bc

Assassin's Heart

book_age16+
319
FOLLOW
2.0K
READ
spy/agent
reincarnation/transmigration
system
kickass heroine
bxg
female lead
high-tech world
previous incarnation
rebirth/reborn
LitRPG
MMORPG
like
intro-logo
Blurb

Sayuri tidak pernah percaya adanya surga mau pun neraka. Tapi jika ia menilai semua keburukan yang pernah ia lakukan semasa hidupnya, jiwanya pasti akan berakhir di neraka. Namun, neraka yang ia gambarkan dari apa yang ia dengar mau pun bayangkan selama hidupnya berbeda dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Hal pertama yang ia lihat ketika membuka mata setelah jantungnya berhenti berdetak adalah langit-langit yang terlihat tidak asing. Ketika ia sadar, entah bagaimana caranya ia kembali berumur 17 tahun lagi. Ia kembali pada panti asuhannya sebelum ia menjalani kehidupan neraka dunia itu.

Ia akan menggunakan kesempatan ini untuk membalaskan dendamnya pada orang-orang yang menyakitinya. Menyakiti dirinya, dan orang-orang yang ia sayangi. Memainkan VRMMORPG terbesar di dunia, Lord's Regime merupakan langkah awal untuk membalaskan dendamnya.

[1/5 The Gamer's Project]

chap-preview
Free preview
-- Pratinjau --
          “Sayuri, ayo kita pulang,” katanya dengan suara yang lembut. Membuat hati Akane Sayuri, yang tidak pernah merasakan kasih sayang ‘orang tua’ terasa luluh seketika. “Ayo kita pulang, pulang ke rumahmu yang baru.”           “Baik, Paman!” balas Sayuri. Ia tidak bisa menghentikan otot wajahnya yang membuat bibirnya tersenyum dengan lebar. Perasaan senang di dadanya tidak bisa tertahankan, genggaman hangat dari tangan seseorang yang ia panggil sebagai ‘Paman’ tidak akan pernah bisa ia lupakan.           Paman itu tertawa dengan suara yang terdengar menyenangkan. Ia mencubit pelan hidung Sayuri sambil berkata, “Apanya yang Paman? Panggil aku Ayah.”           Kedua mata Sayuri terasa panas seketika. Untuk sesaat, dadanya terasa sakit. Tapi perasaan ini … perasaan ini tidak membuat Sayuri membencinya sama sekali. “Baik, Ayah!”           Dengan ini, ia tidak perlu khawatir lagi kalau saudara – saudaranya yang lain akan kelaparan tiga bulan ke depan.           “Tuan Jerome, tolong jaga Sayuri dengan baik … anak ini, meski dia selalu terlihat kuat, sebenarnya ia selalu menyembunyikan perasaan sedihnya.”           Jerome tersenyum dengan mata yang terlihat sedih. Ia melihat ke arah Sayuri, kemudian mengelus kepalanya dengan lembut. “Tentu saja, Nyonya Agnes. Mulai hari ini, Sayuri menjadi bagian dari keluarga Boyd. Aku akan menjaganya dengan baik, dan tidak akan membiarkannya terluka.”           “Terima kasih, Tuan Jerome!” balas Nyonya Agnes sambil membungkukkan punggungnya berkali – kali, kemudian melihat ke arah Sayuri dengan mata yang terlihat sedikit basah.           “Bagaimana jika kau berterima kasih pada Nyonya Agnes sekali lagi, Sayuri? Ketika kita sampai rumah, kau akan cukup sibuk karena harus belajar beberapa hal dan mengerjakan tugas sebagai bagian dari keluarga Boyd,” kata Jerome. “Kemungkinan besar kita tidak akan bisa mengunjungi tempat ini lagi dalam waktu dekat.”           Sayuri menganggukkan kepalanya satu kali, kemudian berlari dengan kedua tangan yang terbuka lebar untuk memeluk Nyonya Agnes. “Nyonya Agnes, mungkin aku akan sedikit sibuk dan tidak bisa mengunjungi panti asuhan selama beberapa bulan. Tapi aku berjanji akan mengirim surat untukmu dan yang lainnya!”            Nyonya Agnes membalas pelukan dari Sayuri dengan gemas. Ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menghilangkan air mata yang ada di sana. “Tidak perlu khawatir, sayang! Belajarlah dengan giat dan cobalah untuk menjadi anak perempuan yang baik untuk keluarga Boyd, ya?”           Sayuri menganggukkan kepalanya dengan penuh percaya diri. Senyuman di wajahnya belum juga menghilang. “Tentu! Aku tidak akan pernah mengecewakan Ayah!”           .           .           “Jangan mengecewakanku, Sayuri,” kata Jerome dengan wajah yang terlihat bosan. Ia menumpu wajahnya dengan sebelah tangan, tangannya yang bebas melempar sebuah amplop berwarna cokelat ke dekat Sayuri.           “Tentu, aku tidak akan pernah mengecewakanmu, Ayah …” balas Sayuri sambil mengambil amplop yang baru saja diberikan oleh ‘Ayah’nya.           Senyuman di wajah Sayuri belum juga menghilang. Sayangnya, senyuman di wajahnya kali ini berbeda dengan senyuman yang terpasang di wajahnya ketika ia mengatakan hal yang sama dua belas tahun yang lalu.           Sayuri harus menggigit lidahnya sendiri untuk menghilangkan rasa pahit yang selalu ia rasakan di mulutnya ketika ia mengatakan hal itu. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia langsung membalikkan tubuhnya dan keluar dari ruangan itu sesegera mungkin. Tidak ingin menghirup udara yang sama seperti monster dengan rupa manusia yang ada di sana lebih lama lagi.           Setelah menutup pintu ruangan tepat di depan wajahnya, Sayuri melihat isi amplop berwarna cokelat itu. Nama dan foto milik seseorang yang belum pernah Sayuri lihat dan temui, alamat terakhir di mana orang itu berada, segala macam jenis informasi yang dibutuhkan dirinya untuk memulai ‘tugas’ dari seorang anak perempuan keluarga Boyd tertera pada berkas yang ada di dalam amplop itu.           Lagi – lagi, Sayuri harus mewarnai tangannya dengan warna merah. Lagi – lagi, ia harus pulang ke ‘rumah’nya dengan pakaian yang juga diwarnai oleh warna merah.           Ia membawa dan menyimpan berkas itu dengan aman di balik jaket yang ia kenakan. Seperti biasa, Sayuri memeriksa ketajaman belati serta jumlah amunisi dan senjata api yang akan ia gunakan sebelum ia pergi untuk menjalankan tugas itu.           Mata Sayuri melirik ke arah pintu yang baru saja ia tutup. Tangannya yang memegang senjata api terangkat setinggi pandangannya. Ia ingat betul di mana posisi terakhir ‘Ayah’nya duduk. Sayuri hanya perlu membuka pintu yang ada di depannya, kemudian menarik jari telunjuknya yang berada di atas pelatuk untuk memicu tembakan.           Tapi tentu saja, Sayuri tidak akan pernah bisa melakukannya. Bukan karena ia sayang pada ‘Ayah’nya. Tetapi ia khawatir kalau orang – orang yang sangat berarti di hidupnya dua belas tahun yang lalu akan disakiti oleh keluarga Boyd.           Tidak hanya itu, sampai saat ini Sayuri belum berhasil mencuri informasi yang didapatkan oleh Jerome mengenai keberadaan ibunya. Ibu kandung Sayuri, seseorang yang memberikan kehidupan pada Sayuri. Seseorang yang membuktikan kalau Sayuri tidak sendirian sejak ia lahir. Seseorang yang memiliki hak untuk dipanggil sebagai ibu tanpa tanda petik yang mengapitnya.           Ia kembali menurunkan tangannya, kemudian menarik pengaman pada senjata apinya dan menyelipkan senjata itu pada saku jaketnya yang lain. Setelah dirasa cukup, Sayuri pergi menuju alamat yang tertera pada berkas yang baru saja ia baca.           .           .           Ia tidak pernah tahu, dan tidak akan pernah bisa menyangka, kalau hari di mana berkas berisi informasi mengenai dirinya akan diterima oleh orang lain. Ia juga tidak pernah menyangka, kalau seseorang yang memberikan informasi yang tertera pada berkas itu adalah seseorang yang baru saja memberikan ‘tugas’ kepadanya beberapa hari yang lalu.           Keluarga Boyd … apakah ini yang akan mereka lakukan setelah menganggap kalau Sayuri tidak lagi berguna untuk mereka?           Leena dan John Boyd. Dua orang yang Sayuri kira bisa menjadi adik dan kakaknya itu tertawa merendahkan sambil menatapnya dengan pandangan meledek padanya.           Pada Sayuri yang saat ini sedang menyandarkan tubuhnya di samping bak sampah dengan bahu yang terus mengeluarkan darah karena luka sayatan yang ia terima, serta paha yang terus berdenyut menyakitkan mengiringi detak jantungnya yang semakin melemah di mana sebelumnya sebuah peluru tertanam di sana.           "Sayuri! Bahkan kau memilih tempat yang tepat untuk mengakhiri hidupmu, ya?" kata Leena dengan suara yang melengking menyakitkan telinga.           "Menjadikan tempat sampah itu sebagai kuburanmu, cocok sekali!" tambah John yang ada di sampingnya.           Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa!?           Lagi dan lagi, Sayuri hanya bisa menanyakan apa yang salah pada pilihan yang ia ambil untuk hidupnya sampai membuatnya berada di keadaan yang seperti ini.           Semua karena Keluarga Boyd … karena mereka, Sayuri harus melewati kehidupan seperti di neraka! Karena mereka. Karena mereka. Karena mereka. Karena mereka!           Sayuri tidak bisa berakhir seperti ini. Ia harus mengembalikan semua yang Keluarga Boyd lakukan pada dirinya! Ia harus membalaskan dendamnya … ia harus membuat seluruh anggota Keluarga Boyd merasakan apa yang Sayuri rasakan saat ini!           Namun sayangnya, sampai jantungnya berhenti berdetak, Sayuri tidak bisa melakukannya. Semua sudah terlambat. Pilihannya sejak awal, yang setuju untuk menjadi anak angkat Keluarga Boyd dan ikut bersama Jerome sudah salah.           Semua sudah terlambat.           Pilihannya sejak awal sudah salah.           Jika …           Jika saja Sayuri bisa kembali pada waktu itu.           Hari di mana semua yang harus Sayuri lewati belum dimulai.           Hari di mana Sayuri memilih pilihan yang salah untuk hidupnya …           Ia tidak akan membiarkan dirinya mendapatkan perlakuan seperti ini lagi.           Ia tidak akan membiarkan saudara – saudaranya yang lain, bahkan Nyonya Agnes yang tidak melakukan kesalahan apa pun menjadi bidak yang mengekang Sayuri.           Jika saja ia bisa kembali ke hari itu. Sayuri akan mengembalikan apa yang dilakukan oleh Keluarga Boyd pada dirinya dan orang – orang yang ia sayangi puluhan atau mungkin ribuan kali lipat!           Hanya itu.           Permohonannya … seseorang … sesuatu … tolong kabulkan permohonan kedua yang Sayuri panjatkan selama hidupnya.           Permohonan pertama, untuk merasakan kehangatan sebuah keluarga … tidak ada yang mengabulkannya.           Kali ini setidaknya.           Setidaknya.           Tolong berikan Sayuri kesempatan untuk membalaskan dendamnya.           Hanya itu permohonan terakhirnya …           .           .           Hal pertama yang dilihat ketika ia membuka kedua matanya adalah sebuah langit – langit kamar yang terasa asing namun Sayuri kenali.           Langit – langit yang sama seperti kamarnya yang ada di panti asuhan. Ia menyebar seluruh pandangannya ke sekitar, tidak hanya langit – langit kamar itu saja yang sama. Tetapi semua yang ada di dalam kamar itu juga terlihat sama.           Barisan kasur yang berjajar dengan jarak sempit agar kamar itu dapat ditiduri oleh delapan orang, meja kecil yang terbuat dari kayu tua di setiap sisi kasur, jendela besar dengan kain lusuh untuk menutupinya yang menghadap ke bagian belakang gedung di mana tempat jemuran pakaian berada, serta lemari tua dengan kaca yang sedikit retak karena seseorang tidak sengaja menendang sebuah bola ke arahnya …           Semua terlihat sama.           Semua terlihat nyata.           Mengingat luka yang ada di bahunya, Sayuri bangun dengan hati – hati. Namun, rasa sakit yang ditunggunya tidak pernah terasa. Ia menarik baju yang berbeda dengan apa yang ia kenakan terakhir kali untuk melihat luka itu.           Namun, tidak ada luka di bahunya. Dengan cepat, ia mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya untuk melihat pahanya yang terkena tembakan.           Luka yang ia cari pun tidak ada di sana. Meski pun bekas tembakan itu sudah sembuh dan mengering, seharusnya dengan luka yang seperti itu, pasti ada bekas yang tertinggal di sana.           Tapi bekas luka itu pun tidak ada. Tidak hanya pada bahu dan pahanya, tidak ada satu pun bekas luka pada tubuh Sayuri. Seakan ia tidak pernah terluka sejak awal.           Dengan cepat ia bangun dari tidurnya dan berlari menuju lemari dengan kaca retak yang terpasang di sana. Entah kenapa, rasanya langkah yang ia ambil lebih pendek, kecepatan larinya pun lebih lambat dari seharusnya, tubuhnya juga seakan lebih kaku dari biasanya.           Semua pertanyaan itu terjawab ketika pandangannya bertemu dengan sepasang mata yang memiliki warna seindah batu rubi pada sebuah kaca retak yang terpasang di lemari tua yang ada di ujung ruangan itu.           Pantulan yang diperlihatkan oleh kaca itu terlihat sangat asing. Apa sebenarnya kaca yang saat ini berada di depannya adalah sebuah jendela? Apakah secara kebetulan, seorang gadis pemilik mata seindah rubi dan rambut sehitam langit malam melakukan gerakan yang sama seperti dirinya?           Dengan tangan yang sedikit bergetar karena banyak sekali pertanyaan yang memenuhi kepalanya, Sayuri menyentuh kaca itu dengan sebelah tangannya. Gadis pemilik mata seindah batu rubi itu pun ikut melakukan hal yang sama.           Sayuri kembali menarik tangannya untuk mengusap pipinya. Gadis yang ada di depannya memiliki pipi yang terlihat empuk dan mulus, yang langsung Sayuri rasakan ketika tangannya mengenai pipinya. Tidak sampai di sana, Sayuri harus mencubit pipinya untuk mengetahui apakah yang terjadi pada sekelilingnya ini hanyalah mimpi.           Rasa sakit dari cubitannya terasa sangat nyata. Sambil meringis pelan, Sayuri melihat pantulan pada cermin yang ada di depannya. Memperlihatkan seorang gadis sedang mengusap pipinya yang memerah karena baru saja dicubit.           Semua yang ia lihat benar – benar nyata.           Bukan sebuah mimpi.           Apakah ia benar – benar kembali ke masa lalu?           Reinkarnasi? Terlahir kembali?           Entah itu Tuhan …           Entah itu Dewa …           Atau mungkin iblis …           Permohonan yang Sayuri panjatkan ketika jantungnya berhenti berdetak terkabul.           Dengan kedua tangan yang terkepal dengan keras, serta giginya yang terkatup rapat untuk menahan amarah, Sayuri akan menggunakan kesempatan ini untuk membalas apa yang dilakukan oleh Keluarga Boyd padanya, dan melindungi semua orang yang ia sayangi. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.6K
bc

True Love Agas Milly

read
197.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
145.8K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
199.1K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.0K
bc

Romantic Ghost

read
161.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook