bc

Let Me Love You

book_age16+
3.0K
FOLLOW
14.1K
READ
sex
second chance
brave
CEO
drama
sweet
office/work place
disappearance
rejected
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Aura Pratiwi perempuan single yang umurnya hampir menginjak kepala tiga masih saja betah dengan status single-nya. Padahal banyak pria yang rela mengantri untuk mendapatkannya. Namun, tak ada yang mengetahui apa alasan di balik penolakannya itu.

Regan Tristan laki-laki berwajah dingin. Tapi sayangnya begitu juga dengan hatinya. Tak ada yang berani mendekatinya. Namun anehnya, dibalik dinginnya ia selalu menjadi pujaan para wanita.

Ketika takdir mempertemukan mereka apakah yang akan terjadi? Dan bagaimana jika cupid telah melepaskan panahnya?

chap-preview
Free preview
Part 1
I am not sure what scares me more. That you will never start loving me or that i will never stop loving you. Aura Pratiwi Dia adalah cowok paling dingin dan aneh yang pernah aku temui. So honestly, aku tidak pernah menyukainya sejak pertama pertemuan kami. Namun semuanya mendadak berubah ketika perlahan topeng es yang dikenakannya mencair. Sanggupkah aku menghadapinya? Dan akankah ia menerimaku yang hanya memiliki satu sayap, bukannya sepasang sayap. Regan Tristan Selama hidupku tak pernah ada hal penting didalam mataku. Hingga akhirnya sesosok yang tidak kusukai menarik perhatianku. Namun, sayangnya ketika aku mulai mencoba melangkah, ia telah memasang perisainya bahkan sebelum aku melangkah. *** Stiletto merah setinggi dua belas sentimeter itu melangkah dengan anggunnya di atas lantai yang tampak mengkilap, seakan siapa saja dapat bercermin di permukaannya. Dress merah lengan panjang dengan panjang diatas lutut super ketat, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah membuat para pria rela memutar matanya hanya untuk menatap keindahan tubuhnya. Sebuah clutch purse putih berada dalam genggamannya. Rambut pendeknya baru saja keluar dari sebuah salon ternama. Make up natural terpoles sempurna pada wajahnya. Tidak lupa bibirnya yang ranum dilapisi warna merah membara. Membuat setiap perempuan iri melihatnya. Perempuan itu melangkah anggun menuju sebuah ballroom yang memiliki dua pintu kayu yang terlihat mewah. Di depannya seorang penjaga berjas, berdiri dengan gagahnya. Aura menyodorkan undangan berwarna gold yang terbalut mewah kepada penjaga tersebut. Setelah memastikan semuanya sesuai prosedur, laki-laki berjas itu membukakan pintu untuk Aura. Perempuan itu melemparkan senyum tipis di bibirnya yang merah. Lalu melangkah masuk ke dalam ruangan yang luasnya di luar dugaan pikirannya. Ia mengedarkan pandangan matanya, ternyata sudah banyak tamu yang datang. Para pria mengenakan jas yang tampak licin di tubuh mereka. Sedangkan para wanita seakan berlomba memamerkan dress dan gaun mahal mereka pada dunia. Aura menghela nafas panjang sebelum akhirnya melangkah maju ke tengah ruangan. Mencari-cari sosok yang mungkin ia kenali. Sebenarnya ia malas menghadiri acara ini, penyambutan CEO baru yang merupakan anak dari direktur lama mereka, Diego Tristan. Pria paruh baya yang terkenal ramah, cekatan dan tegas dalam berbisnis mau pun dengan para karyawannya. Aura sedikit menyesalkan keinginan pria paruh baya itu untuk pensiun dan memberikan posisinya kepada anaknya yang baru saja kembali dari Italy. Ia berani bertaruh, kebanyakan dari anak orang kaya adalah tipikal pria playboy yang hanya bisa menghabiskan harta orang tuanya. Sedetik kemudian, matanya menangkap sosok Karin, perempuan yang selama ini menjadi teman seperjuangannya di Tristan Company. "Karin!" Yang dipanggil menoleh. Aura dapat melihat perempuan itu mengenakan dress yang panjangnya di bawah lutut berwarna ungu muda. Make up tebal berikut bulu mata palsu dan ramput panjang yang dibiarkan bebas. Ia selalu terlihat sempurna. Pantas saja para pria di kantornya rela mengantri demi mendapatkan perempuan bermata sipit asal Kalimantan ini. "Aura! Lo baru datang? Sama siapa?" kata Karin setelah mereka ber-cupika dan cupiki. "Wow! You look gorgeous!" "Thank's. You too," balasnya. "Gue datang sendiri. Memangnya lo kira gue datang sama siapa? Tahu sendiri gue single." Karin tertawa kecil mendengar jawaban Aura Pratiwi. Wanita cantik namun terkenal lebih suka dengan status singlenya sehingga membuat para pria menyerah sebelum berperang untuk mendapatkannya. "Siapa tahu kali ini lo tobat. Habis gue bingung sama lo yang masih menyendiri sampai sekarang. Tapi lo nggak menyimpangkan?" kata Karin dengan sedikit berbisik ketika mengucapkan kalimat terakhirnya. Aura berdecak kesal, "Sial lo. Masih lurus gue. Masih doyan laki!" Mereka berdua pun tertawa. Namun sayangnya tak lama kemudian MC membuka suara pertanda acara telah dimulai, sehingga mereka harus menghentikan obrolannya. Diawali dengan sambutan hangat dari mantan CEO, Bapak Diego Tristan. Pria keturunan Italy yang sangat fasih berbahasa Indonesia. Di sisinya isterinya yang tampak cantik walaupun sudah tidak muda lagi berdiri begitu setia menemani suaminya. Aura tersenyum hangat melihatnya. Dalam hati ia selalu berharap kelak dapat memiliki pasangan yang setia hingga hari tua mereka. Namun, Aura cukup tahu diri untuk tidak terlalu banyak berharap. Ia kembali mengedarkan pandangannya, tapi ia belum dapat melihat sosok calon CEO mereka. "Rin, gue ambil minum dulu ya," ujar Aura. Tenggorokannya terasa kering dan rasanya ia butuh sebuah minuman untuk memenuhi dahaganya. "Okay. Balik lagi ke sini ya. Kalo lihat cowok ganteng, jangan lupa info ke gue." Aura menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar ucapan temannya. Lalu ia beranjak dari tempatnya dan mencari letak meja minuman. Setelah menangkap posisi meja yang dicarinya, Aura meraih segelas wine merah. Lalu menyesapnya, rasanya yang pekat terasa enak di lidah dan tenggorokannya. Sayangnya ketika ia baru saja hendak melangkah, seorang pria menabrak gelas wine yang berada di dalam genggamannya. Hingga mengenai dress pada bagian dadanya. "Maaf," ujar seorang pria yang sepertinya bukan dari lantai yang sama dengan Aura bekerja. "Sini saya bantu." "Tidak usah. Biar saya sendiri saja." Setelah mengatakan itu, Aura melangkah keluar ruangan dan berjalan menuju toilet. Setibanya di dalam toilet, Aura mengeluarkan tisu dari clutch-nya lalu mulai mengusap noda wine yang mengenai dressnya. Berharap noda yang tercetak jelas itu sedikit menghilang. Tapi sepertinya usaha yang dilakukannya sia-sia. Karena noda yang lebih gelap dari warna bajunya masih terlihat jelas. Aura menarik nafas panjang, sepertinya ia harus pulang. Dengan lunglai ia meraih clutchnya dan berjalan keluar dari toilet. Saat ia keluar dari toilet tubuhnya seperti membentur sesuatu dan rasanya ia akan terjatuh. Aura ingin berteriak tapi tidak bisa seakan tiba-tiba suaranya hilang entah ke mana. Ya Tuhan, mengapa malam ini aku begitu sial? batinnya berteriak. Ia memejamkan matanya rapat-rapat. Karena ia yakin sebentar lagi tubuhnya akan mendarat di lantai yang keras. Sedetik kemudian, sebuah tangan yang kokoh memeluk pinggang Aura yang kecil. Perlahan, Aura membuka matanya dan di hadapannya sebuah mata yang dingin sedang menatapnya balik. Mendadak sekujur tubuh Aura terasa beku akibat tatapan yang dingin itu. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

My Secret Little Wife

read
91.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook