bc

Ti Amo Bella!

book_age12+
1.1K
FOLLOW
10.0K
READ
billionaire
body exchange
arranged marriage
dominant
goodgirl
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Dikejar kejar duda tampan dan mapan mungkin impian para pasukan ijo lumut, ikatan jomblo lucu dan imut.

Tapi sorry, gak berlaku lah buat gw!

Walau gw jomblo dan imut imut, ogah banget dah diburu pemburu kayak gitu.

Big No!

chap-preview
Free preview
Episode 01
Dih! Sudah sore tapi matahari masih begitu menyengat. Aneh padahal dah mau terbenam tapi koq panasnya masih aja bikin gerah. Gak henti hentinya keringat mengalir dibalik jaketku yang kesempitan. Duh, perasaan baru dibeli 3 bulan lalu tapi sudah sempit lagi. Badan, ampun deh bertingkah terus. Tugas iklan kali ini harus cepat dikerjakan mumpung wangsit sudah dikepala. Belum lagi deadline kerjaan sudah mepet banget. Bisa bisa digantung bonus bulan ini sama Mas Prima. Jangan sampai. Aku menancap gas motorku untuk segera masuk parkiran gedung. Sudah mau magrib pastinya kantor mulai penuh. Alamat pulang malam lagi dijamin. Beginilah nasib jadi seorang copy writer. Tugasnya kebanyakan ngalong alias ide ide biasanya keluar pas tengah malam. Bener bener kayak wewe gombel dah malem malem masih keliaran di kantor. Tiiiiitttttttt Tiba tiba aja motorku hampir bertabrakan dengan mobil hitam mewah yang baru aja keluar dari parkiran. Sayangnya, sijago sudah tidak mampu lagi aku rem hingga terjadi juga Brrukkk Sukses! Motorku mencium body depan mobil mewah itu dan terkapar tak berdaya. Badanku langsung tertimpa body si jago tanpa ragu lagi. Setengah memaksakan diri, aku berupaya menarik badanku dari bawah motorku. "Pak.. pak.. gak apa apa?" Sebuah suara menyapaku cemas. Aku melihat seorang bapak paruh baya menatapku dengan pandangan kuatir. Hadeuh, kenapa dipanggil Bapak?? Aku kesal bukan main. Aku buka helmku dan terpampanglah tampangku yang sebenarnya. "Eh mbaa.. maaf.. saya pikir laki laki. Ayo saya bantu.." cetusnya lalu membantu menarik tanganku. Akhirnya. Hufff.. aku bisa bangun juga dengan lutut dan kaki terasa linu karena tertimpa motor besarku. "Kamu gak papa?" Sebuah suara lain menyapaku dengan suara baritonnya. Sambil memijit mijit lututku yang terasa linu, aku menengadahkan kepalaku ke sumber suara. Wow! Bening banget. "Gak apa apa gimana? Kaki kiri saya nyeri ini." "Bisa jalan? Saya antar ke dokter" Aku menengok pergelangan tanganku demi melihat jam berapa sekarang. "Saya buru buru. Lain kali saja." Dengan agak terpincang pincang, aku menaiki motorku yang sudah ditegakkan oleh bapak tua itu. Aku harus segera menyelesaikan deadlineku. Sakit belakangan lah "Hey.. nanti nyeri kamu tambah parah kalau gak diobati." Teriak laki laki itu ketika melihatku malah menyalakan motorku dan bersiap pergi Aku melambaikan tanganku tanda tak masalah. Setelah memakai kembali helmku, aku langsung menyalakan kembali motorku dan pergi dari sana. Deadline deadline, aku harus cepat! ⚘ "Ide loe keren kali ini Del." Puji mas Prima melihat hasil layout iklanku. "Della Dellia gitu Mas.." kataku sambil tertawa "Ya udah loe simpen aja. Besok pagi kita presentasikan ke bos bersama klien. Loe jangan sampe telat. Jam 9 udah dikantor!" "Ya elah Mas.. ini aja dah jam sebelas." Kataku protes "Abis presentasi loe bisa pulang. Janji!" "Pasluuu!" Cibirku Mas Prima tergelak sampai memegangi perutnya "Gw usahakan ndut.." "Y udah loe balik. Istirahat! Besok loe jangan telat. Dandan cantik pake dress. Ilfill gw liat loe pake jeans sama kaos gombrong mulu." "Dih najiss!" Cuihku protes "Gw potong bonus loe kalau gak pake dres. Perjanjiannya kalau rapat sama client emang pake dress dodol!" "Iyee iyee.. mudah mudahan ada yang cukup" "Jangan makin bengkak napa sih loee! Cantik kalau bengkak itu gak bagus nduut!" Mas Prima menoyor kepalaku pelan. Kami sudah terbiasa ledek ledekan tanpa saling sakit hati. "Sendirinya cungkring aja gw kagak protes weww! Udah ah balik dulu!" Aku menyambar jaketku dan tasku yang sudah siap. Aku melambaikan tanganku ke arah mas Prima dan bergerak menuju lift. ⚘ Sumpah ya.. pengen aku telen tuh orang. Sok pinter banget. Sok kecakepan lagi. Emang sih cakep, ganteng lagi, tapi apa harus menghina separah itu. Mataku menatap nyalang. Bibirku merengut kesal. Pria berjas hitam dan berdasi merah maroon itu mengkritik ide iklanku tidak tanggung tanggung. Dia lelaki yang tak sengaja menabrakku kemarin sore. Aku masih ingat wajahnya yang bening tapi nyatanya bengis itu. "Cuma segini kemampuan kalian? Konsep iklannya kurang orisinal, ambigu, dan tidak menyampaikan misi dari produk yang kami tawarkan. Apa ada alternatif lain?" Bangsul! "Baik Pak, saya akan coba edit lagi kalau memang Bapak kurang puas. Bagian mananya yang Bapak bilang kurang orisinil? Biar team creative kami revisi." Mas Prima mencoba bersikap wajar walau aku lihat dia mengepalkaan tangannya tanda emosi. Baru kali ini iklan kami ditolak mentah mentah. "Saya mau yang baru. Konsepnya natural dan tidak ambigu seperti ini!" "Baik. Lusa kami siapkan konsep terbarunya." "Saya mau besok. Jam yang sama!" Whaat?? Mataku melotot tak percaya. "Kami usahakan" mas Prima menjawab diplomatis. Tanpa basa basi lagi, mas Prima menyeretku keluar dari ruangan rapat ini. "Heyyy.." sebuah suara menahanku Aku dan mas Prima menoleh "Kamu yang kemarin tabrakan dengan saya kan? Kaki kamu sudah baikan?" Oohh dia ternyata ingat "Sorry. Kamu sudah berobat?" Aku menatapnya dengan pandangan jutek. "Tidak perlu!" Langsung aku berbalik dam menuju pintu keluar diiringi mas Prima. Pak Hans bos besar kami terlihat masih tertinggal didalam. Sepertinya dia sedang melobi kembali calon klien kami itu. Setengah meringis, aku menuju pintu lift menuju lantai bawah. Jujur tadi pagi aku agak meriang. Sepertinya memang efek tabrakan kemarin sore itu. Tapi karena teringat rapat pagi ini, aku semakin tidak memperdulikan lagi kondisi tubuhku. "Kamu kenal Pak Rama Del?" Mas Prima memicingkan matanya padaku penasaran. "Gak" Mas Prima mengguncangkan bahuku sambil menatap jahil padaku "Loe pacaran sama dia? Dia care banget lhoo.." "Dodooll.. kenal aja enggak koq pacaran." Cetusku sambil memutar bola mataku. Mas Prima tertawa keras. Dia memang sereceh itu kalau bersamaku. Ting Bersamaan dengan pintu lift terbuka, ponsel mas Prima berdering nyaring. Aku menatap penasaran ketika dia mengangkat ponselnya "Siapa?" Dia langsung mengangkat panggilan itu pada dering ke 2. "Ya Pak.." "...." "Apa? Serius Pak?" "...." "Sama saya juga?" "..." "Oh baik Pak. Saya minta dia naik lagi sekarang" Mas Prima menutup ponselku sambil menganga tak percaya. "Pak Hans?" Dia mengangguk mengiyakan. Lalu mengepalkan tangannya tanpa sadar dan berteriak bahagia "YESS ! YESS ! YESS !" "Apaan sih mas..."tanyaku penasaran. "Iklan kita di terima Del.. tapi loe harus naik lagi ketemu dia sekarang" "Apa?" Cicitku tak percaya "Loe sendiri naik sekarang. Disuruh revisi langsung katanya. Ditunggu bos!" "Sendirian?" "Yup sendirian. Udah cepet sono!" Desak mas Prima tak sabar. Mataku terbelalak tak percaya. Sendirian? Kenapa harus sendirian?? ⚘

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

Skylove (Indonesia)

read
108.8K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.0K
bc

T E A R S

read
312.4K
bc

Sweetest Diandra

read
70.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook