bc

Sweet Army From Hell

book_age18+
204
FOLLOW
1.4K
READ
others
dark
drama
sweet
humorous
serious
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Ageron Baskara seorang laki-laki yang berasal dari keluarga Baskara. Setelah lulus kuliah kedokterannya dia memilih menjadi seorang tentara perdamaian. Ageron tidak pernah mengenal cinta tapi pertemuannya dengan dokter muda bernama Aisyah Zaid membuat pandangannya tetang cinta dan wanita berubah. Ini kali pertama bagi Ageron bersemangat untuk dekat dengan seorang wanita dan mengetahui semua tentang wanita itu.

Nima Anjani, seorang wanita dewaasa yang selalu ingin hidup mandiri. Dia sengaja mengabdikan dirinya di kota kecil sebagai dokter yang tidak pernah mau menerima bayaran dari masyarakat miskin. Nima kesulitan menemukan cinta dalam hidupnya, tapi pertemuannya dengan Ageron mengubah hidupnya.

Akankah cinta mereka bersemi? Ataukah akan gugur sebelum berkembang? Yuk, ikuti cerita mereka berdua, dan jangan lupa berikan komentar kalian.

chap-preview
Free preview
Prolog
Aleppo, 13 : 00   “Hold the fire!!!” Teriak Ageron kencang saat semua anggota timnya bersiap meluncurkan rudal.   Dia melihat ada satu anak balita berkisar usia tiga tahun melintasi medan yang saat ini benar-benar membara. Ledakan ada dimana-mana dan juga semua gedung telah runtuh rata dengan tanah. Entah apa yang sedang dia lakukan di sana? Apakah dia mengira jika tempat ini adalah playground dengan background perang? Ataukah dia tersesat, atau bisa jadi dia merupakan salah satu anak warga sipil yang terkena imbas dari serangan ini.   Ageron dengan cepat berlari menuju anak itu, dan tanpa piker panjang dia mengangkat bocah kecil ini lalu membawanya berlari. Tapi sayang gerakannya di lihat oleh sniper musuh. Dengan cepat satu peluru melesat dari sarangnya dan tepat mengenai bahukiri Ageron.   “f**k!!!” umpatnya. Tapi dia tetap berlari dan mencari tempat yang aman.   “NOW!!!”Teriak Ageron lagi. Dan satu rudal pun meluncur tanpa basa-basi lagi.   Markas para rezim itu pun meledak. Ledakan besar itu membuat semua orang yang ada di dalamnya meregang nyawa tak tersisa. Ageron pun menatap balita yang saat ini dia dekap dengan erat. Kedua tangannya menutup telinga mungil anak laki-laki itu. Tatapan sayu penuh dengan air mata pun terlihat dari mata kecil itu. Seketika jantung Ageron berdenyut nyeri.   “Siapa namamu, Nak?” Tanya Ageron.   “Sahid.” Jawabnya gugup. Dan tak lama terdengar isak tangis tertahan darinya.   “All clear, Sir!” terdengar suara dari ear piece yang tersemat di telinga kirinya.   “Ok, good job!” jawab Ageron singkat.   Ageron pun langsung berlari menuju tempatnya tadi berasal. Ada tiga orang yang menunggunya. Ketiga orang itu bingung saat melihat Ageron membawa balita laki-laki itu. Tapi mereka tidak berani bertanya atau pun melarang Ageron untuk membawanya kembali ke basecamp mereka.   Satu mobil jeep yang biasa dipakai oleh masyarakat padan gpasir pun datang untuk menjemput mereka. Dan dengan cepat mereka pun melaju menuju basecamp. Setibanya di basecamp semua orang langsung memberikan hormat kepada Ageron. Lalu mempersilahkannya untuk langsung menuju ruang perawatan. Dan seorang perawat langsung menyambut kedatangan Ageron dan mempersilahkannya menuju brankar yang memang sudah mereka siapkan.   “Silahkan, Pak.” Ucap perawat itu sopan.   “Kamu periksa dulu anak ini. Saya tidak perlu kamu khawatirkan.” Jawab Ageron dingin.   Perawat itu pun tanpa membantah langsung menerima anak yang diulurkan oleh Ageron dan membawanya duduk di brankar yang tadi diasiapkan untuk komandan tertinggi tentara perdamaian ini. Anak kecil itu terlihat begitu berani. Tidak sedikit pun di menangis atau pun terlihat takut kepada orang asing yang baru diatemuinya. Entah dia sudah terbiasa dengan hal semacam ini atau memang dia memiliki jiwa yang tegar.   “Dimana orang penting yang kalian katakana tengah terluka, hah? Sehingga menyuruhku terburu-buru untuk dating ke sini?” Tanya dokter muda yang baru saja memasuki gedung perawatan ini. Wajah cantiknya tampak lelah saat ini.   Ageron menatapnya dingin dan langsung mendekatinya. Dia melihat dokter yang mengenakan hijab itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Penampilannya cukup rapi, tapi lingkaran hitam di sekitar matanya itu menunjukkan seberapa lama dia bekerja seharian kemarin. Mungkin saja dia belum sempat tidur sama sekali.   “Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?” Tanya Ageron.   “Perawat yang ada di sini tentu saja.” Jawabnya kesal dan seolah menantang Ageron. “lalu, siapa kau? Apa kau orang yang penting itu?” tanyanya sambal menelisik Ageron lekat.   “Ck! Aku bukanlah orang sepenting itu sehingga membuat dokter yang belum tidur sama sekali harus bergegas dating ke sini. Lagi pula aku tak apa-apa.” Jawab Ageron sinis.   Dokter cantic itu pun mendengus kesal. Jelas-jelas dia bisa melihat saat ini lengan baju Ageron sudah basah karena darah yang mengalir sedari tadi. Dan wajahnya pun sudah sedikit pucat karena kehabisan banyak darah selama perjalanan ke sini. Dia yakin betul luka itu tidak di bebat atau pun tidak ada usaha untuk menghentikan pendarahan yang terjadi.   “Baiklah, Tuan yang tidak penting, mari ikut saya.” Ucapnya seraya menarik tangan Ageron paksa. Dia membawa Ageron menuju brankar yang kosong di ruangan ini. “Bisakah Anda membuka baju Anda? Atau aku harus mengguntingnya?”   “Gunting saja!”   Dengan cepat dokter pun menggunting lengan baju Ageron dan matanya terbelalak saat memegang lengan baju itu. Lengan baju yang seharusnya kering kini sudah basah bersimbah darah. Karena warna baju seragam ini gelap jadi tidak terlihat betapa banyak darah yang merembers di sana. Di bahu kekar itu terdapat satu buah proyektil yang bersarang.   “Saya akan mengeluarkan proyektil ini. Tunggu sebentar, saya ambil dulu obat Pereda nyeri untuk membuat Anda merasa nyaman sejenak.”   “Tidak perlu! Lakukan saja sekarang. Aku tidak akan menjerit seeprti anak TK!” jawab Ageron masih dengan dinginnya.   “Ehm… baiklah kalua begitu.”   Dia menyiapkan semua paralatan untuk mengeluarkan proyektil itu. Dan tanpa ba…bi bu lagi dia langsung bekerja. Sesekali terdengar suara ringisan Ageron yang menahan sakit saat benda stainless tajam itu menembus kulitnya. Dan mengeluarkan proyektil itu dari dalam sana. Setelah selesai, dokter cantic itu langsung membebat luka Ageron dengan cepat.   Ageron mengucapkan terima kasih dan dijawab seadanya oleh sang dokter. Cukup terkejut dengan respon yang baru pertama dia dapatkan dari seorang wanita, Ageron pun tersenyum sinis. Lalu dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Sahid. Sahid tersenyum senang saat melihat Ageron menghampirinya.   “Hai… apa kamu merasa ada yang sakit?” Tanya Ageron lembut. Dia tahu mungkin anak seusia Sahid belum paham betul apa yang dikatakan sakit. Tapi dia menggelengkan kepalanya.   “Tidak ada. Lapar saja.” Jawab Sahid malu.   Mendengar itu Ageron pun langsung memanggil salah satu bawahannya. Dia meminta bawahannya untuk membawakan s**u dan juga roti untuk anak ini. Saat Sahid menerima s**u dan roti, dia langsung memakannya dengan lahap. Terlihat sekali jika anak ini sangat kelaparan. Entah sudah berapa lama dia menahan laparnya.   Tak terasa air mata Ageron menetes, dan hal itu terlihat oleh dokter yang tadi membantu merawat lukatembaknya. Ada rasa haru di hati dokter itu. Dia tidak menyangka jika seorang tentara perang seperti Ageron bisa memiliki hati yang lembut seperti itu. Bahkan dia sampai meneteskan air matanya.   “Orang yang baik dan berhati lembut.” Gumamnya.   Karena saat ini dia sudah tidak bisa lagi menahan kantuk dan lelahnya, dan dokte r cantic itu pun beranjak pergi dari ruang perawatan sementara ini. Dia berjalan cepat menuju ruang istirahat para dokter dan juga perawat. Dan saat dia melihat Kasur beralaskan kain putih itu terbentang di depan mata dia langsung merebakan badannya dan terlelap tidur.   ***    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Istri simpanan

read
6.2K
bc

The CEO's Little Wife

read
625.3K
bc

Revenge

read
13.1K
bc

BELENGGU

read
64.1K
bc

After That Night

read
8.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.1K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook