bc

Bukan Pernikahan Impian

book_age16+
3.8K
FOLLOW
27.8K
READ
possessive
arranged marriage
manipulative
sensitive
drama
tragedy
sweet
mystery
first love
secrets
like
intro-logo
Blurb

“Apa kamu bahagia?” tanya pria itu saat mereka berada di sebuah kamar pengantin yang sudah di sulap seindah dan seromantis mungkin.

“Ya, aku sangat bahagia. Inilah impianku selama ini, menikah denganmu, pria yang begitu aku cintai.” Wanita itu tersenyum penuh kebahagiaan tanpa menangkap kejanggalan ekspresi wajah yang di tunjukkan sang pria.

“Begitukah? Apa kau pikir ini akan berhasil dan membuat kita bahagia?” tanya pria itu membuat sang wanita sedikit mengernyit.

“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Bukankah kita saling mencintai?” tanyannya.

“Dulu aku memang sangat mencintaimu.” Ucapannya tertahan mebuat sang wanita menatap manik mata pria di depannya itu. Pria yang sudah sah menjadi suaminya, “Tetapi sekarang berbeda.”

“Maksud kamu?”

“Sekarang ada jarak di antara kita, ada api kebencian di antara kita!” mata wanita itu membelalak lebar. “Cinta yang memberikan surga itu kini sudah di terlahap hangus oleh api

neraka penuh kebencian dan DENDAM!!!” wanita itu memekik saat sang pria mencekik lehernya.

chap-preview
Free preview
Episode 1
Pagi itu suasana di Boston begitu dingin karena sudah memasuki musim salju. Boston adalah ibu kota dan kota terbesar di Massachusetts di Amerika Serikat. Kota tertua dan terkaya di A.S.           Di sebuah penthouse mewah dan megah seorang wanita tampak terlelap di balik selimut putih tebalnya.           “Arin!!!”           Teriakan itu sungguh memekakan telinga Arin. Ia membuka matanya dengan malas dan menguap lebar hingga terdengar suara derap langkah mendekat. “Arin bangun, kita terlambat ke kampus!”           “Oh God Rachel! Bisakah tidak mengusik tidurku!” seru Arinka dengan sangat malas.           “Ayolah, jangan membuatku memanggil Ethan dan membopongmu ke kamar mandi dan di mandikan! Bisa-bisa aku menunggu lebih lama lagi!” Seruan itu berhasil membuat gadis di balik selimut itu segera mengerjapkan matanya dan bergegas bangun.           “Jangan memanggilnya, aku akan bersiap-siap!” desisnya dengan kesal melangkah menuju kamar mandi membuat sang gadis yang bernama Rachel itu terkikik geli.           Sahabatnya itu benar-benar belum ingin melebihi batas dengan Ethan yang merupakan kekasihnya. Ia ingin menyerahkan segalanya saat nanti mereka menikah. Padahal mereka berdua berpacaran hampir 5 tahun lamanya.           Rachel bergegas keluar dari kamar besar bernuansa putih itu. Di dalam kamar mandi Arin tampak menggulung rambutnya ke atas hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Ia tampak membasuh wajahnya dan menggosok gigi. Setelahnya ia melakukan ritual mandi dengan singkat karena hari sudah semakin siang walau matahari masih bersembunyi di balik awan. Ini adalah hari pertama salju turun di Boston, hingga membuat matahari enggan untuk muncul.           Gadis itu adalah Arinka, gadis yang memiliki garis wajah khas Indonesia dan Rusia. Ia memiliki bola mata hitam pekat dengan kulit putih mulus seputih kapas. Hidungnya mancung khas orang rusia dan runcing di bagian ujungnya. Bibirnya sedikit tebal di bagian bawahnya. Wajahnya begitu kecil dan tampak begitu imut di tambah lesung pipi yang semakin mempercantik wajahnya. Ia memiliki tinggi badan 165cm khas orang Indonesia dan tentu saja tingginya itu jauh di bawah Rachel yang memiliki tinggi badan 175cm tak berbeda jauh dengan Kakaknya Ethan yang sangat tinggi membuat Arin merasa seperti liliput di antara mereka.           Selesai ritual mandi, ia memakai handuk sebatas d**a dan berjalan dengan santai keluar dari kamar mandi. Ia memang selalu berdandan sebelum berpakaian. Ia berjalan menuju ke dekat cermin sambil menggerai rambut coklatnya dan menyisirnya dengan pelan. Rambut coklatnya tampak lurus tanpa bergelombang dan begitu indah.           “Kau ingin menggodaku, Honey?” suara itu membuatnya memekik dan secepat kilat berbalik. Tampak seorang pria dewasa dengan kemeja putihnya yang sudah di lipat hingga siku tengah bersandar di dinding dekat pintu masuk kamarnya.           “Sedang apa kau di sini?” pekiknya segera menyilangkan kedua tangannya di d**a membuat pria tampan di depannya itu tersenyum manis. Ia berjalan mendekati Arin membuat Arin mundur untuk menghindarinya. Pria itu terus saja mendekati membuat Arin segera berlari dan meloncat ke atas ranjang untuk memasuki kamar mandi. Pria itu tau pemikiran Arin akan kemana, ia langsung menangkap kaki mulus Aris membuat tubuh Arin terhempas dan jatuh di atas ranjang. Tanpa basa basi pria itu langsung menindih tubuh Arin dan membalikkan tubuh Arin hingga menghadap ke arahnya.           “Ethan hentikan!” kekehnya.           “Kenapa kau senang menggodaku, hmm?” tanya pria yang di panggil Ethan itu.           “Sudah aku katakan, jangan masuk ke kamarku sebelum kita menikah!” ucap Arin dengan senyumannya hingga memperlihatkan lesung pipinya.           “Aku tak sabar,” bisik Ethan mengecup bibir Arin dengan lembut dan bahkan berkali-kali.           “Ethan hentikan!” kekehnya seraya menahan d**a bidang Ethan yang terus saja menciumi bibir ranumnya.           “Kau sungguh seperti m****n bagiku, aku tidak bisa hidup karena tidak mendapatkan asupan m****n ini.” Ethan kembali mengecupi bibir ranum Arin yang sangat manis dan memabukkan.           “Kalau kau terus seperti ini, adik kesayanganmu akan datang dan menendangmu dari atas tubuhku,” ucap Arin.           “Aku tidak perduli dengan gadis kecil itu,” ucap Ethan yang kembali memangut bibir Arin dengan sangat lembut. Arin tak memberontak, ia membalas ciuman Ethan dengan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu.           “Oh God!!! Ranethan!!!!” teriakan melengking itu membuat Arin mendorong d**a Ethan hingga terlepas dari pangutannya.           “Ck, bisakah kau tidak menganggu acaraku, gadis kecil?” tanya Ethan dengan tatapan jengkel.           “Aku menunggu di bawah dengan sabarnya dan kalian malah asyik b******u di sini!” pekiknya dengan tatapan garang.           “Jangan tanggung-tanggung sabarnya. Bersabarlah sebentar lagi,” ucap Ethan dengan santai membuat Arin terkikik di bawahnya.           “Kau ingin ku timpuk?” pekiknya hendak melepaskan sepatunya.           “Oke oke, jangan galak galak ke Kakak sendiri, ” gerutu Ethan dengan terpaksa menarik tubuhnya dari atas tubuh Arin.           Arin tampak tersenyum penuh kemenangan membuat Ethan menyipitkan matanya. “Kau berhutang ini padaku nanti, Dear.” Setelah mengatakan itu Ethanpun berlalu pergi dengan jahilnya mengusap kepala Rachel saat melewatinya membuat Rachel segera menepis tangannya.           “Cepatlah bersiap Arinka, sebelum aku menyeretmu ke kampus dengan memakai handuk itu!” pekiknya.           “Kalau itu kau lakukan, maka jangan salahkan aku kalau nanti Kakak tersayangmu itu mengamuk di kampus!” kekeh Arin beranjak menuju ke walk in closet.           “Kau masih di sana, Hel?”           “Hmm,”           “Apa malam ini kita jadi pergi?” tanya Arin seraya memakai t-shirtnya.           “Aku takut Kak Ethan gak akan mengijinkan,” ucap Rachel.           “Tapi Jason adalah sahabat kita, aku merasa tak enak kalau tidak datang ke acara party nya.”           “Kau tau sendiri, calon suamimu itu sangat cemburu pada Jason,” ucap Rachel hingga tak lama Arinka keluar dengan hanya memakai t-shirt di padu dengan jeans birunya. Ia menenteng sepasang sepatu boots berwarna coklat sebatas mata kaki dan tingginya sekitar 10cm untuk menyamakan tinggi badannya dengan Rachel yang tampak memakai Flat shoes nya. Arin segera memakai boots itu dan menyambar mantel yang ada di dekat atas ranjang.           “Lets go,” ucap Arin menyambar tasnya dan berjalan keluar kamar diikuti Rachel. ΩΩΩ           “Arin,”           Panggilan itu membuatnya menoleh dan langsung tersenyum bahagia.           “Jase!”           “Aku mencari kalian sejak tadi, kalian akan datang bukan ke acaraku nanti malam,” tanyanya tanpa basa basi seperti biasa.           “Aku ingin tapi-“           “Aku tidak menerima penolakan Arinka!” ucapnya dengan tegas memotong ucapan Arin. “Rachel kau harus membujuknya,” ucap Jason tampak merengek.           “Aku tidak tau, kau tau calon suaminya sangat cemburu padamu. Yang ada kami di kurung di kamar sebelum berhasil keluar.”           “Tidak adakah cara lain,” ucapnya dengan cemberut. “Ayolahh, apa aku harus memohon pada kalian!” pekiknya karena Rachel tampak mengedikkan bahunya acuh.           “Ada cara,” ucap Arin tiba-tiba membuat mereka berdua menoleh padanya.           “Apa?” tanya Rachel tampak penasaran.           Arin tersenyum menyeringai pada mereka berdua dengan memainkan kedua alisnya.           “Kau memang pintar Arin, tak sia-sia kau menjadi mahasiswi unggulan di Harvard ini,” ucap Jason dengan kekehannya.           “Berlebihan,” cibir Arin.           “Apa sih Arin, jangan membuatku penasaran!” Rachel tampak tak sabar mendengar lanjutan ucapan Arin.           “James,” ucap Arin dengan senyumannya yang langsung menular ke Rachel.           “Siapa James?” tanya Jason yang tampak bingung,           “Kau lihat saja nanti,” ucap mereka berdua dengan senyuman misteriusnya. ΩΩΩ           Di sebuah gedung tinggi di Boston, tampak beberapa orang pria tengah duduk santai dan sebagian berdiri di dalam sebuah ruangan yang cukup mewah. Pria itu sekitar 8 orang, dan mereka tampak serius mendengarkan penjelasan dari salah seorang yang berdiri di tengah-tengah mereka hingga membuat semua mata berpusat padanya. Di belakang pria yang tengah berbicara itu tampak sebuah meja cukup besar dengan sebuah bendera Negara A.S dan juga bendera sebuah organisasi CIA atau Central Intelligence Agency. Yang merupakan badan intelijen pemerintah federal Amerika Serikat.           “Ini missi kita,” ucap pria itu menutup penjelasannya. Tatapannya kini menatap ke arah pria yang duduk di depannya dengan tatapan tajam. “Kau akan menemukannya kali ini, Ethan.”           Pria itu adalah Ranethan atau Ethan. Dia adalah salah satu anggota CIA di A.S sudah sejal 15 tahun yang lalu. Ia memiliki tujuan tertentu masuk ke organisasi ini. Di sini ia mendapat beberapa teman kelompok dengan seorang ketua bernama Marvin Stanley yang usianya 5 tahun lebih tua dari Ethan.           “Apa kau yakin ini akan berhasil? Kita sudah melakukan ini berkali-kali untuk melumpuhkan Gerald, yang merupakan sahabat dekatnya Jeff.” Pria di ujung sana bersahut dengan tatapan datar tanpa ekspresi.           “Aku yakin kali ini akan berhasil, Jer. Karena  kita sudah menantinya sejak 15 tahun,” ucap Marvin mantap dengan seringainya membuat siapa saja bergidik ngeri.           Siapa yang tidak kenal pria tampan satu ini, pria yang memiliki senyuman maut dan indah. Tetapi di balikan senyumannya itu tertidur sosok iblis paling menyeramkan di dunia. Marvin adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dia seperti orang gila yang haus darah. Ia tidak akan segan-segan membunuh siapa saja yang mengusiknya dan menurutnya orang itu pantas untuk di bunuh.           “Kau tampak bersemangat, dude.” ucap pria tampan yang sejak tadi tampak santai memainkan Iphone-nya.           “Tentu saja, James.”           “Aku ingin segera mendapatkan Jeff dan memusnahkan seluruh keluarganya,” ucap Ethan tiba-tiba dengan kedua tangannya yang mengepal kuat.           Jeff....           Nama itu seperti virus yang terus menggangu hidup Ethan selama 17 tahun ini. Walau saat kejadian naas itu usia Ethan masih 10 tahun. tetapi ia masih sangat hapal wajah b******n itu. ΩΩΩ

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
61.2K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.7K
bc

Pengganti

read
301.7K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.3K
bc

The crazy handsome

read
465.3K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.4K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook