bc

ALYA

book_age12+
650
FOLLOW
4.2K
READ
tragedy
sweet
mystery
like
intro-logo
Blurb

Alya seorang gadis dengan masa lalu yang kelam sehingga membuatnya tumbuh menjadi gadis yang takut dengan hujan. Masa lalu itu yang membuat banyak perubahan di dalam diri Alya, salah satunya ialah berhijrah di jalan Allah. Alya memilih menutup tubuhnya dengan hijab serta pakaian syar'i nya, tak jarang ia dijadikan bahan ledekan teman-temannya karena pakaian yang serba tertutup tersebut. Tapi, Alya tidak perduli, ia berusaha tetap istiqamah dengan keputusannya. Alya juga menjaga jarak dengan laki-laki, itulah yang membuatnya banyak di kagumi beberapa siswa di sekolahnya, salah satunya Zikri.

Kehadiran Zikri di kehidupan Alya membuat banyak perubahan yang terjadi, masalah bertubi-tubi datang bahkan membuat iman Alya hampir rubuh.

Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Alya tetap mepertahankan hijrahnya? Atau ia malah melanggar kewajibannya itu?

chap-preview
Free preview
1. Peraturan Baru
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menundukkan pandangannya,.” [QS. An-Nuur (24):31] SUASANA SMA CADIKA tampak riuh, semua murid tak henti mengoceh lantaran kepala sekolah baru saja mengumumkan peraturan baru. Yakni, semua siswa-siswi tak ada yang boleh berpacaran di sekolah. Dan, barang siapa yang ketahuan melanggar peraturan itu akan di kenakan sanksi atau bahkan di keluarkan dari sekolah. Semua murid tak terima akan peraturan tersebut, mereka masih berusaha membujuk kepala sekolah agar tidak meresmikan peraturan itu. "Peraturan yang telah saya buat tidak bisa di bantah. Jika kalian tidak suka kalian bisa langsung bertemu dengan saya." ucap sang kepala sekolah di atas podium. Suasana semakin riuh, para murid masih protes akan hal itu. Namun tidak dengan seorang gadis yang berada di barisan kelas XII. Di saat semua murid tampak kesal dengan pengumuman itu, ia justru terlihat tenang. Gadis yang tampak berbeda dengan siswi lain, mulai dari penampilannya yang sangat berbanding jauh dari yang lain. Jilbab panjang yang menjulur menutupi seluruh tubuhnya, handshock menutupi tangan hingga yang terlihat hanyalah ibu jari dan telapak tangannya, beserta masker yang menutupi separuh wajah dan hanya menyisahkan kedua bola mata yang berwarna coklat. 'Kenapa tidak dari dulu' batinnya. Dialah Alya. Gadis soleha dari XII IPA-1. Alya sangat istiqamah dalam hijrahnya. Hijrah yang sudah ia jalani lima tahun lamanya. Di sekolah mungkin dapat di hitung dengan jari murid yang menggunakan jilbab panjang seperti dirinya. Tetapi, yang memiliki tingkat  keistiqamahan yang tinggi, kemungkinan besar 1 dari 10 orang. Dan yang membuat salut ialah, iman Alya tidak pernah goyah, ia tetap istiqamah walaupun godaan-godaan terus saja menghampirinya. Upacara di bubarkan oleh sang pemimpin, semua murid berhamburan tak tentu arah. Begitupun dengan Alya, gadis itu berjalan meninggalakan barisannya. Ia berjalan sangat cepat, berharap tidak bersentuhan dengan pria yang bukan mahramanya. Matanya hanya melihat ke bawah—takut bertemu pandang dengan yang bukan mahram. Namun sialnya, karena hal itu tubuhnya tak sengaja menubruk seseorang. "Maaf, maaf. Saya tidak sengaja," ucap Alya sembari membungkukan tubuhnya berkali-kali. Matanya tak melihat orang itu—ia masih menunduk. "Ehh, iya gak papa," ucap orang itu. Alya terhentak. Jantungnya berdebar, apa yang barusan terjadi sama sekali belum pernah terjadi, ia bersentuhan dengan seorang pria. Alya mengambil ancang untuk pergi dari sana dan sepersekian detik ia telah pergi meninggalkan pria itu, tanpa tahu bagaimana rupanya. *** "Assalamualaikum, Alya," ucap beberapa teman sekelasnya. Alya tak melihat ke arah mereka lantaran yang baru menyapanya ialah teman sekelasnya yang pria. Alya cukup menjawab salam mereka dalam hati.  Hal ini sangat sering terjadi, teman-temannya mengucapkan salam pada Alya tapi dengan nada meledek, Alya tahu itu. Ia sadar penampilannya yang sangat berbeda dengan teman sekelasnya yang lain membuatnya sering kali dijadikan bahan lelucon. Dan, syukurnya Alya tidak menanggapi mereka, ia cukup mendoakan agar kelak mereka sadar dan mau memperbaiki diri. Alya berjalan menuju bangkunya yang berada di deretan ketiga. Di sana ia melihat Gina, teman sebangkunya yang telah duduk rapi di sana. "Assalamualaikum, Al," ucap Gina. Gina adalah satu-satunya teman Alya di kelas. Mereka sudah berteman satu tahun sejak kedatangan Alya di sekolahnya— sebagai murid baru. Alya adalah pindahan dari Bogor, dan ia masuk ke SMA CADIKA ketika ia kelas XI. Saat itulah ia bertemu Gina. Mungkin Gina tidak berpakaian syar'i sama sepertinya, tapi setidaknya pakaian Gina tidak ketat seperti teman sekelas yang lain. Gina memakai rok panjang, dan juga baju tangan panjang yang jauh dari kata tak ketat. Gina memang tak memakai hijab seperti Alya, tapi Gina memiliki hati yang baik tidak seperti temannya yang lain. "Waalaikumsallam, Gin," jawab Alya. Ia melepas maskernya kemudian menyimpannya di laci. Sebenarnya Alya tak ingin melepas maskernya, tetapi peraturan sekolah yang melarang murid untuk menggunakan masker saat di kelas, memaksanya untuk menuruti peraturan itu. Beberapa teman sekelas Alya— terutama yang laki-laki tampak memperhatikan Alya. Saat inilah yang paling mereka tunggu, di mana Alya melepas masker dan terlihatlah wajahnya yang cantik di tambah lesung pipi yang ada di kedua pipinya menjadi daya tarik tersendiri. Alya sadar kalau ia di perhatikan. Ia terus menundukan pandangannya, tak mau teman-temanya terus memperhatikan seperti itu.  Sementara, Gina yang sadar akan hal itu lantas mendengus kesal. "Woy, cowok-cowok ganjen. Gak usah liatin Alya gitu. Alya gak suka di lihatin cowok jelek kayak kalian," ucap Gina lantang. Matanya menatap sinis teman-temanya yang lain. Mendengar ucapan Gina yang terkesan merendahkan, lantas seisi kelas menjadi riuh—menyoraki Gina. Namun, bukan Gina namanya jika tidak meladeni ucapan mereka sampai mereka semua terdiam. "Udah, Gin. Jangan di ladenin," ucap Alya. Ia menarik pelan lengan Gina, berharap Gina mendengarkannya. Gina membuang nafas pelan, lalu langsung duduk tepat di samping Alya. Alya tersenyum lantara Gina mau mendengarkannya. Gina itu memang bandal, tapi anehnya ia selalu mendengarkan ucapan Alya. Entahla, ia tidak  tahu kenapa dia seperti itu.  "Gue gak suka, Al, mereka lihatin lo kayak gitu," ucap Gina kesal. Alya tersenyum. Ini yang membuatnya betah berteman dengan Gina. Gina selalu membelanya dan mendukung apapun yang Alya lakukan tanpa takut di jauhi teman-teman yang lain. Alya sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Gina, ya walaupun Gina tidak seperti dirinya, tapi ia percaya kelak Gina akan menjemput hidayahnya dan mereka akan sama-sama berada di jalan Allah. Ya semoga saja. *** Bel istirahat berbunyi di susul dengan teriakan murid-murid yang terdengar sangat keras. Setelah kurang lebih 3 jam mereka berkutik dengan materi beserta soal-soal. Dan inilah saat yang paling di tunggu-tunggu. Beberapa murid telah terlihat berhamburan keluar kelas menuju kantin. Mengisi perut yang sedari tadi berbunyi mungkin cacing-cacingnya pada demo meminta di beri makanan. "Al, lo gak ke kantin?" tanya Gina. Alya menggeleng pelan, "Enggak, Gin." ucapnya. "Yaudah, gue ke kantin, ya." ucap Gina. "Iya. Hati-hati, ya," Gina mengangguk. Lalu segera pergi meninggalkan Alya sendiri di kelas. Alya mencoba menyibukkan diri dengan mengerjakan tugas yang tadi di berikan oleh guru. Dan setelah selesai, Alya menyimpan buku-buku di kolong meja. Alya tampak terdiam, memikirkan sesuatu. Lalu ia tersenyum, mungkin perpustakaan adalah tempat yang cocok untuk mengisi jam istirahatnya. Alya segera bangkit dari tempatnya, tak lupa ia memakai masker dan membawa sebuah novel religi yang baru di belinya kemarin. Setelah sampai di perpustakaan, Alya langsung menuju deretan buku islami. Ia memilih buku yang cocok untuknya, setelah dapat ia langsung mengambil buku itu. Alya memilih bangku kosong yang berada di pojok. Ia memilih tempat itu, lantaran tak mau di lihat orang lain.  Alya membuka buku yang tadi di pinjamnya, ia hanya fokus membaca buku itu. Hingga suara seorang pria mengagetkannya. "Gue boleh duduk di sini,"  Deg, jantung Alya terasa mau copot. Siapa pria itu? Kenapa ia memilih duduk di tempat yang sama dengan Alya, padahal masih banyak bangku kosong yang lain. Dengan pelan, Alya bangkit dari tempatnya, ia terus saja menunduk tak mau melihat ke arah pria itu. "Silahkan," ucapanya. Dan sepersekian detik Alya pergi meninggalkan cowok itu yang terus menatapnya tanpa berkedip. Setelah kepergian Alya dari sana, mata cowok itu tak sengaja melihat sebuah buku yang ada di atas meja tempat Alya tadi. Ia mengambil buku itu dan membukanya. Sebuah senyum tercetak di bibirnya, "Alya Isnaini," ejanya saat melihat nama di cover buku tersebut. "Aneh, tapi keliatannya seru," lanjutnya lagi. Sementara Alya, ia masih mancari tempat yang cocok untuknya dan yang pasti haruslah sepi bahkan akan lebih baik jika tidak ada seorang pun di sana, bukan Alya namanya jika tidak suka dengan kesunyian.  Hingga matanya menyorot satu bangku kosong yang berada di sudut ruangan ini, Alya tersenyum sejenak, sepertinya tempat itu sangat cocok untuknya terlebih bangkunya hanya satu jadi tidak akan ada yang lagi yang mengganggu. Alya langsung menuju ke sana, setelah sampai ia duduk dan mulai fokus membaca buku cerita yang tadi di pinjamnya.  Tanpa gadis itu sadari seorang lelaki yang berada dibalik lemari buku yang ada disebrang sedang memperhatikannya. Lelaki itu sedikit menyunggingkan senyumnya ketika melihat Alya yang begitu fokus dengan buku bacaan yang tadi ia pinjam. []

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DRIVING ME CRAZY (INDONESIA)

read
2.0M
bc

Suamiku Calon Mertuaku

read
1.4M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.2K
bc

Perfect Honeymoon (Indonesia)

read
29.6M
bc

Istri Muda

read
392.0K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook