bc

Antariksa

book_age16+
1.8K
FOLLOW
19.5K
READ
possessive
family
arrogant
manipulative
badboy
goodgirl
sensitive
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

###### WARNING ######

Usahakan terlebih dahulu membaca Too Young, karena pengenalan beberapa tokoh berada di sana.

####################

Antariksa Fernandio Mourer Hutomo, atau biasa dikenal sebagai Antariksa, tampan? pasti, baik hati? tentu, kaya? jangan ditanya lagi, jawabannya pasti IYA, sayang keluarga? Sangat.

sempurna bukan?

tapi, di dunia ini tidak ada yang namanya makhluk sempurna, semua pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, seperti Antariksa ini contohnya.

dia hidup dikelilingi keluarga yang sangat menyayanginya, tidak kekurangan harta sedikitpun, memiliki wajah yang tampan, namun sayang dia mengidap Dissociative Identity Disorder atau biasa dikenal orang kepribadian ganda.

semua orang pasti menganggap memiliki kepribadian ganda adalah bencana dan sebuah lubang besar untuk kesempurnaan seseorang, terutama orang seperti Antariksa, tapi kalian salah jika berpikir itu yang dialami oleh Antariksa.

selama bertahun-tahun dia hidup bersama dengan alter egonya dia tidak pernah merasa bahwa Alter egonya ini adalah sebuah kekurangan, tapi sebuah kesempurnaan karena tanpa alter egonya, dia tidak akan memiliki semua ini, alter egonya adalah penyelamat hidupnya.

dan juga, pembawa dirinya mencapai sebuah kebahagiaan, bertemu dengan gadis polos yang ceplas ceplos dan kadang membuat gemas karena sifat polos yang keterlaluan, Marlyna Syifana Halik.

bagaimana kisah Antariksa dan Marlyna juga Alter ego Antariksa? akankah kisah mereka berjalan lancar tanpa hambatan, saat masa lalu yang selama ini Antariksa tutupi mulai muncul kembali?

chap-preview
Free preview
01
Antariksa Fernandio Mouren Hutomo, tumbuh menjadi remaja yang tampan dan banyak dipuja oleh kaum Hawa sebayanya. Tak hanya itu, Antariksa atau sering dipanggil Anta dia adalah anak yang sangat menyayangi anggota keluarganya. Meskipun tinggal dengan orangtua Angkat, dia tak merasa kalau kedua orang tuanya membedakan antara dirinya dan adik adiknya. Itulah yang sangat disyukuri oleh Anta menjadi anak dari Arka dan Mora. "Kakak! Bangun! Udah jam berapa ini!." Teriakan Mora dari luar kamar membuat Anta tersentak bangun dari tidurnya. Cleck! Pintu kamar itu dibuka oleh sang pemilik. "Mama... Anta baru tidur jam 4 pagi Ma... Please... Anta masih ngantuk banget Ma." Kata Anak itu sambil merenggek dan mengucek sebelah matanya. Mora menggerutkan keningnya binggung, bukannya semalam Anta pamit tidur setelah makan malam. "Kamukan udah tidur dari jam 7 Kakak!." "Iya Ma... Aku emang udah tidur dari jam 7, tapi si Fernan Mama! Dia baru tidur jam 4! Tubuh aku masih ngantuk Mama. Please! Aku tidur lagi ya Ma... Please... Nanti izin deh ke Tante Tasya kalau aku telat. Mama ngak maukan anak Mama yang ganteng ini kenapa kenapa dijalan karena ngantuk, terus nabrak trotoar, parah lagi nabr-" Mora menutup mulut Anta dengan telapak tangannya dia tak mau mendengarkan lanjutan kalimat Anta yang pastinya berisi hal-hal buruk. Bisa jantungan dia nanti kalau hal itu benar terjadi. "Iya iya... Kamu nanti berangkat agak siang bareng sama Mama. Kebetulan nanti Mama mau kesekolah juga." Anta memeluk Mamanya dengan manja lalu mencium pipinya. "Makasih Mama cantik! Baik deh!." Kata Anta sambil tersenyum manis pada Mamanya, lalu dia menguap lebar. "Dah sana tidur lagi! Kasihan mama lihat kamu, Kak." Kata Mora tak tega melihat putra pertamanya itu. "Awas aja Fernan nanti kalau sampai kayak gini lagi, liat apa yang akan Mama lakuin ke Kamu!." Ancam Mora pada Anta lebih tepatnya pada Fernan. Karena Mora tau Fernan pasti melihat dan mendengar perkataannya. Anta hanya diam sambil meneguk ludahnya susah payah, ancaman Mora bukan hanya isapan jempol semata. Apa yang dikatakan Mamanya itu pasti akan terlaksana. Dan jika sampai itu terjadi bukan Hanya Fernan yang tersiksa tapi dirinya Juga. Karena Anta dan Fernan berbagi satu tubuh/Raga. Jadi jika terjadi pada salah satu dari mereka maka inbasnya akan mereka rasakan berdua. ========== Fernan menyusuri koridor lantai kelas 10 dengan santai. Banyak siswi-siswi yang menjerit melihat Kakel tampan mereka lewat didepan. Kak Anta kenapa lewat sini ya? Dia ada apa lewat sini? Kak Anta cari gue kali ya! Kak Anta! Gans banget! Gue ngak kuat liat dia! Tak ada maksud apa-apa sebenarnya Anta (Fernan yang sedang menguasai kesadaran Anta) melewati koridor itu. Dia hanya ingin melihat gadis yang sudah menghantui hari-harinya sejak awal dia (gadis yang tak diketahui namanya oleh Fernan) masuk SMA Nusa Pratama. Dddrrrt... Ponsel Anta bergetar, dia mengangkatnya sambil tetap melanjutkan langkahnya. "Ya hallo..." Langkah Fernan tiba tiba berhenti begitu mendengar penuturan sang penelfon. Penasaran siapa yang menelfon?. Arka Satria Hutomo sang Papa tampan, baik hati dan penyayang. "Iya Pa... Fernan dijalan keruangan Mama sekarang." Setelah mengucap salam Fernan segera berjalan menuju lift, dan bergegas ke ruangan Mora yang berada di sebelah ruang Kepala Sekolah. Dalam hati Fernan binggung kenapa tiba-tiba Papanya itu memintanya keruangan sang Mama. Sesampainya di lantai 5 dimana letak ruangan Mora (pemilik sekolah) berada Fernan segera memasuki ruangan Mama tercinta. Disana sudah ada Arka dan Mora juga seorang gadis yang bahkan dari punggungnya saja Fernan sudah mengenali siapa. "Ma... Pa..." Kata Fernan dengan tenang. Berkebalikan dengan detak jantungnya yang berpacu makin cepat setiap langkahnya. Tiga orang diruangan itu selain Fernan menoleh. Tubuh gadis itu menegang begitu melihat Fernan, seolah kepalanya memutar paksa kejadian memalukan yang dia lakukan dihari pertamanya menginjakkan kaki di SMA Nusa Pratama. Segera dia menunduk. Tak siap dan malu bertatapan dengan wajah tampan itu. Hey tapi tunggu, ada yang berbeda dengan gadis itu sekarang kalau dilihat lihat. Seingatnya dua bulan lalu rambut panjang se pinggang milik gadis itu berwarna hitam, kenapa sekarang coklat?! Lalu dimana kacamata gadis itu? Dimana baju agak kebesaran yang dulu di pakai Olehnya? Banyak sekali yang berubah dari gadis itu. Benarkah dia gadis yang sama?. Fernan duduk disebelah gadis itu. "Ada apa Ma... Pa?." Tanya Fernan pada Kedua orang tuanya itu. "Apa benar dia gadis yang kamu katakan dulu?." Tanya Arka memastikan. Fernan menoleh kearah sampingnya. "Sepertinya! Tapi banyak yang berbeda darinya." Jawab Fernan santai. Arka mengangguk mengerti. Sementara gadis itu mengerutkan keningnya tak mengerti ada apa ini. Hey... Dia bahkan tak tau kenapa dia tiba tiba di panggil ke ruangan Kepala yayasan. Apa karena penampilannya yang melawan Aturan sekolah ini? "Marlyna... Kamu pasti binggungkan kenapa kamu saya panggil kesini." Kata Mora yang mendapatkan anggukan dari Gadis yang duduk disebelah Fernan itu. "Kamu tidak usah berfikir macam macam Marlyna kamu tidak melakukan pelanggaran apapun. Jadi kamu tenang saja." Tambah Mora sambil tersenyum tipis. Marlyna atau biasa dipanggil Lina itu bersyukur dan lega dalam hatinya. Tapi dia masih binggung dengan alasan dia dipanggil kemari. Kalau bukan karena dia melanggar peraturan sekolah, lalu karena apa? "Udah Ma... Biar Papa aja yang bilang. Ini itu tugas Papa." Kata Arka sebelum Mora melanjutkan perkataannya. Mora mengedik acuh menyilakan suaminya melanjutkan. Fernan yang duduk disebelah Marlyna ikut deg-degan menanti apa yang akan diucapkan Papanya. Walaupun dia sudah bisa menebak apa yang akan Papanya ucapkan. Tapi tetap saja dia tak bisa menetralkan debaran jantungnya yang menggila akibat gadis disebelahnya ini. "Marlyna... Sebenarnya kami memanggil kamu kesini bukan karena ada sesuatu pelanggaran yang kamu perbuat. Kami memanggil kamu kesini dengan tujuan pribadi kami." Marlyn masih mendengarkan dengan seksama, dia tak mengerti maksud perkataan Arka yang terkesan berbelit-belit menurutnya. "Maaf Om... Bisa langsung pada intinya saja? Saya sebebentar lagi ada Kuis dikelas." Kata Marlyn, meskipun terdengar kurang sopan tapi dia jujur. Setelah ini dia akan ada kuis dan sialnya semalam dia belum belajar! Arka tersenyum manis pada gadis itu. "Kami ingin menjadikan kamu Menantu kami, Marlyna." Marlyna diam, dia mencerna perkataan Arka. "Haa! Apa!. Om... Om ngak bercandakan?! Ya Allah Om saya Masih dibawah umur Om baru tahun depan umur saya 17 tahun. Aduuuh... Ini kok bisa Om pengen nikahin saya? Eh maksudnya jadiin saya Mantu Om." Heboh Marlyna setelah dia bisa mencerna perkataan Arka dengan jelas. Fernan jujur saja terhibur melihat gadis disebelahnya ini heboh sendiri. Arka melirik kearah Fernan seolah berkata 'bagaimana?' Fernan menghela nafas beratnya. "Lo ikut gue!." Tanpa aba aba Marlyna ditarik oleh Fernan keluar dari ruangan Mora. Kedua orang tua Fernan hanya bisa diam dan melihat, mereka sudah mengatakan niatan baik mereka pada yang bersangkutan, tinggal melamar secara resmi saja pada Orang tua Marlyna nantinya. Untuk urusan meyakinkan Marlyna biarlah Fernan yang menggurusnya. Okay kembali ke Fernan - Marlyna. Fernan mendorong tubuh Marlyna kearah dinding koridor yang sepi dan menggurung Marlyna dibawah Lengannya. "Lo! Harus terima jadi menantu Papa dan Mama gue!." Kata Fernan terdengar seperti mengancam Marlyna. Gadis itu menggerutkan keningnya binggung. "Kenapa?!" "Karena Lo harus tanggung jawab sama perbuatan Lo!." Tegas Fernan. Marlyna mematap mata coklat gelap Fernan yang Tajam dan menghanyutkan siapa saja yang melihatnya. "Tanggung jawab apa?." Tanya Marlyna masih tak mengerti. Fernan tersenyum miring dan sedikit mendekatkan tubuhnya pada Marlyna, membuat gadis itu deg-degan. "K-kak M-Mau N-ngapain?" Gugup Marlyna. Fernan makin melebarkan senyumannya. "Gue mau ingetin Lo! Lo harus tau kenapa Lo gue suruh tanggung jawab atas perbuatan Lo." Belum sempat Marlyna mencerna ucapan Fernan. Dia sudah dikejutkan oleh benda lunak, hangat dan tebal yang menempel di Bibirnya TEPAT!. Marlyna menggerjapkan matanya berkali kali, kedua tangannya sudah mencengkeram seragam bagian depan Fernan entah sejak kapan. Fernan menarik pinggang Marlyna mendekat dan makin memperdalam Aksinya. Tubuh Marlyna lemas, dia Syok, entah dia sadar atau tidak perlahan kedua matanya menutup. Dia mulai memberikan balasan pada Fernan dan kedua lengannya sudah melingkar sempurna di Punggung Fernan. Entah berapa lama mereka berciuman 'panas'. Tak ada yang ingin melepas satu sama lain, hingga keduanya kehabisan nafas. Fernan menyatukan kedua kening mereka. Marlyna masih memejamkan matanya sambil mengatur nafasnya yang hampir habis. "Gue anggap tadi sebagai 'YA' dari Lo. Ntar malam gue sama orang tua gue bakal kerumah Lo." Marlyna membuka matanya menatap Fernan dalam dalam. "Kenapa Lo mau nikah sama gue?." Tanya Marlyna. Yah sejak tadi itulah pertanyaan yang ingin dikeluarkan olehnya. Kenapa Kakelnya ini ingin menikahinya? Apa alasannya! Fernan memberikan senyuman manisnya - khas Anta - pada Marlyn. "Karena gue ngak mau punya anak diluar Nikah." Jawab Fernan santai. Anak? Marlyna seketika itu juga memerah. Bel berbunyi tanda jam pelajaran dimulai. Fernan menarik tangan Marlyna lembut menuju Lift. Tanpa mereka sadari sejak tadi Mora dan Arka memperhatikan keduanya. Mereka berdua menggelengkan kepalanya melihat tingkah Anak sulung mereka. "Sepertinya menikahkan mereka keputusan yang paling tepat!." Kata Arka yang diangguki Mora dengan tegas. Tentunya mereka melihat apa yang telah diperbuat dua remaja itu. Dan tentunya mereka semakin memantapkan niatan mereka untuk segera menikahkan Anta dengan Marlyna, agar kedepannya tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.3K
bc

Akara's Love Story

read
258.6K
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
399.9K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.6K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook