bc

Dear, Author

book_age18+
1.4K
FOLLOW
8.7K
READ
possessive
goodgirl
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
enimies to lovers
first love
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Raka kesal pada ibunya yang sering menangis karena larut dalam membaca novel online. Raka bahkan sering mengirim pesan atau email pada penulis novel online karena rasa tidak sukanya.

Siapa sangka penulis novel itu malah tinggal di rumah kos milik ibunya.

Lalu apa yang akan terjadi antara pria yang membenci penulis novel itu? Akankah keduanya terjebak dalam hubungan asmara?

chap-preview
Free preview
1. Dilarang Membaca Novel
Raka Suherman, anak kedua dari Dahlia Sonya, seorang ibu rumah tangga yang tergila-gila dengan novel online. Raka merupakan pria muda yang tampan, masih menyandang status mahasiswa namun sudah memiliki penghasilan yang terbilang cukup besar. Ya, pria muda itu memilih menjadi content creator di sela-sela aktivitasnya sebagai mahasiswa. "Kalau Ibu masih nangis gara-gara baca novel itu. Raka akan ambil paksa HP Ibu!" teriak Raka pada Dahlia. Ia merasa kesal setiap kali melihat ibunya menangis sesenggukan di kamar. Dan penyebab ibunya menangis adalah karena terlalu hanyut dalam perasaannya sendiri ketika membaca novel di platform online. Saat ini, membaca novel memang dipermudah, tanpa harus ke toko buku dan bisa dibaca melalui smartphone. Dahlia mulai membaca novel online ketika ia diberi tahu oleh teman arisannya, sekitar 3 bulan yang lalu. Sejak saat itu, ibunda Raka itu sering menangis sendiri di dalam kamar saat membaca novel. Awalnya Raka tak peduli, ibunya memang memiliki hati yang sensitif, mudah menangis. Namun, lama-lama anak kedua Dahlia itu mulai geram karena ibunya terlalu sering menangis. "Ibu itu udah kayak orang yang dirawat di rumah sakit jiwa. Nangis sendiri, ketawa sendiri. Lama-lama Ibu bisa gila karena novel itu." Raka duduk menatap ibunya yang hanya diam membisu. Sejak suaminya meninggal, Raka lah yang menjadi sandaran bagi Dahlia. Walaupun anak keduanya itu masih muda, Raka patut mendapatkan acungan jempol. Pria muda itu tak hanya tampan dan bisa menghasilkan uang sendiri, namun ia berusaha menjadi pelindung untuk ibu dan kakaknya. Raka memiliki kakak perempuan yang juga seorang janda. Baru saja menikah selama 1 bulan, setelah 2 tahun berpacaran, kakaknya harus rela menjadi janda karena sang suami meninggal dunia akibat kecelakaan. Walaupun sudah 3 tahun berlalu, anak pertama Dahlia itu masih memilih sendiri karena belum bisa melupakan suaminya yang telah berpulang. Menjadi satu-satunya pria di rumah, Raka menjadi dewasa lebih cepat dari umurnya. Ia sudah terbiasa menjadi kepala keluarga walaupun ia yang paling muda di sana. "Ibu kesepian, makanya pengen baca novel. Ibu butuh hiburan, apa Ibu salah?" Dahlia akhirnya mulai bersuara, walau dengan volume suara rendah. Ibu rumah tangga itu memang takut jika melihat anak bujangnya marah. "Ibu nggak salah kalau emang niatnya cari hiburan. Yang salah itu, Ibu nangis sendiri, ketawa sendiri. Raka kesel lihatnya, Bu." "Ya namanya menghayati, kalau lucu ya ketawa. Kalau sedih ya Ibu nangis, wajar dong." Dahlia masih berusaha membela dirinya sendiri. Raka memijat pelipisnya pelan. "Oke, kalau Ibu mau baca novel. Baca aja, silakan. Tapi Raka nggak mau lihat Ibu nangis-nangis lagi kayak semalam." Raka berdiri, lalu meninggalkan ibunya dengan perasaannya yang masih merasa kesal. Ia tak suka melihat ibunya menangis hanya karena membaca novel. Tapi, ia juga tak bisa memaksa ibunya hanya karena ia tak bisa melihat ibunya menangis. Semalam pun, Dahlia sudah menghabiskan satu kotak penuh tisu demi menyeka air mata dan juga mengelap ingusnya. "Coba aja dia baca novel milik BawangPutih, pasti juga ikutan nangis," gerutu Dahlia. Raka pergi ke salon milik kakaknya-Fanya Suherman. Wanita yang terpaut usia 7 tahun darinya itu masih membersihkan lantai dari sisa-sisa potongan rambut. "Raka mau ngomong," ucap Raka tanpa basa-basi ketika ia sudah masuk ke dalam salon kakaknya. "Terus, itu tadi kentut?" Fanya mencoba mengajak adiknya bercanda. Namun, ekspresi wajah Raka masih saja dingin, sedingin Kutub Utara. Fanya menyadari kalau adiknya sedang marah, untung saja salon sedang tidak ada orang. Hanya kakak beradik itu yang ada di salon. "Kenapa?" tanya Fanya yang kini ikut duduk di samping Raka. "Raka mau, Kakak jagain Ibu. Jangan sampe Ibu baca novel terlalu sering. Raka nggak suka Ibu nangis-nangis gara-gara novel. Nggak baik juga kan buat kesehatan Ibu." Raka akhirnya menceritakan keluh kesahnya. Fanya mengangguk, ia memang sudah tahu kalau belakangan ini ibunya sering menangis ketika membaca novel. "Iya, nanti kakak bilangin Ibu." Demi membuat adiknya tenang, Fanya langsung mengiyakan saja permintaan adiknya itu. "Ya udah, Raka mau ke kampus dulu." Raka pergi begitu saja, menggunakan sepeda motornya. "Raka, Raka. Segitunya marah cuma karena Ibu nangis gegara novel. Lagian, Ibu baca apa sih sampe nangis terus?" Fanya sendiri juga suka membaca novel online. Hanya saja karena kesibukannya mengurus salon sendiri, ia hanya membaca novel ketika memiliki waktu senggang. Fanya mengambil ponselnya, lalu menelepon ibunya segera. "Halo, Bu?" sapa Fanya. "Kenapa, Fa? Ada yang ketinggalan?" tanya Dahlia, anak pertamanya itu memang sering memintanya ke salon untuk membawa barangnya yang ketinggalan, atau hanya sekedar minta diantar makan siang. "Ah, enggak. Raka habis dari sini, bilangin Fanya buat jagain Ibu biar nggak baca novel terus." "Duh, anak itu. Ibu kan cuma nyari hiburan, bosan di rumah terus. Apalagi pandemi begini nggak rampung-rampung." Dahlia masih membela dirinya lagi. "Ya Ibu kan bisa baca yang lucu, jangan nangis mulu. Ibu baca karya siapa sih?" "Ibu suka sama tulisannya BawangPutih. Coba kamu baca salah satu karya dia, bagus, kamu pasti ikutan emosi, ikutan nangis." Dahlia adalah salah satu penggemar BawangPutih, seorang penulis novel online yang sering menulis tentang perselingkuhan dan suami yang kejam. "Coba deh, Fanya cari-cari dulu. Fanya jadi penasaran." Fanya menutup teleponnya, lalu mulai mencari penulis dengan nama pena BawangPutih karena ia begitu penasaran. "Apa sih yang buat Ibu sampe nangis-nangis tiap baca novelnya?" Setelah ketemu, Fanya mulai membaca novel milik BawangPutih di sela-sela kesibukannya. Dan benar saja, ia mulai larut dan terbawa suasana. "Kok ada sih, suami macam begitu. Kalau aku, udah kucerai aja, cari yang lain. Atau hidup single selamanya." Fanya mengomel sambil memotong rambut pelanggannya. "Kenapa, Mbak Fanya?" tanya wanita itu. "Ini loh Mbak, aku baca novel. Ikut geregeten sama suaminya yang kejam, seenaknya sendiri. Kesel banget pokoknya." Kini akhirnya Fanya ikut merasakan apa yang ibunya rasakan, larut dalam novel yang ditulis BawangPutih. Bukannya ikut melarang ibunya membaca novel, Fanya malah mengikuti jejak Dahlia yang menjadi penggemar BawangPutih. . Ketika pulang dari salon, Fanya segera menemui ibunya. "Bu, aku udah baca tulisannya si BawangPutih itu. Bagus emang, aduh, aku dibuat gereget sama si Dira. Enak aja ya jadi suami, mentang-mentang kaya." Fanya mulai mengomel, membuat ibunya tertawa lirih. "Ssssttt, Fa. Kita baca novelnya diem-diem, jangan sampe Raka tahu. Ibu nggak mau HP Ibu disita," bisik Dahlia, Fanya mengangguk setuju. "Raka belum pulang, kan?" tanya Fanya, Dahlia mengangguk sambil tersenyum. "Kamu baca yang mana?" tanya Dahlia, masih dengan suara berbisik. "Yang Pernikahan itu, si Dira sama Kila yang dijodohin itu. Fanya awalnya penasaran aja, eh lama-lama kok ketagihan. Bikin penasaran dan bikin gereget." Ibu dan anak perempuannya itu masuk ke dalam kamar, lalu mulai membicarakan novel yang BawangPutih tulis. Ketika masih asyik mengobrol, bel rumah berbunyi. "Siapa, Bu?" "Yang jelas bukan anak kos, kalau anak-anak ya nggak mungkin pencet bel. Kan mereka udah bawa kunci masing-masing." Dahlia adalah janda dengan penghasilan yang cukup besar. Setelah kematian suaminya, Dahlia menjual semua peninggalan sang suami dan membangun rumah kos di lantai 2 di rumahnya. Total ada 10 kamar yang ada, kini ada 9 penghuni yang artinya ada 1 kamar yang kosong. "Mungkin ada yang nyari kamar," ucap Dahlia. Dahlia memang memasang iklan di f******k demi memasarkan 1 kamar yang masih kosong itu. Ketika membuka pintu, Dahlia melihat seorang gadis yang memiliki penampilan sederhana. Tak ada lipstick, tak ada pensil alis, tak ada bedak, wajah gadis itu terlihat bersih dari kosmetik, namun masih terlihat cantik. "Permisi, Bu. Bener di sini masih ada kamar kos yang kosong?" tanya gadis itu dengan suara yang merdu. Dahlia dan Fanya saling bertatapan, mereka kemudian tersenyum. "Iya, masih ada kamar yang kosong, satu aja. Ayo masuk, kalau mau lihat-lihat." Dahlia mempersilakan gadis itu masuk. "Oh, kenalin saya Nava. Nama lengkap saya Nava Aliya." Gadis itu mengulurkan tangannya, disambut oleh Dahlia dengan cepat. "Saya Dahlia, anak-anak di sini suka panggil dengan sebutan Bu Lia," ucap Dahlia sambil menyalami tangan Nava. "Ini Fanya, anak pertama Ibu." Dahlia memperkenalkan Fanya. Anak pertamanya itu ikut menyalami Nava. Dahlia lalu mengajak Nava melihat kamar yang kosong. "Luas juga ya, Bu." Nava tampak senang melihat kamar kos itu. Ia terpaksa pindah dari rumah kos yang lama karena suasana yang bising. Gadis itu bekerja sebagai penulis novel, ia membutuhkan rumah kos yang nyaman untuknya menulis, tempat yang tak terlalu bising dan tentu saja dengan biaya sewa yang tak mahal. "Kamu boleh mengecat kamar ini sesuai yang kamu mau." Nava mengangguk. "Di sini semuanya cewek, kan, Bu?" tanya Nava. Dahlia mengangguk. "Iya, semua yang ngekos di sini cewek. Tapi, Ibu punya anak cowok, satu. Kamu nggak perlu takut, dia nggak pernah naik ke lantai dua. Dia juga jarang nyapa anak kos, entahlah, mungkin punya alergi sama cewek." Dahlia bercanda, Nava tertawa kecil karenanya. "Ya udah, saya mau, Bu. Harga sewanya jangan mahal-mahal ya, Bu." Melihat kondisi rumah kos yang rapi dan terlihat elegan, Nava takut kalau biaya sewanya mahal. "Tenang aja, Ibu akan kasih toleransi selama seminggu tiap bulannya kalau emang kamu nggak bisa bayar tepat waktu," bisik Dahlia. "Terima kasih, Bu." "Kalau boleh tahu, masih kuliah atau ...," tanya Dahlia penasaran. "Kerja, Bu. Udah lulus kuliah tahun lalu." "Kerja di mana?" "Di dalem kamar aja, Bu. Jadi penulis novel online." Nava memilih jujur karena takut dipandang sebelah mata karena ia hanya di dalam kamar sehari-hari. Orang-orang sering mengiranya menganggur, padahal ia menulis di dalam kamar dan memiliki penghasilan setiap bulan yang tidak kecil. "Apa? Kamu author?" teriak Dahlia antusias. Bersambung... 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.1K
bc

T E A R S

read
312.4K
bc

True Love Agas Milly

read
197.4K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.1K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.2K
bc

See Me!!

read
87.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook