-tiba datanglah orang yang menyewa kontrakan kios milik Mark dan Jean. "Permisi, Pak Mark," "Ya ada apa?" Yang Mark tahu ibu ini sebentar lagi akan habis kontrak untuk menyewa kios miliknya. "Jadi kan sebentar lagi kontrak kami akan habis, saya mau perpanjang kontrak kios bapak Mark,"cetusnya tegas dan jelas "Mau perpanjang berapa bulan?" "Satu tahun," "Kalau mau satu tahun itu kena 15 juta," "Oh, tak masalah pak, saya mau dan setuju dengan harga yang bapak berikan," "Baiklah kalau anda setuju," Wanita itu langsung mengeluarkan tiga gepok uang yang dibalut kertas yang bertuliskan nominal 5 juta rupiah. Dia memberikan uang tersebut kepada Mark. Mark terkejut bukan main. Kedua matanya terbelalak dan membesar. Dia hampir tak percaya dengan apa yang dilihat didepannya. Dia segera memanggil istrinya. "Jean, kemarilah cepat!"teriaknya Istrinya berjalan dengan cepat bahkan hampir berlari. Kemudian Jean menghampirinya dan duduk dikursi samping suaminya. "Ada apa sih pak?" "Ini, lihat?!"Mark menunjukkan uang yang didapatnya tepat didepan wanita yang ingin mengontrak kiosnya. Jean menerima uang yang diberikan Mark kepadanya dan menghitung total lembaran uang yang sudah ditata dalam gepokan tersebut. "Baik, kami terima uangnya ya sebesar lima belas juta,"katanya sambil tersenyum dan memperlihatkan tumpukkan uang tersebut. Kemudian Jean membuat kwitansi tanda pembayaran uang yang diterimanya untuk penyewa kiosnya. Sesudahnya ia menyerahkan selembar kertas kwitansi berwarna hijau kepada perempuan berkulit hitam manis. Muncullah sekilas senyum diwajah penyewanya seperti bunga yang baru saja mekar. Ada sedikit nafas lega didalam hati Mark begitu juga dengan Jean. Penyewa kiosnya pun beranjak pergi dari tempat mereka. "Makasih ya, Jean dan Mark. Saya pamit dulu,"cetusnya "Iya, sama-sama, silahkan,"bolehnya Sesudah penyewanya pergi maka Mark berdiskusi lagi dengan Jean. "Sayang, uangnya bisa untuk bayar hutang," "Ya, benar. Memang bisa untuk bayar hutang kita. Mau bayar ke yang mana dulu?" "Ke rekan bisnisku, bagaimana?" "Boleh, silahkan," Mark segera menaiki kendaraan roda dua dan menuju atm sebuah bank. Mark mengirimkan bukti transfer dari hutang yang dimilikinya kepada si penagih yang dari telepon. Handphone Mark berdering keras dan berbunyi. Mark mengangkatnya. "Terimakasih ya, sisanya dibayar bulan tujuh ya,"sahutnya dari seberang telepon "Siap,"tegas Mark Mark memiliki raut wajah yang cukup tenang karena dia mampu membayar sedikit demi sedikit hutangnya kepada penagih yang ketus itu. Mark berjalan santai keluar dari atm bank. Dia pun kembali berjalan ke parkiran motornya dan menaikinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rewind Our Time

read
161.0K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.7K
bc

DRIVING ME CRAZY (INDONESIA)

read
2.0M
bc

Naughty December 21+

read
512.0K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.0K
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

Hubungan Terlarang

read
500.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook