bc

Kemampuan Anehku

book_age16+
327
FOLLOW
2.0K
READ
adventure
dark
tragedy
mystery
scary
witty
special ability
horror
like
intro-logo
Blurb

Mimpi itu menjadi nyata. Seolah-olah itu adalah gambaran masa depan yang telah ditunjukkan di awal. Wajah-wajah hancur nan penuh darah itu sungguh memuakkan dan menyeramkan. Tak bisakah mereka mengganti wajah itu dengan yang lebih bagus? Dan sebuah masa lalu yang terlihat, di saat jemarinya menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu itu. Itu benar-benar sangat menakutkan.

Itulah tiga kemampuan aneh yang dimiliki oleh seorang lelaki tampan yang bernama Alvaro Aditama setelah ia mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Berbagai kejadian di luar nalar turut menghiasi hari-harinya. Dimulai dari kisah meninggalnya salah satu teman kampusnya, kejadian menyeramkan saat study tour, dan masih banyak lagi.

Beruntungnya ia selalu dikuatkan oleh para sahabatnya. Terutama sang sahabat perempuannya yang bernama Delia Aprilia. Dari situlah ia belajar untuk menerima kenyataan itu. Hingga pada akhirnya, dia mampu melewati setiap kejadian yang dialaminya itu.

Namun, apakah kemampuan anehnya itu akan terus ada pada dirinya sampai akhir waktu nanti? Atau justru malah akan hilang pada waktu tertentu?

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Alvaro ...!" "Pak, Bu. Cepat! Tolong bawa teman saya ke rumah sakit!" Seorang gadis cantik nampak panik di kala dirinya melihat seseorang yang tergeletak di jalanan dengan kondisi tubuh bersimbah darah. Gadis itu adalah Delia, dan seseorang yang mengalami kecelakaan itu adalah Alvaro, temannya. Delia heran sekaligus kesal dengan orang-orang itu. Bagaimana tidak? Jelas-jelas ada orang yang sedang membutuhkan pertolongan, mereka malah menontonnya saja. Namun beberapa saat kemudian, ia bisa bernapas lega meski belum sepenuhnya di kala mobil ambulan datang dan membawa tubuh Alvaro yang bersimbah darah ke rumah sakit. "Halo, San," ucap Delia di telepon. "Halo juga Delia. Ada apa nelpon aku. Kangen, ya?" tanya orang itu. "Heh, ini bukan waktunya bercanda. Kamu cepat beritahu teman-teman yang lain dan juga orang tua Alvaro untuk cepat-cepat pergi ke rumah sakit!" perintah Delia. "Hah? Memang siapa yang sakit?" "Alvaro kecelakaan, San," jawab Delia. "Apa? Oke, sekarang kamu tunjukin rumah sakit mana dan Alvaro dirawat di kamar nomor berapa?" "Nanti aku SMS. Sekarang cepat kamu beritahu semuanya!" perintah Delia. "Aku masih di ambulan, dalam perjalanan ke rumah sakit," tambahnya. Delia pun menutup teleponnya dan mengetikkan nama rumah sakit yang akan dituju serta mengirimkannya dalam bentuk SMS ke Ihsan. Soal kamar nomor berapa, ia akan memberi tahu pada Ihsan nantinya. "Al, sadar Al," ucap Delia sembari meneteskan air mata. Ia berdiri terpaku ketika Alvaro telah dibawa ke sebuah ruangan oleh Dokter dan juga Suster. Ia hanya bisa berharap semoga Alvaro bisa bertahan hidup. Dalam sedihnya, Delia mengetikkan ruangan yang akan ditempati Alvaro dan mengirimkannya ke Ihsan. Tak terasa, air matanya seolah-olah bertambah deras hingga layar ponselnya basah oleh air bening itu. "Kamu pasti kuat, Alvaro. Kamu pasti kuat," ucap Delia pelan pada dirinya sendiri. Ia berada di kursi tunggu di depan ruangan Alvaro sembari menunggu hasil penanganan pertama oleh sang dokter dan suster. "Kumohon, jangan menyerah. Aku nggak mau kamu ninggalin aku," ucapnya lagi seraya menyeka air matanya. Tak lama kemudian, Ihsan dan teman-teman Delia yang lain sekaligus orang tuanya Alvaro berlarian menuju tempat Delia berada. "Delia, gimana keadaan Alvaro?" tanya ibu Alvaro sembari meneteskan air matanya. Delia diam tak menjawab. Ia cuma menggeleng kecil dan memberikan senyuman pada kedua orang tua Alvaro sebagai isyarat bahwa semua akan baik-baik saja. Tak lama kemudian, seorang dokter terlihat keluar dari ruangan di mana Alvaro dirawat. Sontak, mereka yang menunggu pun langsung berjalan cepat menuju ke arah dokter itu. "Dok, gimana keadaan anak saya, Dok?" tanya ibu Alvaro dengan cemasnya. "Maaf Bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi ...." "Jangan bilang kalau anak saya tidak bisa diselamatkan!" bentak ayah Alvaro yang membuat semuanya kaget. "Tenang dulu, Yah. Dengarkan dulu penjelasan dokter!" ucap ibu Alvaro. "Anak Bapak dan Ibu sekarang dalam keadaan koma," jelas sang dokter. "Koma, Dok?" tanya ibu Alvaro seraya meneteskan air matanya. "Iya, saya harap Ibu dan Bapak bisa tabah," ucap sang dokter. "Tapi, masih bisa sembuh kan, Dok?" tanya ibu Alvaro dengan tatapan penuh harap. "Semoga saja, Bu. Hanya keajaiban yang bisa membuat anak ibu seperti sedia kala," kata dokter. "Kalau begitu, saya permisi dulu," lanjut sang dokter sembari melangkah pergi. Ibu Alvaro hanya bisa menangis setelah kepergian sang dokter. Ia selalu mengingat saat-saat sebelum anak semata wayangnya itu terlibat dalam kecelakaan. Sebuah kecelakaan yang kini membuat Alvaro terbaring lemas dalam keadaan koma. Flashback "Bu, aku berangkat, ya," ucap Alvaro seraya mencium punggung tangan ibunya. "Loh, bukannya ini hari Minggu, ya? Kan kuliah libur, kamu mau ke mana?" tanya ibunya. "Aku memang bukan mau kuliah kok, Bu," jawab Alvaro. "Lalu mau ke mana?" tanya ibunya lagi. "Gak tahu sih, Bu. Nyari tempat yang tenang aja. Refreshing otak lah, Bu," jawab Alvaro. Ibunya bingung dengan jawaban Alvaro. Tapi ia pun tetap mengizinkan Alvaro untuk pergi. Lagipula, untuk pemuda berusia 19 tahun seperti Alvaro, mana mungkin akan hilang ataupun diculik. "Jadi ini maksud dari kata-kata kamu, Nak?" tanya ibu Alvaro pada diri sendiri dengan keadaan masih terus menangis. "Maaf Tan, memang Alvaro bilang apa?" tanya Delia penasaran. "Tadi pagi dia bilang kalau dia akan pergi ke tempat yang bisa membuatnya tenang," jawab ibu Alvaro lemah. Alvaro Aditama, seorang lelaki tampan yang kini tengah terbaring lemah di salah satu ruangan rumah sakit. Kesadarannya dinanti-nantikan oleh banyak orang, terutama kedua orang tuanya serta keenam teman baiknya. Apakah takdir akan membawa Alvaro terlalu cepat untuk menghadap sang pencipta? Atau mungkin suatu keajaiban datang dan membuat Alvaro keluar dari masa-masa koma? Hari kedua semenjak insiden kecelakaan yang dialami Alvaro, ia masih belum tersadar. Sepulang kuliah, keenam teman baik Alvaro pun datang ke rumah sakit untuk menjenguknya. Mereka berenam adalah sahabat terbaik yang selalu ada untuk Alvaro dalam keadaan apapun. Begitu juga dengan Alvaro yang selalu ada untuk mereka. Mereka sangat terpukul dengan keadaan Alvaro yang kini mereka saksikan. Si pemilik tubuh ideal dengan ketampanan wajah di atas rata-rata itu seolah-olah sudah tak punya tanda-tanda kehidupan lagi. Namun yang lebih parah lagi adalah seorang wanita paruh baya yang kini berada di samping Alvaro, siapa lagi kalau bukan ibunya. Ia terlihat habis menangis, tapi ketika keenam orang itu datang, ibu Alvaro mencoba menyembunyikan tangisnya. Malam harinya pun sama. Alvaro masih tak kunjung sadar. Tiga sahabatnya, Ihsan, Reyhan dan Delia, yang setia menanti di sana pun hanya bisa berharap-harap cemas. "Rey," panggil Ihsan. "Apa?" "Anterin aku ke kamar kecil," jawab Ihsan. "Ke kamar kecil aja minta dianterin, kah? Kayak bocah aja," ucap Reyhan. "Ini rumah sakit, Rey. Kalau malam kayak gini pasti sepi," kata Ihsan. "Ya terus kenapa kalau sepi?" tanya Reyhan. "Aku takut," jawab Ihsan jujur dengan berbisik. "Cih. Hah, yaudah ayo cepat!" Suasana rumah sakit yang sepi ternyata benar-benar membuat bulu kuduk merinding. Hanya ada satu atau dua orang yang lewat di lorong-lorongnya. Ihsan merapatkan tubuhnya ke Reyhan. Nampaknya ia memang sedang takut. "Dah, cepat!" perintah Reyhan. "Kamu tunggu di sini! Jangan ke mana-mana!" pinta Ihsan. "Iya. Cepetan!" Rasa takut yang ia punya membuatnya merasa ragu untuk masuk ke kamar kecil. Terbayang-bayang tentang hal-hal yang harusnya tidak ia bayangkan. Hanya ada satu pemikiran yang tidak bisa lepas, yaitu tentang hantu. Bagaimana jika seandainya di dalam sana tiba-tiba ada hantu? Namun karena sudah tak tahan lagi, ia pun memberanikan diri untuk masuk. Segeralah ia membuang hajatnya sembari kepalanya yang tak bisa diam. Ia menoleh ke sana ke sini untuk memastikan bahwa keadaan di dalam aman. Tok! Tok! Tok! Hingga kemudian terdengar bunyi pintu kamar kecil yang diketuk. Berdebar lah rasanya jantung yang ia punya. Ia menelan ludahnya dengan susah payah, mencoba mengumpulkan keberaniannya. "Rey, kamu masih di sana, kan?" tanyanya. Namun sunyi, tak ada sahutan. Bunyi pintu diketuk masih ia dengar. Sialnya air seninya seolah sudah terlalu banyak menumpuk sehingga tak kunjung berhenti. Dengan tubuh yang gemetar, ia kembali bertanya. "Rey, nggak usah bercanda deh, ah!" pinta Ihsan. Ketakutan benar-benar melanda hatinya. Dengan cepat ia menyelesaikan hajatnya dan membasuhnya. Lalu setelah itu, dengan keadaan tubuh yang gemetar hebat dia langsung memakai celananya. "Rey, gak usah main-main!" Dan di saat itulah ia seperti mendapatkan sahutan. Namun bukan lewat suara keras, melainkan lewat bisikan yang kata-katanya tak terdengar dengan jelas. Ia semakin yakin bahwa sang pengetuk pintu itu adalah Reyhan. Keluarlah ia dari sana dan mendapati Reyhan sedang berjalan menuju kamar kecil itu, seolah-olah dirinya baru saja datang ke sana. Padahal Ihsan tahu kalau Reyhan harusnya sudah berada di depan sana sedari tadi. "Parah. Nggak usah nakut-nakutin bisa gak, sih? Pakai acara ngetuk-ngetuk pintu sambil bisik-bisik segala pula. Untung aku pemberani. Udah ah, ayo kembali!" ajak Ihsan. Ia berjalan terlebih dahulu meninggalkan Reyhan. "Lah. Apa maksudnya? Kapan aku ngetuk pintu kamar mandi dan bisik-bisik? Gak jelas," ucap Reyhan. gak bingung. Ia juga ikut pergi dari sana. Dan tanpa sepengatahuan mereka berdua, di dalam kamar kecil tempat Ihsan buang hajat tadi, kini berdiri sesosok wanita berpakaian serba putih dengan rambut gimbal yang terurai ke depan sampai menutupi wajahnya. Satu Minggu kemudian.... Tak terasa sudah satu Minggu lebih seorang Alvaro Aditama terbaring lemas tak berdaya di tempat yang sama. Belum ada tanda-tanda yang menunjukkan akan kesadarannya. Matanya masih menutup sempurna. Rasanya sudah tidak ada harapan lagi baginya untuk hidup lebih lama. Namun kematian adalah takdir dari sang pencipta. Di dalam ruangan itu, kini hanya ada seorang Delia Aprilia yang masih setia menemani meski dengan derai air mata yang tak kunjung berhenti. Ia menggenggam erat tangan Alvaro, seolah ia sedang menyalurkan nyawanya ke tubuh Alvaro. Sedih rasanya melihat seseorang yang dicintai terbaring lemas seperti itu. "Apa salah dia, Tuhan? Sehingga dalam umurnya yang masih cukup belia ini engkau membuat dia seakan tak mempunyai nyawa," ucap Delia pelan. Seakan-akan dia protes kepada sang pencipta. Delia kembali menangis. Ia meletakkan kepalanya di d**a bidang Alvaro. Air matanya mengalir deras, sebagian mengenai baju Alvaro. Setelah puas menangis, ia pun kembali menegakkan kepalanya dan menatap Alvaro dengan tatapan nanar. Tatapannya tak berpaling sama sekali dari wajah pucat Alvaro. Tangannya pun menggenggam erat tangan lelaki tampan itu. Tak ada yang bisa menggambarkan tentang rasa sedih Delia. Hanya air mata lah yang bisa ia gunakan untuk menghapus semua kesedihan itu, meski ia pun tahu kesedihan itu akan kembali lagi. "Bangunlah Alvaro! Andai kau tahu soal kesedihanku. Soal rasa takut kehilangan dirimu. Aku tahu aku bukan siapa-siapa kamu, Alvaro. Aku mohon, bangunlah! Aku ingin memperlihatkan tentang rasa sayangku padamu. Bukan sebagai sahabat, melainkan sebagai sepasang kekasih," ucap Delia dalam hati. Entah kenapa, perasaan sedih itu seolah-olah tak dapat dihapus oleh Delia. Di saat air matanya sudah mengering, tiba-tiba muncul air mata baru yang membasahi lagi. Bukan berarti dia itu gadis yang lemah, tapi memang keadaan lah yang memaksanya untuk berbuat demikian. Delia menatap Alvaro lekat. Air matanya jatuh berderai membasahi kedua pipinya. Sesekali jatuh pula tetesan air bening itu dan mengenai tubuh Alvaro. Delia mencoba mengusap air matanya dan hendak melangkah pergi, namun di saat itu pula ia melihat sesuatu yang menakjubkan. "Alvaro!" teriaknya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Scandal Para Ipar

read
693.5K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
623.9K
bc

Menantu Dewa Naga

read
176.9K
bc

Marriage Aggreement

read
80.7K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.2K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook