bc

MY SEXY BERONDONG

book_age18+
8.9K
FOLLOW
81.9K
READ
billionaire
possessive
sex
sweet
bxg
city
childhood crush
first love
twink
model
like
intro-logo
Blurb

Berondong hareudang checkk

Spinoff Perfect Hot Sugar Daddy & Pesona CEO

18+

Hati pria mana yang tidak sakit saat mengetahui bahwa gadis yang ia cintai adalah tantenya sendiri. Terlebih lagi, dalam waktu dekat akan menikah dengan ayahnya.

"Kemana semalam, Re? Kok ngilang gak ad kabar?"

"Maaf, Dad. Semalam tidur di rumahnya Reyhan." Reginald berbohong. Padahal semalam dia tidak sadarkan diri dan hanya menemukan sebuah aksesoris wanita.

Patah hati. Ini kata yang tepat untuk Reginald.

Pria yang harusnya gembira di malam kelulusannya ini malah terlihat murung.

Fakta mengenai gadis yang ia sukai ternyata adalah sugar baby dari ayahnya itu.

Belum lagi fakta mengenai ternyata Jesica adalah adik tiri dari ibunya pun menjelaskan bahwa status Jesica adalah tantenya yang masih sangat muda bahkan seumuran dengannya.

Reginald sedih dan merasa kecewa. Dia menarik Reyhan untuk pergi dari pesta kelulusan dan membawa sahabatnya ke klub malam.

Mereka yang masih dalam usia belum legal masuk klub malam pun mengambil jalan belakang.

Seorang gadis berkebangsaan Paris. Rimelda Moeres tidak sengaja bertabrakan dengan Reginald yang hanya menghabiskan satu gelas saja sudah mabuk.

Rimelda menyadari pria di hadapannya ini seperti belum dewasa. Dia membuka dompet Reginald dan membaca kartu identitasnya.

Saat Reyhan ke toilet. Rimelda membawa Reginald pergi.

Reginald bangun saat pagi dalam keadaan sang sungguh membuat dia panik. Siapa yang membawanya ke tempat ini, lalu siapa yang menemaninya saat tidur?

"Dari mana semalam, Ri?"

"Biasa. Habis bersenang-senang!"

"Ingat, disini kita hanya untuk bekerja."

Rimelda Moeres datang ke Indonesia hanya untuk pemotretan saja, dia menjadi model brand ternama.

Rimelda adalah anak dari pasangan CEO tampan Joehan Moeres dan super model Chyntia Clara.

Rimelda patah hati karena di tinggal menikah oleh kekasih yang sudah ia pacari bertahun-tahun.

Saat pergi ke Indonesia, dia tertarik dengan pria yang masih remaja. Rimelda meninggalkan Reginald begitu saja dan meninggalkan sebuah aksesoris.

"Terima kasih sudah menemani ku semalam." Jejak lipstik merah di pipi Reginald sebagai tanda kepemilikannya.

Apa Reginald akan mencari Rimelda?

Apa Rimelda akan mudah melepaskan Reginald begitu saja saat dia sudah kembali ke Paris?

chap-preview
Free preview
1. Patah Hati Lalu Terkejut
Saat berita bahagia malah terasa menusuk hati. Saat jiwa terasa melayang dan raga sudah sulit menerima kenyataan pahit ini. Hati siapa yang tidak hancur saat mendengar kata : "Daddy izin menikahi Jesica, yah. Mantan gadis yang kamu suka, sekaligus tante kamu!" ucapan dari ayah tiga puluh delapan tahun yang berniat menikahi gadis seumuran dengan anaknya. Gadis cinta pertama yang di sukai Reginald di masa remajanya ini. Masa dimana mengukir kenangan dan pengalaman indah. Masa belajar serta bersenang-senang dengan banyak tawa canda. Jika semua siswa merasa masa SMA yang paling mengesankan, berbeda dengan Reginald. Masa SMA ini dia banyak merasakan rasa sakit. Sakit karena tahu gadis yang ia sukai menjadi sugar baby ayahnya. Sakit karena tahu sang Mama menipu ayahnya. Sakit karena kenyataan pahit bahwa bukan anak kandung dari Biyan, karena ibunya masuk penjara dan di hukum mati, yang terlahir sakit karena Jesica akan menikah dengan Biyan. Jika Jesica bukan kekasih sang ayah, mungkin saja dia akan tetap memaksa untuk mendapatkan hati Jesica, adik tiri dari ibunya. Fakta Jesica dan Biyan saling mencintai membuat Reginald menyerah. Dia merasa terperosok jatuh kedalam lubang yang paling dalam. Luka yang tidak berdarah memang lebih sakit dari luka yang berdarah-darah. Begitu membekas dan mendarah daging. Jika bukan pelukan hangat dari gadis yang akan berusia delapan belas tahun dan sangat ia cintai sewaktu di rooftop. Mungkin ujian akhir semester dan ujian nasional ini Reginald akan gagal. Kata motivasi dan pelukan dari Jesica benar-benar manjur. Membuat semangat Reginald yang sempat hilang kembali menggebu-gebu. Sayang pelukan itu dari seorang tante muda. Bukan pelukan dari seorang kekasih. Reginald kini membenteng hatinya. Dia berjanji tidak akan mudah jatuh pada pesona seorang gadis. Dia akan dingin seperti Biyan agar bisa memikat hati gadis yang benar-benar mencintainya. Setelah lulus ujian. Niatan Biyan menikahi Jesica membuat hatinya terpukul. Apa akan melihat gadis yang dicintainya setiap hari? Apa sanggup melihat kemesraan dua insan yang saling di mabuk cinta, satu rumah dengannya? Bila pergi dari rumah Biyan pun dia akan pergi kemana? Kakak dari ibunya? Tentu tidak mungkin, Reginald lebih dekat dengan keluarga Biyan dibandingkan keluarga Kania. "Dari mana Daddy tau Reginald suka sama Jesica?" Pertanyaan ini terlontar dari mulut Reginald saat kaget karena Daddy-nya tahu dia menyukai Jesica. Perasaan dahulu dia bilang tidak menyukai seorang gadis di sekolahnya. "Keliatan kok dari tatapannya. Jesica juga pernah bilang kamu suka sama dia." Biyan merangkul Reginald agar anak itu tidak merasa di intimidasi. "Maaf, ya, Dad. Aku suka sama cewek yang Daddy sukai." lirih Reginald sambil menunduk. Dia merasa kembali hancur. Kapan Reginald bahagia? Apa saat lahir ke dunia sampai menginjak bangku SMA saja?  "Gak papa, Sayang. Gak ada yang bilang gak boleh. Setiap orang punya hak masing-masing. Kamu suka juga sebelum tau Jesica tante kamu. Siapa juga cowo yang gak akan suka dengan pesonanya yang cantik dan menarik, hatinya baik dan orangnya pinter." Biyan mencoba menenangkan Reginald demi mendapatkan restu untuk menikah lagi. Biarpun Reginald berarti anak angkat. Tetap saja dia ingin meminta restu dari Reginald agar pernikahan dengan Jesica nanti lancar. "Daddy beruntung dapat Jesica. Maafin Mams yang udah nyakitin Daddy, ya!" Pelukan hangat dari Reginald untuk sang ayah. Dia ingin menitikkan air mata tapi terus menahannya. Malu jika seorang pria samoai menangis. Nanti dia bisa terlihat tidak iklas merestui pernikahan kedua ayahnya. "Daddy udah maafin, kok. Terkadang butuh waktu lama dan mencoba berkali-kali agar kita mendapatkan yang tepat. Contohnya Daddy. Butuh waktu lama untuk mendapatkan gadis seperti Jesica. Ini yang kedua, tapi akan jadi yang terakhir." Niatan di hati Biyan sudah bulat. Dia akan melamar lalu menikahi Jesica. "Semoga langgeng, Dad. Tanteku berubah jadi ibu tiriku. Gitu, ya, judulnya?" Macam judul FTV pikir Reginald. Hidupnya bagaikan orang yang ada di sinetron saja. Mungkin film yang mendapatkan piala oscar saja kalah. "Hahaha … bisa aja! Jadi udah kasih restu?" Suasana mencair setelah Reginald mengeluarkan candaan. "Fakta Daddy bukan ayah aku memang buat aku sakit hati. Tapi kasih sayang Daddy yang tulus dan menganggap aku sebagai anak kandung buat hati aku terharu. Orang yang bukan satu darah aja bisa sayang banget sama kita. Daddy baik banget. Aku sayang Daddy!" Reginald merasa bersyukur bisa mendapatkan ayah angkat seperti Biyan. Esok hari adalah acara Biyan melamar Jesica. Reginald harus menyaksikan sendiri bagaimana Biyan melingkarkan cincin di jari manis tangan kiri gadis yang susah untuk ia lupakan. Saat menerima raport, Reginald tidak merasa senang dan puas. Orang lain berbondong-bondong untuk berpesta dan merayakan kelulusan. Reginald enggan mengikuti acara malam pesta. Jika bukan di paksa, Reyhan, Rahma dan Jesica. Mungkin saja dia tidak akan datang ke pesta. Malam kelulusan dan nilai kedua terbaik bukannya membuat hati Reginald senang dan puas. Dia melihat tawa semua orang seperti sebuah cemoohan kepahitan kenyataan hidupnya. Andai ada segelas minuman keras, mungkin dia bisa tidak sadarkan diri dan menyaksikan semua orang bersenang-senang. Reginald memilih membawa satu gelas jus dan menghirup udara segar di taman hotel. Pria yang sangat tampan menggunakan setelan jas berwarna abu ini sayangnya tidak menari dan berdansa dengan para gadis. Hanya ada satu gadis yang menurutnya paling cantik dan menawan. Tidak lain dan tidak bukan adalah Jesica. Ingin rasanya Reginald memegang pinggang serta tangan Jesica, saling bertatapan dan melangkahkan kaki bersama sesuai lantunan musik. Sayang keinginan tersebut tidak bisa terkabul. Reginald menumpahkan air jus ke dalam kolam ikan. "Keruh … keruh seperti hatiku!" ucapnya sambil melihat air kolam yang sudah keruh dengan air jus. Langit malam yang hitam tanpa hiasan bintang dan bulan. Bagaikan perasannya yang hitam pekat dan kelam. Sepertinya malam ini akan hujan. Reginald memilih berdiam diri menatap langit. Biar saja jika hujan datang dan tubuhnya menjadi basah. Tepukan tangan seorang pria di pundak Reginald membuat ia yang sedang melamun itu kaget. "Lagi apa disini, Re?" tanya Reyhan. Dia duduk di samping Reginald. Melihat temannya murung. Dia tidak tega dan langsung menghampirinya. Bisa saja Reginald putus asa dan memilih jalan pintas. Banyak kolam renang dan letak lantai pesta mereka di ketinggian lantai tujuh. Bisa-bisa Reginald melompat ke bawah dari atas agar melenyapkan hidupnya saat ini juga. "Lagi menghindari keramaian, Han." Reginald akhir-akhir ini lebih senang sendirian. "Jalan-jalan keluar hirup udara segar yu!" ajak Reyhan agar mereka berdua tidak berisik disini dengan suara musik. "Lo gak ikut pesta?" Reginald heran karena Reyhan tidak ikut pesta, padahal anak ini sangat antusias untuk bersenang-senang. "Mana bisa senang-senang ikut pesta kalo sahabat gue lagi murung." Reyhan orangnya benar-benar setia kawan. "Yuk kita keluar!" ajak Reyhan sambil menarik tangan Reginald. Mereka berjalan ke lantai dasar lalu menapakkan kaki di trotoar jalan. Berdua menyusuri jalanan ibu kota dengan berjalan kaki. Ada gemerlap lampu yang menarik perhatian Reginald. Tampaknya ini adalah sebuah klub malam. "Mau berani masuk gak?" tanyanya pada Reyhan yang lugu. "Ayo, gue berani." Reyhan penasaran dengan tempatnya orang dewasa bersenang-senang. Dua bodyguard yang berjaga di pintu masuk mencegah Reginald dan Reyhan. "Maaf kalian masih terlihat anak-anak. Tidak boleh masuk kalau bukan orang dewasa." ucap salah satu bodyguard yang terlihat seram. "Kita udah dewasa kok, Pak." Reginald berlaga sok orang dewasa. "Mana kartu identitasnya?" Dia meminta kartu identitas Reginald dan Reyhan. "Ini!" Reginald menyerahkan KTP-nya setelah mencari benda pipih itu dari dalam dompetnya. "Tidak bisa. Silahkan pergi!" Umur Reginald dan Reyhan masih tujuh belas tahun. Klub ini hanya menerima tamu di atas usia dua puluh satu tahun. Mereka berdua di dorong agar tidak memaksa untuk masuk. Rintik-rintik hujan membasahi tubuh dua anak remaja ini. Prediksi Reginald akan turunnya hujan memang benar. Tubuh keduanya mulai basah. "Aduh hujan, Re. Kita gimana dong? Mau balik ke hotel?" tanya Reyhan yang menutupi kepalanya dengan kedua tangan. "Sini. Ikut gue jalan belakang. Kita menyelinap masuk." Reginald yang melihat sebuah celah kecil menarik Reyhan agar mencari jalan belakang untuk masuk ke klub. "Gila lo, Re." Reyhan mengikuti langkah kaki Reginald. "Udah gila karena patah hati. Biar sekalian gilanya!" Reginald yang melihat pintu belakang aman segera masuk. Penjaga pintu belakang tampaknya sibuk karena turun hujan. Memayungi tamu di bagian depan untuk turun dari mobil dan masuk ke klub. "Eh lo mau kemana?" tanya Reyhan saat Reginald semakin masuk ke dalam klub. "Pesen minuman, di hotel cuma ada jus, soda dan lain-lain. Gak ada minuman macam di sana!" Reginald menunjuk botol minuman vodka, whisky dan botol menarik lain di etalase bartender. "Eh gila. Mau nyobain minuman keras?" tanya Reyhan sambil membulatkan mata. Memangnya orang galau harus seperti ini?" "Iya. Kali aja bisa bikin semua beban sirna." Reginald berjalan lebih dulu meninggalkan Reyhan yang berdiri mematung. "Ogah gue gak mau." tolak Reyhan. "Harus mau. Temenin gue, kita mabuk bareng-bareng." Reginald mengedipkan sebelah mata sambil melipat ujung empat jari berkali-kali, sebagai isyarat sebuah ajakan. "Udah buntu otak lo, Re?" Reyhan pun akhirnya menyusul Reginald duduk di depan seorang bartender. "Biar yang buntu jadi ada jalan, Han!" Telunjuk Reginald menunjuk otaknya. Bartender yang mengenakan topi hitam menghampiri Reginald dan Reyhan. "Mau pesan apa, Mas?" "Minuman apa aja mas. Pokoknya yang enak buat yang lagi galau!" ucap Reginald sangat jujur. Seputus asa itukah dia? "Wadaw. Hari gini galau-galau." Ejek bartender yang rambutnya mulai memutih ini  "Sakit … patah hati!" Reginald menunjuk dadanya sendiri. Pria ini meracik minuman yang di hiasi potongan lemon di bagian ujung gelasnya. "Ini, Mas. Semoga galaunya sirna!"  "Yang banyak, Mas. Jejerin di depan saya. Gesek aja bayarnya dari sini!" Reginald meminta banyak minuman dan menyodorkan kartu ATM dari Daddy-nya. Dia bebas menggunakan uang jatah bulanan ini dari Biyan. "Wadaw … orang kaya mah bebas!" Bartender ini meraih kartu ATM lalu membuatkan minuman yang sangat banyak sesuai permintaan Reginald. "Silahkan, Mas." Gelas-gelas kaca berjejer rapi. Siap untuk di minum Reginald dan Reyhan. "Ayo, Han. Gue udah traktir banyak nih!" Reginald menepuk pundak Reyhan yang sedang ketakutan. Reyhan bergidik ngeri melihat minuman keras yang banyak di hadapannya. "Gile, gak mau!" Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Harus mau." Reginald memaksa agar dia ada teman mabuk. "Aduh gue di paksa ini." keluh Reyhan. Dia tidak pernah minum minuman seperti ini. Apa rasanya? "Iya harus setia kawan. Gue mabok, lo juga mabok!" Reginald tersenyum menantang Reyhan untuk ikut mabuk sambil menyodorkan satu gelas minuman. Reyhan meneguknya perlahan dan mulai menggunakan indra perasanya. "Ini pait-pait asem, Re." ucap Reyhan saat sudah mencoba setengah gelas minuman. "Gak ada rasa menurut gue yang lagi mati rasa!" Reginald meneguk langsung tanpa pelan-pelan. "Eh gila, lo langsung abisin sekali teguk." Reyhan jaget karena satu gelas telah tandas di minum oleh Reginald. Pria ini malah meraih gelas lain. "Perut gue gak enak bahkan baru nyoba satu gelas. Gue ke toilet, ya, Re." Reyhan meninggalkan Reginald sendiri untuk menuntaskan rasa mulas di perutnya. Seorang gadis duduk di bangku Reyhan. Di neraih minuman Reginald untuk meminumnya dan berencana mengganti minuman tersebut. Dia malas untuk menunggu. Dia langsung mengambil saja tanpa permisi dulu pada pemilik minuman ini. "Ini minuman saya!" Reginald menahan tangan gadis yang hendak meminum minumannya. "Haha … tidak bagi-bagi? Ini minumannya ada banyak!" Gadis ini terkekeh. "Tidak!" jawab Reginald ketus. "Bahkan pada saya yang cantik?" Gadis ini menyombongkan diri. Dia biasanya di traktir minuman oleh pria-pria di klub malam. "Tidak. Anda tidak cantik. Biasa saja!" Bagi Reginald hanya Jesica yang cantik. "Waw … ini pertama kalinya saya dibilang tidak cantik." Dia mengangkat kedua alis. Betapa cantiknya dia hingga di gilai banyak pria. Baru kali ini di bilang tidak cantik. "Jangan ganggu saya!" Reginald mengusir gadis yang berpakaian hitam. "Ini pertama kali juga saya di usir." Baru kali ini juga dia di usir oleh seorang pria. Ini kejadian yang langka dan sangat menarik. "Saya pesan minuman, Mas!" ucap gadis yang rambutnya coklat dan tergerai indah ke belakang. Roknya jauh di atas lutut. Menampilkan kaki jenjang yang mulus dan putih. "You bukan orang Indonesia, Miss?" tanya bartender sambil memberikan minuman yang sama persis seperti milik Reginald. Dia melihat sang gadis berwajah bule. Tidak seperti orang Indonesia. "I'm from Paris."  "Bisa bahasa Indonesia?" "Bisa sedikit." Kepintarannya membuat dia bisa tiga bahasa. "Kalian ganggu aja. Aku lagi galau, maunya sendirian dan jangan berisik." Reginald merebut gelas sang gadis. Mungkin ia merasa gelas ini juga miliknya. Gadis ini sedikit kesal. Dia juga ingin bersenang-senang. "Sendiri dan tidak berisik bukan disini tempatnya!" "Dimana?" jawab Reginald yang mulai mabuk. Pandangan pria ini sudah mulai kabur. "Mau ikut?" tanya sang gadis. Seringai iblis terukir di wajahnya. Sepertinya malam ini akan panas dan menyenangkan. "Ini kartu milik Tuan itu." Bartender menyerahkan kartu ATM milik Reginald. "Biar saya yang bawa dan antar dia pulang!" Gadis ini merangkul Reginald dan membawanya pergi. "Enteng banget badan orang Indonesia. Apa dia kurang makan?" ucapnya saat menuntun Reginald untuk mencari hotel terdekat. "Jesica!" teriak Reginald berkali-kali. "Saya bukan Jesica." jawabnya sambil melirik Reginald. "Sayang …." Reginald mencium ceruk leher sang gadis. "Oh … patah hati gara-gara cinta. Sampai kamu bilang aku tidak cantik dan aku kamu usir! Lucunya!" Gadis ini bisa mengira Reginald patah hati oleh seorang gadis bernama Jesica. Dia menemukan hotel terdekat. Memilih kamar untuk menginap. "Beuh …. Lumayan juga sejauh ini!" keluhnya sambil menurunkan tubuh Reginald ke kasur yang empuk. "Bajunya sedikit basah." Dia meraba-raba baju Reginald yang basah karena terkena hujan tadi. Gadis ini membuka jas yang Reginald kenakan. Tiba-tiba Reginald membuka kedua matanya. "Sini, Jes!" Reginald menarik sang gadis lalu terjatuh tepat di da-danya. Kedua mata mereka saling bertemu. Reginald mencium gadis ini tanpa sadar hingga mereka berdua menghabiskan malam di bawah selimut tebal. "Reyhan …. Han …." Tangan Reginald meraba-raba kasur. Dia membuka netranya karena merasa ini bukan kamarnya atau kamar Reyhan. "Kemana bajuku? Apa yang terjadi semalam?"  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Living with sexy CEO

read
277.7K
bc

My Sexy Boss ⚠️

read
539.5K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.8K
bc

I Love You Dad

read
282.7K
bc

Yes Daddy?

read
797.9K
bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook