bc

(Not) My Little Girl

book_age18+
333
FOLLOW
2.2K
READ
student
drama
comedy
sweet
school
like
intro-logo
Blurb

Zaina selalu menyukai Barra yang lebih tua dua belas tahun darinya. Sikap Barra yang seakan membatasi diri tidak membuat Zaina menyerah. Namun, ketika akhirnya Barra pergi, dia sangat sedih. Perpisahan dua tahun benar-benar menyisakan penderitaan bagi Zaina.

Dua tahu kemudian, Barra muncul dan melamar Zaina. Mendapatkan hal yang diinginkan tentu saja membuat Zaina bahagia. Akan tetapi, pernikahan tidak seindah bayangan. Barra tidak seperhatian dulu padanya. Zaina kecewa dan memilih memberontak untuk melayangkan protes. Dia bahkan pergi dari rumah.

Kepergian Zaina mengejutkan Barra. Awalnya, dia tidak menyangka kalau Zaina akan berbuat nekat seperti itu. Dia pikir, Zaina sangat mencintainya dan tidak akan pernah meninggalkannya. Ternyata apa yang terjadi malah sebaliknya.

Sanggupkah Barra sekali lagi meyakinkan Zaina kalau dia mencintai gadis itu? Apa lagi ada sosok baru yang membuat Zaina merasa nyaman.

Cover by: Lina Rahayu

Edited by: Canva

chap-preview
Free preview
Prolog: Adik Kecil
“Kenapa enggak bisa terus jaga aku?” Kedua mata gadis berparas cantik sudah memerah menahan air mata. Dia menunduk dalam di hadapan pria yang telah lama menjaganya. Usia mereka yang terpaut hampir dua belas tahun tidak dipedulikan. Dia tidak terima karena pria itu tiba-tiba ingin pergi. Setelah bertahun-tahun diperhatikan, dia tidak rela melepas penjaganya. Pria berkaus oblong hitam menghela napas. Dia memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Melihat gadis mungilnya hampir meneteskan air mata membuat perasaan pria itu kalut. Dia tergoda untuk menepuk kepala adik kecilnya seperti biasa, tetapi menahan diri sekuat mungkin. Jika sekarang merasa lemah, takutnya dia tidak bisa pergi. Gadis di hadapannya sudah cukup dewasa untuk dijaga. Dia sudah begitu lama berada di sisi sang gadis sampai melupakan apa statusnya bagi keluarganya gadis itu. Harusnya dia tidak tergoda dan memberikan perhatian berlebihan, sehingga tidak ada hati yang tersakiti. Keputusan untuk menjauh dari gadis kecil bukan mendadak diambil. Sudah lama dia memikirkan hal ini. Sejujurnya, dia juga ingin selalu berada di sisi gadis itu. Namun, dia tidak ingin menyia-nyiakan masa muda sang gadis hanya demi keinginannya. Dia sudah dewasa dan bisa mengontrol diri. “Kak Barra!” seru si gadis kecil, Zaina. “Kakak benar-benar bakal pergi ninggalin aku?” “Aku hanya bilang akan pergi mengurus bisnis, Za. Kamu terlalu berlebihan. Lagi pula, kamu punya dua kakak di sini.” “Tapi ....” Zaina menghela napas. “Berapa lama Kakak pergi?” “Belum tahu. Kali ini mungkin akan sedikit lama. Bukankah kamu selalu ingin terbebas dari pengawasanku? Sekarang keinginan itu akhirnya terkabul. Kenapa malah bersedih begini?” “Kakak benaran enggak tahu kenapa aku sedih?” Begitu sadar Zaina menatapnya, Barra mengalihkan pandangan. Dia bisa goyah jika melihat kedua mata Zaina yang menyiratkan kesedihan itu. Lebih baik dia segera pergi dari tempat ini sebelum Zaina memengaruhinya lebih lama. Dia tidak bisa membiarkan Zaina terus bersedih dan menyakitinya. Ini bukan pertama kalinya Zaina memberikan pengaruh pada Barra. Entah sejak kapan tepatnya, Barra juga tidak yakin. Saat sadar, dia sudah merasakan sesuatu yang tidak pantas pada Zaina. Hubungan mereka selama ini hanya sebatas tanggung jawab kakak kepada adiknya. Sahabat Barra, Khafi, memintanya menjaga sang adik, Zaina. Siapa yang mengira jika dia akhirnya malah menyukai mahasiswi ceroboh itu. Perbuatan ini sungguh sangat tidak pantas. Barra seharusnya lebih pintar mengontrol hati. Yang lebih buruk adalah Zaina sepertinya juga menyimpan rasa. Kalau Khafi sampai tahu hal ini, dia pasti akan sangat marah. Dia menyuruh Khafi menjaga, bukan mencintai Zaina sebagai seorang gadis. Menurut sikap Khafi yang penuh perhitungan dan mementingkan masa depan, dia jelas akan menentang kedekatan mereka. Alasannya klise, Khafi ingin adiknya fokus kuliah. Dalam kurun waktu itu, setidaknya Barra harus menjaga jarak. Zaina sudah dua puluh tahun. Dia tidak butuh pelindung lagi. Sekarang, dia bahkan sudah menjadi gadis kuat dan tegas. Dia sudah sangat mampu melindungi dirinya sendiri. Kehadiran Barra sudah tidak begitu dibutuhkan lagi. “Kenapa? Apa kamu merasa kehilangan ATM berjalanmu? Tenang saja, Khafi cukup kaya untuk memenuhi semua keinginanmu. Aku juga mau memikirkan masa depanku, Za. Aku tidak mungkin terus berada di sampingmu, kan?” “Maksud Kakak?” “Za, aku sudah cukup tua untuk tetap lajang. Aku juga mau menikah. Iya, kan?” “Menikah? Memangnya aku pernah melarang Kakak buat nikah? Bukankah Kakak yang selalu pengin jaga aku?” Barra menghela napas. “Oke. Dulu, aku memang berpikir begitu. Sekarang berbeda, Za. Kamu sudah dewasa, jadi kamu tidak butuh penjaga lagi.” “Kakak pikir begitu? Oke. Pergi saja kalau begitu. Jangan cari aku saat kembali.” Usai berkata begitu, Zaina pergi tanpa menoleh lagi. Dia menyeka air mata yang mulai membasahi pipi, lalu melangkah semakin cepat. Tidak ada gunanya menoleh jika itu hanya akan membuat sedih. Rasa sesak di d**a dia abaikan. Mulai sekarang, dia akan berusaha mengusir rasa yang selama ini dipendam. Bagi Zaina, Barra bukan sekadar kakak atau penjaga. Dia mengagumi pria yang lebih tua dua belas tahun darinya itu. Pada saat tertentu, dia bahkan mengkhayalkan masa depan bersama Barra, menghabiskan sisa hidup dengan pria yang selama ini menjaganya penuh kasih. Semestinya Zaina mengerti posisinya di hati Barra. Dia hanya seorang adik kecil bagi pria dewasa itu dan selamanya akan begitu. Apa lagi Barra teman kakak sulungnya, Khafi. Barra pasti hanya membantu Khafi untuk menjaganya. Pria itu tidak pernah melihatnya sebagai seorang wanita. “Kamu tidak tahu betapa aku ingin mengejarmu sekarang, Za.” Mata Barra tidak beralih dari sosok Zaina yang setengah berlari keluar. Dia tahu kalau gadis itu tengah menahan tangis. Tidak apa-apa. Gadis itu masih muda. Zaina pasti bisa melupakannya dengan mudah. Dia akan bertemu dengan pemuda baik dan akhirnya menikah. Bagaimana pun, Barra hanya penjaga Zaina. Dia tidak mau melebihi batas itu atau Zaina akan lebih menderita. Hidup dengan pria tua seperti dirinya bukanlah hal baik. Zaina harus mendapatkan pria yang lebih baik darinya. Jadi, agar semua bisa terwujud, dia akan mulai menjauh dan mengikis perasaannya pada Zaina.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook