Awal
Perempuan muda yang mulai beranjak dewasa, Verina Anggia Ahmad baru berusia 18 tahun. Dia baru lulus dari Sekolah Menengah Atas beberapa hari yang lalu namun, memutuskan untuk nikah muda. Entah apa yang ada dipikirannya.
“Mah, Ve mau nikah muda ya” ucap Ve saat tengah bersantai di ruang keluarga rumahnya
“Sama siapa Ve? Emang udah ada calon?” Tanya mamahnya
“Sudah dong” jawab Ve lantang dan yakin
“Siapa, Ve?” Tanya mamahnya setengah tidak percaya
Pasalnya Ve yang ia ketahui sangat jarang dekat dengan laki-laki. Pacaran pun juga tidak pernah. Ve kelewat polos dan jika dari awal berucap teman maka ya cuman akan jadi teman.
“Om Wenas” jawab Ve polos sambil tersenyum malu-malu dan pipi merona
“APA???”
"Sama Om Wenas, Mah" ucap Ve lagi
"Iya, tapi masak sama Om Wenas Ve. Dia kan seumuran sama Om kamu, adik mamah" ujar Gia mencoba membujuk Ve
"Gak apa-apa dong Mah, lagian cinta gak mandang usia" ucap Ve kekeh
Gia hanya diam, kepalanya mendadak pusing.
"Kamu urus kuliah aja dulu. Masalah ini kita bicarakan nanti ya" ucap Gia sambil beranjak dari sofa dan masuk ke kamarnya
--
Wenas Galang Darmawan, single parent, di tinggal cerai mati oleh sang istri karena kecelakaan. Berusia 32 tahun dan memiliki putri berusia 3 tahun. Ia seorang CEO di perusahaan multinasional terbesar ketiga di dunia.
“Maaf, nona saya tidak bisa”
“Ayolah Om nikah sama saya” ucap Ve agak memaksa
Segala cara Wenas lakukan agar Ve menjauh dari hidupnya. Ia sudah cukup hanya dengan putrinya, hidup berdua.
“Ommy” panggil suara lucu sambil memeluk kakinya erat
Namun, Ve tetep kekeh ingin menikah dengannya bahkan Nasha –putri Wenas sudah lengket dan menganggap Ve adalah Mommynya.
Akhirnya, lama kelamaan Wenas sedikit luluh dengan Ve. Wajah manis dan kadang pemberontak juga kasih sayang tulus yang diberikan kepada putrinya membuatnya jatuh cinta lagi.
Disamping penerimaan dari Wenas, Ve masih terganjal dengan restu dari Mamahnya.
Gia –Mamah Ve sebenarnya menyetujui Ve untuk menikah muda tapi, jika pilihannya Wenas yang umurnya seperti adik Gia, dia tidak setuju.
Dengan segala bujuk rayu Gia meminta Ve untuk berpikir ulang. Namun, Ve tetap keras kepala. Dia hanya ingin menikah dengan Wenas. Gendheng!!
Akhirnya Gia memutuskan untuk mencari bantuan.
Narendra Wira Satya, laki-laki berusia 23 tahun, seorang psikolog. Dia adalah kakak kelas Ve dulu saat masih sekolah. Wira –sapaannya, diam-diam menyukai Ve dari awal kenal. Dan kebetulan Gia teman arisan Ibunya.
Pagi itu, Wira baru sampai di klinik tempatnya bekerja dikagetkan dengan kedatangan Gia sambil menangis.
Gia sengaja datang pagi ke klinik Wira, atas saran temannya arisan yang mengetahui kegundahan Gia mengenai Ve yang ingin menikahi seorang duda, yang bahkan usianya tidak jauh beda dengan Gia.
“Wira, tolong tante” ucap Gia sambil bercucuran air mata
“Ada apa tante? Apa yang bisa saya bantu” Tanya Wira sambil membantu Gia untuk duduk dan mengambilkannya minuman
“Tolong sembuhkan Ve, dia akhir-akhir ini sering jalan dengan seorang duda. Dan katanya ia ingin menikah dengan duda tersebut. Katanya Ve merasa nyaman dan sudah jatuh cinta dengan duda itu” jelasnya sambil menyusut tangisnya
“Hm apa kemungkinan Ve mengidap electra complex tante?” Tanya Wira setelah mendengar segala ciri dan indikasinya
"Electra Complex?!" Ucap Gia
"Iya tante jadi, si pengidap lebih tertarik pada laki-laki yang umurnya berada di atasnya. Kasarnya yang lebih tua"
“Haduh!? Tante kurang tahu Wira. Apa mungkin ini gara-gara tante jarang di rumah bahkan Papah kandungnya jarang komunikasi dengannya? Lalu, bagaimana ini Wira?” ucap Gia mencoba meminta pertolongan pada Wira
Wira masih terdiam, ia mengingat Ve. Gadis cilik tetangganya yang dulu selalu membuntutinya kemana pun ia pergi.
Namun saat ia masuk SMA, jarang ia melihat gadis cilik tetangganya tersebut.
Bertanya pada Bunda, katanya di keluarganya sedang ada masalah dan Ve di boyong sementara oleh neneknya ke desa demi kebaikannya.
Saat kuliah dulu, sempat ia melihat Ve lagi namun sepertinya Ve tidak mengenalinya. Ia dulu sangat merindukan bocah cilik yang sering membuntutinya itu. Sekarang seperti apa ya dia?
“Wira, bagaimana ini?” Tanya Gia menyentak lamunan Wira sesaat tadi
“Baik, tante Wira coba bantu sebisanya. Nanti saya coba temui Ve” ujar Wira menenangkan
“Terimakasih Wira, kalau butuh apa-apa hubungu tante”
.
.
.
Holaaaa
Aku datang dengan cerita baru
semoga suka ya :)
Bedankt :)
