bc

I Adore You, Doctor!

book_age0+
5.3K
FOLLOW
42.3K
READ
family
arranged marriage
goodgirl
doctor
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Daisy El Vanisha, designer mungil yang boleh dikatakan buta soal cinta. Ia tidak pernah mengenal lawan jenis lebih dalam apalagi berpacaran. Jangan tanya apa sebabnya, karena ia pun tidak mengerti alasan mengapa para pria tidak melirik dirinya sebagai seorang "wanita"! Walau kedua orang tuanya tidak memaksakan kehendak mereka yang ingin segera mendapatkan menantu idaman selama ini, namun siapa sih orang tua yang tidak gemas melihat anak perempuan satu-satunya, masih terlihat seperti anak kecil di usianya yang menginjak 22 tahun?!

Pratama Dani Rahardian, Dokter muda yang kembali ke Indonesia untuk mengurusi Rumah Sakit Rahardian milik sang Ayah, yang di wariskan untuknya. Kedatangannya membuat semua orang terkesima akan sosok dan pesonanya. Dan saat waktu mempertemukannya dengan gadis itu, mengapa hidupnya yang selama ini membosankan seketika berubah menjadi begitu menyenangkan?

chap-preview
Free preview
Satu
Pertemuan antar dokter yang sedang berlangsung diramaikan oleh tepuk tangan. Hardi menepuk ringan punggung Panji dengan akrab dan hangat. Walaupun mereka tidak terikat oleh darah namun mereka sudah seperti ayah dan anak. Panji tidak akan melupakan Hardi yang memberinya pekerjaan di rumah sakit ini selama bertahun-tahun. Pertemuan kali ini lebih tepat disebut perpisahan. Panji memutuskan untuk pindah ke salah satu rumah sakit di negara asing. Dan ini tidak ada sangkut pautnya dengan kualitas rumah sakit Rahardian. Lelaki itu hanya ingin “mencari” sesuatu yang bahkan ia sendiri tidak mengerti. Lagi pula, ini adalah waktu yang tepat untuk kepergiannya. Hardi tidak akan kesepian karena sebentar lagi, seseorang yang menggantikannya. Panji pun berjanji, ia akan sering-sering pulang ke Indonesia dan berkunjung ke rumah sakit yang membesarkan namanya ini. *** “Dokter Kariiiinnn!” Pekikan cempreng itu menggema memenuhi koridor rumah sakit. Wanita cantik berjas putih yang merasa namanya dipanggil pun menoleh ke arah suara dengan wajah terganggu. “Astaga, Daisy! Jangan berteriak seperti itu. Ini rumah sakit,” tegurnya dengan sedikit kesal. Walaupun begitu, intonasinya tetap lembut. Daisy, pasiennya yang periang tersebut sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Ia tidak bisa membentak keras pada gadis berwajah innocent seperti itu. Daisy menyengir lebar. Dan seolah memiliki kekuatan magis, senyuman itu pun menjalar di wajah Karin. “Maaf, yah. Habis, Dokter Karin jalannya cepet banget. Sudah tahu kakiku ini nggak sepanjang itu, jadi mesti pelan-pelan,” jelasnya menunjuk sepasang kaki jenjang Karin. Karin tersenyum geli seraya merangkul Daisy. “Makanya, kamu berenang gih.” Daisy memutar bola matanya, ia mendengus sebal. “Duh, kenapa sih ya, orang-orang selalu menyarankan berenang atau minum s**u?! Aku nggak suka dua-duanya! Yang satu bikin repot, yang satu lagi bikin mual. Hiiiyyy!” Daisy meringis, membuat Karin terkikik geli.  “Memangnya, Dokter Karin dulu sering berenang dan minum s**u?” tanya Daisy lagi dengan polos. Kedua mata bundarnya berbinar dan membulat penuh. Siapa pun yang melihatnya akan gemas dan ingin menjawil hidung mungil gadis itu. “Nggak sih…” “Tuh, kan!” Daisy berkacak pinggang, mengerucutkan bibirnya menatap Karin yang tertawa geli karenanya. “Mungkin karena turunan. Papa dan Mamaku lumayan tinggi soalnya…” “Fix. Ini salah Mama! Pasti dia menurunkan badan kecilnya itu padaku,” keluh Daisy dengan bibir mengerucut. “Udah yuk, kita langsung ke ruanganku saja. Semoga hasil pemeriksaannya nanti ada perkembangan, ya.” Karin tersenyum geli menatap Daisy yang masih saja merengut akibat tubuh mungilnya. “Nanti aku traktir gulali deh, mau?” Rayuannya berhasil. Daisy lantas mengangguk cepat seraya menyengir lebar. ***   Lelaki berparas tampan itu tengah menyeret kopernya. Kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, menambah kesan percaya diri. Aroma maskulin yang tidak pernah surut dari tubuhnya seketika membuat perempuan mana pun menoleh dengan tatapan mengagumi. Lelaki itu mendengus kesal seraya memutar kedua matanya yang bersembunyi. Inilah yang ia tidak sukai. Dipandangi berpasang-pasang mata perempuan yang menatapnya lapar. Penampilannya memang tidak perlu diragukan. Ia mengembuskan napas. Ia akhirnya kembali ke kota ini, kota masa kecilnya. Hardi, sang dokter ternama, memanggilnya pulang. Sebagai seorang anak yang berbakti dan juga penerus rumah sakit Rahardian, dia harus kembali. Ada perasaan bangga dan haru mengingat sang ayah memercayainya rumah sakit yang beliau bangun dari awal. Maka dari itu, ia berjanji, terlebih pada dirinya sendiri untuk tidak mengecewakan kedua orang tuanya, Maretha dan Hardi. Ponsel yang bergetar lembut di saku celananya menyadarkannya dari lamunannya. Nama ibunya yang berpendar di layar ponsel membuatnya segera mengangkat telepon itu. ***   “Ah, Mama senang sekali kamu sampai dengan selamat, Dani.” ibunya memeluk tubuh menjulang itu dengan hangat. Ia mendongak, menangkup wajah Dani dan mengamatinya. “Ingin Mama buatkan sesuatu, Dani? Kamu terlihat sangat lelah, Sayang.” Dani tersenyum. Betapa ia begitu merindukan Maretha. Sosok keibuannya yang membuat Dani selalu merasa “pulang” hanya dengan mendengar suaranya. Bertahun-tahun ia sibuk menuntut ilmu dan nyaris melupakan kewajibannya sebagai seorang anak. Jarang sekali ia pulang ke Indonesia dan mengunjungi kedua orang tuanya. “Nggak perlu, Ma. Dani mau istirahat di kamar. Mama nggak masalah, kan, Dani tinggal sebentar?” ucap Dani lembut. “Ah, Dani. Tentu saja. Lagi pula, papamu sebentar lagi akan pulang. Kita makan malam bersama ya nanti,” balasnya. Dani terkekeh. Sekali lagi ia memeluk sang mama sebelum akhirnya berlalu menuju kamarnya. Maretha mengamati punggung anaknya yang tetap tegap walau terlihat lelah. Betapa ia begitu merindukan anaknya. Ah, seandainya Dani sudah menikah. Maretha pasti punya teman di rumah. Ia tahu suaminya juga memendam kerinduan yang sama, ingin memenuhi rumah mereka yang sepi dengan celoteh anak-anak. Maretha menggeleng. Sepertinya, harapan itu sulit terkabul. Mengingat banyak sekali perempuan yang mendekati Dani secara terang-terangan namun ditolak mentah-mentah oleh lelaki itu. Yah, apa boleh buat? Maretha menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Kepalanya menggeleng-geleng, memikirkan bagaimana nasib percintaan anak semata wayangnya tersebut. Pasti nanti ada saatnya… ***   Suara ketukan lembut membuatnya terjaga. Dani tersenyum dari bangunnya. Bukan lagi jam beker sialan yang membangunkannya, melainkan sang mama. Tiba-tiba saja ia berpikir, ayahnya betul-betul beruntung. Warisan melimpah turun-temurun. Pekerjaan yang terhormat dan mulia. Tampan dan digilai para perempuan seperti halnya dirinya. Tapi, ia tahu bahwa sejak papanya menetapkan pilihan pada mama, tidak ada wanita lain yang mampu membuatnya tergoda. Dan ini pun secara otomatis membuatnya tidak kalah beruntung. Dani berhasil mencapai gelar kedokteran dari universitas di luar negeri, mencapai prestasi yang diakui rekan-rekannya, dan kini ia akan mewarisi sebuah rumah sakit ternama. Namun, mengapa sampai saat ini ia masih merasa ada yang kurang? Bukannya ia tidak bersyukur, tapi perasaan ini terus menghantuinya. Apa itu? Ia pun tidak mengerti. “Dani? Bangun, Nak. Kita makan malam yuk?” Suara lembut Mama diiringi ketukan beberapa kali mengenyahkan lamunannya. “Iya, Ma,” sambutnya. “Ya sudah, Mama dan Papa tunggu di bawah, ya.” Dani kembali termenung. Bukankah indah bila hidup tidak hanya sendiri? Kita bisa saling berbagi cerita, kehangatan, canda tawa, suka duka, dan kebahagiaan untuk selamanya? Sosok seperti mamanya yang mampu melengkapi hidup Papa. Dani mengusap wajahnya gusar. Oh, astaga! Benarkah pikirannya kacau hanya karena hal tidak penting seperti ini? Dani bahkan tidak tahu perempuan mana yang sedang ia pikirkan.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.7K
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.9K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.1K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.2K
bc

MOVE ON

read
95.0K
bc

Will You Marry Me 21+ (Indonesia)

read
612.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook