bc

YOU ARE MY DESTINY (BAHASA INDONESIA)

book_age16+
2.1K
FOLLOW
55.9K
READ
possessive
love after marriage
second chance
goodgirl
boss
drama
tragedy
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Aku terima perjodohan ini ya Allah, aku tak pernah tahu bagaimana dia, hanya sekali kami dipertemukan, lalu dua hari kemudian kami menikah, Setya Yuwana, nama laki-laki itu, kerabat jauh dari orang tua angkatku, aku hanya mampu berdoa semoga pernikahanku ini merupakan jalan mendekatkan diri pada keimanan...

chap-preview
Free preview
1. Pertemuan Pertama
Aku terima perjodohan ini ya Allah, aku tak pernah tahu bagaimana dia, hanya sekali kami dipertemukan, lalu dua hari kemudian kami menikah, Setya Yuwana, nama laki-laki itu, kerabat jauh dari orang tua angkatku, aku hanya mampu berdoa semoga pernikahanku ini merupakan jalan mendekatkan diri pada keimanan... Aku berusaha tersenyum saat resepsi pernikahan, meski di antara undangan yang hadir tampak laki-laki yang pernah berjanji padaku, akan menikahiku setelah ia bekerja, kami saling berjanji akan menunggu, karena kami tak mau berpacaran, tapi kini aku mengingkari janji itu karena aku tak kuasa menolak aku yakin ini takdirku, takdir dari Allah, maafkan aku mas Munif dan aku menangis dalam hati.... -Aisyah Aku yakinkan hati bahwa wanita dihadapanku bukan hanya cantik secara lahir tapi juga batinnya, semoga wanita yang akan menjadi istriku ini nantinya benar-benar wanita sholihah ya Allah, menambah keimanan dan ketakwaan serta bisa menjadi cahaya dalam rumah tangga kami.. -Setya **** "Mbak Ais, dipanggil Ibu Nyai Sepuh," tiba-tiba adik satu kamarnya, Maisaroh, menepuk pundaknya, saat ia melipat baju yang akan ia setrika besok. Ada apaaa, pikir Aisyah, jika sampai ibu Nyai sepuh yang manggilnya berarti ada hal penting. "Iya Dik, Mbak akan segera menemui beliau," **** Aisyah membuka sandal jepitnya, lalu mengetuk pintu kamar Ibu Nyai Sepuh. "Masuh nduk, ibu ada perlu," Aisyah membuka pintu dan melihat salah satu orang yang sangat dihormati di pondok pesantren itu tersenyum lembut padanya, masih menggunakan mukena meski hari sudah mulai larut dan terlihat masih betah dengan tasbih ditangannya. "Sini, dekat ibu," Aisyah duduk dan menunduk. "Tadi bapak ibu angkatmu ke sini, minta ijin besok kamu akan dibawa pulang, dan lusa atau kapan ya, kamu akan dinikahkan dengan pilihan orang tuamu," Aisyah menatap wajah ibu nyai sepuh dengan tatapan kaget, ia sudah lama diberi tahu oleh ibu bapak angkatnya, tapi ia tidak menyangka akan secepat ini prosesnya. "Manut, patuhlah pada pilihan orang tuamu, in shaa Allah akan lancar dan dimudahkan jalan ke depannya oleh Allah," Aisyah diam saja. "Sebenarnya ibu ingin kau menikah dengan Munif, cucu ibu, namun orang tuamu jauh-jauh hari sudah mengatakan bahwa kau sudah mempunyai calon, besok siapkan semuanya ya nduk, orang tuamu akan menjemput," Aisyah hanya menunduk dan mengangguk lalu menjawab pelan. "Inggih ibu," "Baik kembalilah ke kamarmu, ingat nak, kau harus kembali untuk mengajar di madrasah aliyah, di sini, meski kau sudah diwisuda" "Inggih ibu," Dan Aisyah berjalan mundur lalu berbalik memakai sandal jepitnya lagi, saat akan ke luar ia berpapasan dengan Munif, cucu ibu nyai sepuh. Aisyah tetap menunduk namun lirih ia mendengar suara Munif, yang juga menunduk tak menatap Aisyah. "Kau akan menikah, benarkah? aku sudah berjanji padamu jika aku bekerja, kau akan aku nikahi, aku tidak mengikatmu karena tidak ada aturan itu dalam agama kita, setelah ta aruf, cocok, maka menikah, aku menyesal tidak langsung menikahimu setelah aku wisuda," "Maafkan saya, ini pilihan orang tua saya mas, permisi," suara Aisyah yang menahan tangis membuat hati Munif semakin sakit. "Masuklah nak, jangan terlalu lama di luar, Munifkan, ada perlu apa sama si Mbah?" suara lembut ibu nyai sepuh menyadarkan Munif, ia membuka sandalnya dan masuk ke kamar neneknya dan berjongkok di depan neneknya yang masih beristighfar berulang sambil memejamkan mata. "Mbah, benar Aisyah akan menikah?" "Ya, lalu apa hubungannya denganmu?" "Kami tidak ada hubungan apa-apa mbah, hanya saat saya melihatnya pertama kali, saya hanya mengatakan tunggu aku, aku akan menikahimu setelah aku bekerja, ternyata diaa, diaaa akan menikah," "Berarti dia bukan jodohmu," "Ah si mbah, semudah itu mengatakan bukan jodoh," "Jika ia jodohmu, akan ada jalan mudah mempertemukan kalian, nyatanya, kau meski sudah mengajar tidak ada keberanian untuk melamarnya, artinya kalian bukan jodoh, sudahlah, tidurlah, nanti tahajut, tenangkan hatimu," **** Keesokan harinya Aisyah dijemput oleh bapak dan ibunya. Selama dalam perjalanan pulang, hati Aisyah menjadi gundah, ia bukan memikirkan wajah calon suaminya, ia tak peduli, ia sudah pasrah pada Allah, mungkin ini memang jalannya. Tapi ia resah karena merasa telah meninggalkan hatinya pada seseorang, orang yang telah berjanji padanya, akan menikahinya. Aisyah tak merasakan panasnya bus yang ia tumpangi dengan bapak dan ibunya. Kegundahan hatinya telah menghilangkan segala rasa pada jasmaninya. **** Sesampainya ia di rumahnya, ia disambut dengan riuh oleh saudara-saudara sepupunya yang menggodanya. "Mbak Ais ngguanteng loh calon suaminya, meski duda, tapi keren, kayak artis-artis di tivi loh wajahnya," Asiyah berusaha tersenyum dan perlahan membuka kerudungnya. "Piye toh, gimana ini calon mantennya kok sedih, nanti rasakan kalau sudah lihat wajah calon suamimu, lak kelabakan kamu, tadi ke sini loh sama Bude Par," Aisyah tersenyum meski samar-samar. "Masa mbak Ais nggak tahu wajah mas Setya, kalau pertemuan keluarga ikut loh dia," "Aku biasa bagian nyuci piring dik, nggak tahu muncul di depan, selalu begitu, pernah tahu tapi nggak jelas wajah mas Setya, ndak pernah namatne, ndak pernah benar-benar memandang," "Iyo iyooo anak pondok nggak boleh lihat lawan jenis kaaaan," Aisyah hanya tersenyum melihat adik-adik sepupunya yang antusias bercerita tentang Setya. **** "Mau nak ya menikah dua hari lagi, kami yakin pilihan kami tidak salah, ia laki-laki baik, memang jarak usianya agak jauh denganmu, tapi tak masalah, dia duda cerai, ditinggal istrinya selingkuh dengan laki-laki lain, kasihan sekali dia nduk, sudah kerja, sudah mapan, wakil direktur opo piye ngono kalau tidak salah, mau nak ya?" tanya Bu Parjo pada anaknya. Aisyah hanya mengangguk sebagai anak pungut ia harus berbakti pada orang tua yang telah membiayai dan menyekolahkannya hingga sarjana. Ia hanya anak yatim piatu yang orang tuanya meninggal dalam kecelakaan tunggal, ia harus tahu berterima kasih. **** Keesokan harinya pagi-pagi Aisyah ke dapur, ia menjerang air dan membuatkan kopi untuk bapaknya. Dan segera menanak nasi. Lalu ke warung lek Tarsih membeli kangkung, tahu, tempe dan satu kilo ikan nila. **** "Wah wis mari nduk yahene?" tanya ibunya. "Inggih ibu sudah selesai semua, saya masak cah kangkung, tahu tempe goreng dan ikan nilanya ya saya goreng juga plus sambel bajak," "Allaaah istri idaman tenan, loh kamu dapat uang dari mana Ais?" "Ada beberapa anak ustadah di pondok yang masih madrasah tsanawiyah les bahasa Inggris pada saya ibu, ya bayar seikhlasnya saja, ada juga yang les matematika," "Loh kan bukan jurusanmu saat kuliah toh?" "Iya, tapi saya bisa ibu," sahut Aisyah pelan. "Anak pinter," **** Agak siang Setya dan ibunya datang, keluarga Aisyah nampak menyambut dengan bahagia. "Aisyaaaah sini nduk, bawa tehnya ke luar," suara teriakan ibunya mengagetkan Aisyah. Ia segera menuangkan teh pada cangkir, meletakkannya di nampan, lalu perlahan ia bawa ke luar. Aisya melangkah pelan lalu meletakkan nampan di meja, meletakkan cangkir teh di depan tamu, lalu bapak dan ibunya. "Sini duduk nduk," Aisyah duduk di dekat ibunya, tepat di hadapan Setya. "Nah ini yang namanya Setya, Aisyah, kamu selalu ndelik, sembunyi di dapur kalau ada pertemuan keluarga," Aisya mengangkat wajahnya, sedetik ia sempat terpana melihat wajah tampan di depannya, dengan kulit kecoklatan, rambut rapi dan bulu-bulu halus di bawah hidung dan dagu serta rahangnya, pantas saja sepupu-sepupunya histeris Namun Aisyah segera mengerjabkan matanya, menunduk dan menatap jari-jarinya. Mas Munif, maafkan saya.... ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

T E A R S

read
312.4K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.1K
bc

Broken

read
6.2K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook