bc

SERENDIPITY

book_age18+
145
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
possessive
others
family
arranged marriage
drama
sweet
bxg
teacher
passionate
like
intro-logo
Blurb

Ada banyak di dunia ini yang menyangkut tentang bagaimana seseorang bisa menemukan kembali kebahagiaan mereka dengan pengganti yang lebih baik. Song Haeun adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang hidup dengan dua kebahagiaan, yang di dapatkannya dari anugerah Tuhan. 

Kebahagiaan yang pertama yang dia dapatkan dalam rumah tangganya berasal dari sesosok pria yang bermarga Lee. Lee Yongki adalah pria yang baik dalam segala halnya, banyak kebahagian yang membuat Haeun terasa betah hidup dengannya. Tetapi sepertinya Tuhan mengharapkan hal lain dari kisah cinta mereka karena ibu Lee tidak pernah menyukai Haeun. Dan puncaknya dimusim penghujan, Haeun merasa kehilangan atas semua kebahagiaan yang dia miliki. Tentang orang terkasih, bahkan tentang perasaannya sendiri. Haeun bahkan tidak menyalahkan takdir yang membuatnya berjalan begitu apiknya dihidupnya. Tuhan memang adil dalam menentukan kehidupannya ini. 

Tapi, selang kebahagian yang berjatuhan seperti kelopak bunga mawar milik Beats si buruk rupa. Haeun menemukan kembali kebahagian yang lain dari hati orang lain. Orang yang begitu manis dan begitu mengerti tentang perasaannya yang terluka. Dia bernama Ryu Jinmin, pria asal Busan yang hangat. Dengan keponakan yang manis, Kim Carissa. Mereka berdua bisa membuat hati Haeun kembali luluh. 

Mungkin Haeun tak akan perlu menyalahkan siapa pun atau itu Tuhan sekalipun. Karena sekarang Tuhan memilih untuk menggantikan Yongki dengan seorang Jinmin.

chap-preview
Free preview
1. Broken Heart
Satu hal yang tak pernah atau bahkan seumur hidup Song Haeun sesali. Tapi kali ini semua yang dia lakukan seakan tidak ada yang benar, mungkin dia menyesal atas hidup yang Tuhan berikan padanya. Semua tidak akan pernah berjalan mulus ketika dia masuk dalam bahtera pernikahan dengan pemuda bermarga Lee. Dalu semenjak kedua orang tuanya masih ada, mereka menimang-nimang keinginan nya untuk menikah. Haeun selalu meyakinkan baik dirinya ataupun kedua orang tuanya jika semuanya akan baik-baik saja, meski ibunya selalu mengatakan padanya untuk lebih siap atas segala hal yang akan menimpanya dikemudian hari. Pagi yang meredup karena cahaya matahari yang terhalang awan hitam. Tidak banyak yang Haeun lakukan selain terduduk di bangkar sambil menatap langit yang mendung. Hatinya tergores, rasanya perih sekali. Untuk kedua kalinya dirinya mengalami keguguran, padahal baru dua minggu lalu dirinya berbahagia karena alat tes kehamilan yang menujukkan dua garis positif. Kehilangan untuk kedua kalinya yang dia sesali dan menangis adalah solusi untuk menenangkan hatinya yang sendu. Tidak ada tempat lagi untuk mengeluh ketika dirinya merasa sedih kecuali pada suaminya sendiri. Tetapi pria itu tidak ada di sini, barusaja dirinya di tinggal untuk urusan pekerjaan yang tergolong padat karena akan meluncurkan produk baru. Haeun merasa terhibur sedikit ketika Yongki melakukan panggilan video dan mengatakan ucapan-ucapan manis padanya. Kembali tersenyum kala pria itu sedikit menghiburnya dengan caranya sendiri, lucu sekali ketika pria dingin itu saat menghiburnya. Yongki terkenal dengan sifatnya yang dingin dan sedikit cuek, namun dia mempunyai hati yang hangat. Terbukti ketika Haeun tertawa saat mendengarkan kata-kata sang suami. Ah, sepertinya di hati Haeun ada sedikit kebahagian dalam rasa sedihnya. “Aku janji aku tidak kan menangis lagi, tapi belikan aku Ice cream kacang merah jika kau pulang” pinta Haeun pada sang suami, pria itu terkekeh pelan sebelum menanggukan kepalanya untuk menjawab permintaan sang istri. “Kau ingin sepabriknya juga akan aku turuti” Haeun tertawa saat mendengarkan penuturan itu dan menggelengkan kepalanya, “Tidak usah beli sepabriknya Yongki-ya” Pria itu kembali mengangguk, “Baiklah honey, aku tutup dulu. Ada meeting pagi ini jadi aku harus menghadirinya. Jangan sedih lagi. Aku mencintaimu” ucap Yongki dengan tersenyum manis pada Haeun. Pria itu mencoba membuat hati sang istri merasa kuat. Panggilan video itu berakhir tepat saat pintu rawat inapnya terbuka. Lee Seungha, wanita yang menjadi ibu atas sang suaminya itu datang dan menatapnya seolah tidak suka. Memang selama ini semenjak Haeun menginjakkan kaki di altar pernikahan dan bergabung menjadi keluarga Lee, sang ibu mertuanyalah paling tidak menyukainya. “Apa ini yang disebut dengan menantu yang baik? Berapa kali kau menghancurkan perasaan putraku?” Haeun hanya menunduk ketika percakapan mereka diawal kalimat Seungha yang teramat kasar membuat dirinya ingin kembali menangis. "Kenapa kau tidak bilang saja jika kau tidak mampu memberikan putraku seorang anak dan cucu untukku" wanita paruh baya itu mengoceh, mengolok-olok dirinya, mengucapkan hal yang membuat hati kecil wanita di atas bangkar rumah sakit itu teriris. Bagaimana tidak, semua yang diucapkan ibu mertuanya itu benar adanya. Haeun tidak bisa memberikan anak atau cucu selama dua tahun pernikahannya dengan Lee Yongki. "Kau dan pekerjaanmu itu yang membuat dirimu keguguran. Lagi pula kenapa tetap saja Yongki mempertahankanmu? Lebih baik putraku dengan nona Kim dari pada dirimu" ucap terakhir kalinya Seungha pada menantunya sebelum dia benar-benar pergi dari sana. Kamar yang Haeun tempati terasa sunyi kembali setelah Seungha pergi dengan menyisakan kesedihan baginya. Haeun merasa apa yang dikatakan ibu mertuanya itu tidak ada yang salah. Dia memang tidak becus dalam menjaga diri dan calon bayinya sendiri. Kini janjinya pada sang suami untuk tidak menangis harus teringkari. Tetesan air mata kembali menyapa pipinya yang mulus, meluncur begitu saja tanpa halangan. "Aku tidak bermaksud membuatnya seperti ini. Mianhae Yongki" *** Dua bulan berlalu, tetap seperti biasa dengan olok-olokan dari mertuanya semenjak dirinya keguguran untuk yang kedua kalinya. Tetapi, kali ini Haeun tidak seperti dulu, dia kuat karena ada Yongki di sampingnya. Pria itu selalu memberinya semangat walaupun raut wajahnya menampakkan lelah dan sedih. Yongki hanya memberi isyarat pada Haeun agar segera memasuki perkarangan rumah ibunya. Haeun hanya menanggapinya dengan anggukan dan mencoba tersenyum. Sebenarnya dia tidak ingin bertemu dengan ibu mertuanya, bukan karena membenci. Tetapi dirinya takut jika sang ibu mertunya itu kembali melontarkan kalimat-kalimat menyakitkan seperti dua bulan yang lalu. Dalam hidupnya, Haeun tidak bisa membenci ibu mertuanya, dia sudah menganggap Lee Seungha seperti ibunya sendiri. "Kuharap kau bisa membuat hati ibu kembali menyukaimu" kata Yongki sebelum melajukan mobilnya kembali, menjauhi perkarangan. Haeun menghela nafas berat, memang benar kata suaminya setidaknya membantu ibu Seungha akan membuat kekalutan pada dirinya dan awan hitam sang ibu mertua menjadi reda, setidaknya bisa menjalian kembali tali yang hampir saja terputus. Dengan berani Haeun mengetuk pintu mahoni itu dan tentu saja pintu itu terbuka dengan cepat, tapi yang ada di depannya bukan sang ibu tetapi perempuan cantik. Tentu perempuan itu bukan para pembantu dirumah Nyonya Lee ini dan Haeun kenal betul dengan orang-orang yang bekerja untuk ibu mertuanya itu. Tapi jika ibu mertuanya itu mengambil pembantu baru juga tak masalah. "Oh, aku baru tahu kau disini. Apa kau pembantu ibu yang baru?” tanya Haeun dan pertanyaannya hanya dijawab dengan gelengan yang ragu dari gadis itu. Ah bukan ternyata. “Valleta, bantu ibu melipat karpet tebal ini!” Haeun mendengar teriakkan ibu mertuanya dari dalam rumah untuk meminta bantuan pada seorang yang bernama Valleta. Haeun dengan cekatan masuk kedalam dan meletakkan tasnya di sofa, “Ibu biar aku bantu" ucapnya saat dirinya menghampiri ibu Seungha yang membereskan karpet tebal Turki. Seungha menghentikan pekerjaannya sepihak ketika yang membantunya bukan seseorang yang dia inginkan. "Aku tidak butuh bantuanmu. Untuk apa aku meminta bantuan dari menantu lemah sepertimu" "Bibi biar aku saja, anda bisa menyingkir sebentar? Biar aku saja yang membereskan karpet tebal ini" kata wanita yang dari tadi mengikuti Haeun. Kini Haeun baru mengerti ternyata wanita yang membukakan pintu untuknya itu bernama Valleta, dan akhirnya dirinya hanya terdiam mematung. Ibu mertuanya benar-benar tidak menyukainya. Memang semenjak dia menikah dengan Yongki. Ibu mertuanya memang tidak merestui hubungan keduanya. Hatinya memanas, bahkan air mata di kedua pelupuk matanya sudah jatuh begitu saja. Haeun merasa harga dirinya di hadapan sang ibu mertuanya sangat rendah. Tidak dihargai dan diacuhkan begitu saja. Dengan berat hati dirinya pergi dari rumah besar ini dan mungkin ini adalah hal baik untuknya, walaupun sebagian para pembantu dirumah itu melihatnya dengan tatapan iba. *** Di taman yang sepi ini Haeun menangis, sudah seharian ini dia tidak ingin pulang bahkan ponselnya pun mati. Mungkin suaminya akan mencarinya saat ini. Hari bahkan sudah mulai petang. Dan matahari telah digantikan oleh bulan. Haeun tetap mengayunkan ayunan itu dengan pelan dengan pikirannya yang kosong. Tidak mengerti apa yang harus dia pikirkan ketika pikirannya penuh dengan perkataan ibu mertuanya. "Haeun" seseorang pria mengintupsinya. Membuat dirinya menoleh seketika. Pria yang datang dengan jas yang terselampir di lengannya itu adalah Lee Yongki, suaminya. Nafas pria itu terputus-putus ketika Yongki berhasil menemukan istrinya. Kini sang pria berlari untuk memeluk tubuh ringkihnya. Sedangkan, Haeun hanya terdiam dipelukan itu, tak ada niatan untuk membalas pelukan Yongki. Yongki mendengar tangisan wanitanya walau lirih tapi jelas membuat hatinya ikut sakit. "Maafkan ibuku" hanya kalimat itu yang dia rapalkan berkali kali untuk meredakan tangisan wanita yang dia cintainya. “Maafkan ibuku, Haeun-ya” *** "Yongki.." panggil Haeun dan Yongki hanya setengah melihatnya sambil terfokus pada jalan. Jalanan kota sangat ramai malam hari ini dan mereka harus kembali pulang dari taman yang sepi itu. "Ada apa honey?" Haeun hanya meremat ujung dressnya, pikirannya kalut tetapi dirinya harus mengungkapkan sesuatu, "Bolehkah aku meminta sesuatu?" Yongki menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu menatap wajah cantik istrinya. "Apa saja yang kau mau honey, tanpa harus kau meminta, aku akan berikan padamu" ucap Yongki sambil menangkup kedua pipi Haeun. Haeun tersenyum masam sebelum dirinya melanjutkam kembali perkataannya yang terputus. "Berati kau bersedia untuk mengabulkannya?" tanyanya. Telapak hangat Yongki dipipi Haeun kini beralih mengenggam tangan sang wanita, sesekali mencium punggung tangannya penuh cinta. "Ya, katakan apa yang ingin kau pinta?" tanya Yongki balik. Mendengar Yongki yang seakan tak menyelidik, membuat Haeun ingin menangis saja. Tapi sungguh dirinya tidak ingin mengatakan sesuatu yang membuat pria di depannya itu sakit hati. "Yongki… aku ingin kita berceraikan" ucap Haeun lirih. Mendengar ucapan Haeun membuat Yongki menarik tangannya pelan. Yongki merasa Haeun hanya benrcanda tentang ucapan perceraian. Sungguh dirinya tidak pernah ataupun tidak ingin mendengar kata perceraian dalam kamus pernikahannya. Yongki kini menatap kedua manik hazel milik istrinya itu. Seakan mencari suatu kebohongan dari sana. “Kau berbohong” "Yongki-ya aku berbicara serius" "Tapi kenapa?" jelas sekali jika pria itu merasa kecewa. Semenjak mereka berdua mengarungi bahtera pernikahan tidak satupun diantara mereka bertengkar karena suatu hal. Tapi mengapa kali ini Haeun ingin berpisah dengannya? "Aku minta maaf, tapi ini demi kebaikanmu dan kebaikanku juga" Yongki mengusap kasar wajahnya dan mencoba menenangkan pikirannya. "Tidak dengan bercerai seperti ini? Haeun-ya kau taukan aku sangat mencintaimu. Kenapa kau begitu mudah mengatakan kata-kata itu? Apa itu karena ibu yang membuatmu mengatakan hal demikian?" selidik Yongki. Haeun menghindari tatapan Yongki, dirinya merasa takut. Bila dia berkata jujur, sebenarnya yang dikatakan Yongki itu memang benar, itu bagian dari ancaman ibu mertuanya. Tapi keinginan ini, juga bukan keinginannya penuh. Haeun mengelengkan kepalanya, mencoba menyakinkan suaminya seakan dia bersungguh-sungguh menginginkan perceraian itu. "Tidak akan, aku tidak mau!" seru Yongki sambil kembali melajukan mobilnya ke aspal yang kini basah. “Yongki” panggil Haeun, tapi tatapan sang pria tetap terfokus pada jalanan. Haeun juga merasa tidak tega melihat kesedihan yang tersirat pada wajah tampan suaminya. Dengan hembusan nafas berat Haeun kembali meminta pada Yongki, "Tapi aku mohon, jika kau benar-benar mencintai maka ceraikan aku" Yongki teramat kesal, ingin sekali dirinya menghilangkan kata perceraian yang terus Haeun sebut. "Tidak bisa, ini sangat sulit. Ya Tuhan kenapa aku diberatkan dengan ini" ucap Yongki kesal sambil memukul setir mobilnya. Air mata Haeun kembali turun, dia tidak sanggup lagi. Perceraian adalah jalan buruk dalam kamus pernikahan dan juga merupakan salah satu usaha terakhir untuk hal-hal yang pasti dilakukan jika menyangkut sebuah kecekcokan. Ya Haeun sudah memutuskan demikian untuk hubungannya dengan Lee Yongki. Perceraian adalah jalan satu-satunya dalam mempertahankan keadaan mereka saat ini. Mungkin sangat berat tetapi dengan itu mereka bisa hidup dengan bahagia walaupun caranya lain. *** Pagi hari yang sunyi, Yongki bahkan sudah terbangun. Pasti pria itu mandi, terdengar jelas suara gemericik air di dalam kamar mandi. Haeun menatap berkas-berkas perceraian mereka yang masih tertumpuk rapi di nakas. Haeun juga melihat semua isinya dan itu pun sudah tertanda tangani oleh Yongki, hanya saja kurang dirinya yang belum menandatangani surat perceraian itu. Air matanya kembali turun, ternyata Yongki telah mempersetujui permintaanya untuk bercerai. Setidaknya ini yang Haeun inginkan meski sangat berat dihatinya. Ya, pada akhirnya Yongki terpaksa menceraikan istrinya. Pria itu kini baru saja keluar dari kamar mandi, menatap Haeun yang kembali menangis dimatanya. Rasa sedih dan kecewa kini campur aduk menjadi satu. "Aku sudah menuruti kemauanmu, tinggal kau saja yang belum menandatanganinya" ucap pria itu lesu dan berjalan gontai ke arah lemari. Mencoba mengabaikannya pun Yongki sebenarnya tidak tega. "Terimakasih dan Mianhae, Yongki-ya" hanya sepatah kata itu yang bisa Haeun ucapkan dalam sela-sela tangisannya. Yongki hanya mengangguk kecil disertai senyuman masam. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rewind Our Time

read
160.8K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
919.2K
bc

MOVE ON

read
94.6K
bc

HYPER!

read
554.7K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.0K
bc

Mrs. Rivera

read
45.2K
bc

Noda Masa Lalu

read
183.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook