bc

7 MIRACLE (INDONESIA)

book_age16+
3
FOLLOW
1K
READ
HE
opposites attract
heir/heiress
tragedy
like
intro-logo
Blurb

7 hari untuk satu keajaiban? mungkinkah ...

Pernikahan Hyeri dan Jinyoung diambang perceraian. Setelah dua bulan lamanya lelaki itu pergi dari rumah, ia kembali dan meminta cerai terhadap Hyeri.

Hyeri setuju, tapi dengan satu syarat. Wanita itu ingin mereka tinggal bersama dan melakukan hal-hal yang selalu mereka lakukan dulu selama 7 hari.

Apabila dalam waktu 7 hari perasaan Jinyoung masih sama, maka wanita itu bersedia untuk bercerai.

Tapi apa yang akan terjadi saat perasaan Jinyoung mulai terusik, bahkan di hari pertama dirinya menerima permintaan Hyeri.

Dan apa alasan sebenarnya Jinyoung berniat menceraikan Hyeri?

chap-preview
Free preview
Prolog + Day 1
Aku duduk di hadapannya. Di depan dia yang tiga tahun lalu kupinang dengan janji suci atas nama Tuhan. Sudah hampir lima belas manit kami terjebak dalam hening, ia masih saja tersenyum manis. Namun meski begitu, mata indahnya tak bisa berbohong. Terlihat jelas rasa kecewa, terluka juga sakit hati di sana. Ia menyodorkan kembali sepucuk kertas yang beberapa saat lalu sempat ku serahkan padanya. "Boleh aku meminta satu hal padamu, aku janji ini yang terakhir." Suaranya lembut juga menenangkan, satu hal yang dulu selalu aku sukai. "Bisakah kita menjalani semuanya seperti dulu? Hanya satu minggu. Jika dalam satu minggu perasaanmu masih sama, maka aku akan menandatangi surat perceraian kita." Aku terdiam. Iya, aku memang akan menceraikannya. Entahlah, aku hanya merasa kami sudah tidak cocok. Tak lagi sejalan ataupun sepemikiran. Satu minggu, hanya satu minggu. Waktu yang cukup singkat bila dibandingkan dengan tiga tahun. Tapi entah kenapa aku merasa berat, sulit untuk berkata Ya ataupun Tidak. Ia masih diam, masih tersenyum menunggu jawaban dariku yang masih bimbang. "Kau tak perlu memaksakan diri, ini hanya permintaan terakhir. Tak perlu merasa terbebani dengan ini. Jika kau tidak bisa berlaku sama seperti dulu, cukup tinggal bersama selama tujuh hari sebagai pengganti rinduku esok nanti," ia menjelaskan pelan. Aku menghela napas berat, sulit. "Baiklah, akan ku lakukan. Kita akan tinggal bersama dan melakukan semua yang dulu pernah dilakukan, selama satu minggu, Hyeri." Ia tersenyum lebih lebar, jujur itu sangat manis. "Terimakasih. Jadi, bisakah ... kau kembali ke rumah?" Aku mengangguk dan tanpa sadar tersenyum. Hanya satu minggu. Hanya tujuh hari …. *** "Kembali ke awal." "Selamat pagi Jinyoung," sapaan itu ku dapat begitu membuka mata. Ia tengah tersenyum sembari menyibak gorden kamar kami. Ah, sudah lama rasanya sejak terakhir kali aku berbaring di sini. Ia mendekat, mensejajarkan wajanya denganku yang masih betah berbaring. "Kau tak mau mencium ku?" aku mengerjap. Salah satu kebiasaanku dulu mengecupnya di pagi hari begitu membuka mata. Ragu-ragu aku bangun, menatapnya yang lagi-lagi mengumbar senyum tulus. Tanpa banyak bicara aku membantunya untuk duduk di ranjang, kemudian mendekatkan wajah dan mendaratkan satu kecupan ringan di kening. "Selamat pagi, istriku," sapaku canggung. Jujur saja, menjauh selama hampir dua bulan membuatku agak canggung melakukan interaksi bersama Hyeri. Tapi entah kenapa, sesuatu dalam hatiku menghangat tatkala ia tersenyum lebih cerah. Ia kemudian menarik tanganku, membawaku turun ke lantai bawah. "Cobalah, aku membuatnya special untukmu." Di hadapanku sudah ada satu piring nasi goreng kimchi. Aku menatapnya yang juga menatapku, ia terlihat menanti reaksi ku begitu aku mulai menyuap. "Selalu enak," gumamku sambil mengunyah. Aku tak berbohong untuk itu, rasa masakan Hyeri memang selalu lezat bahkan jika ia hanya memasak ramyeon. "Dan kau selalu menyukainya, benar," aku mengangguk setuju, karena memang itu kenyataanya. "Baiklah, makanlah yang banyak. Kau tampak sedikit kurus, tapi tak apa. Aku tetap menyukaimu, selalu." Aku berhenti mengunyah, hatiku seakan tertohok dengan ucapannya. "Tak perlu dipikirkan, aku hanya asal bicara. Ah iya, bisakah kau libur hari ini?" Aku mengernyit bingung. "Mau kan menemaniku belanja bahan makanan, kau bebas memilih kue manis apapun," aku menimang. Jika dulu mungkin aku langsung berkata Ya dengan cepat. Tapi untuk saat ini, entah kenapa aku harus berpikir lebih dulu. Pada akhirnya aku mengangguk, ia tersenyum senang sebelum kemudian beranjak untuk mencuci peralatan makan. "Kau mandilah dulu, aku sudah memilihkan pakaian untukmu. Maaf jika tidak sesuai dengan seleramu, kau bisa menggantinya." Aku mengangguk kecil sebelum kembali ke arah kamar. Di atas ranjang sudah ada satu set pakaian lengkap. Style kesukaan Hyeri yang entah sejak kapan juga jadi favoritku. Kembali mengenakan pakaian yang Hyeri pilihkan, membuat sesuatu dalam dadaku berdesir. Aku segera keluar begitu satu panggilan menginterupsi. "Tampan," bisiknya pelan, namun masih bisa ku dengar. Aku sedikit bangga untuk itu, Hyeri jarang mau mengakui jika aku tampan. "Tunggu sebentar ya, aku akan bersiap. Tak akan lama," aku mengangguk seadanya. Sambil menunggu Hyeri bersiap, aku memilih duduk sambil membuka majalah yang ada di meja. Tak ada yang spesial, suasana rumah masih sama. Bahkan semua perabot juga. Tak sengaja, mataku menatap pigura foto pernikahan kami. Di sana, senyum cerah tertera dengan jelas. Tanpa perintah aku berjalan mendekat, memperhatikan foto bersejarah kami dari dekat. Tanganku terulur, mengambil satu album foto yang kutahu persis ada di dalam laci tak jauh dari tempatku berdiri. Aku tersenyum tanpa sadar. Lagi-lagi memori bahagia dulu merambat dalam hati, seolah meminta untuk diingat meski sebenarnya berat. "Kau sedang apa?" *** Troli yang ku dorong sudah hampir penuh. Hyeri yang berjalan di depan masih melihat-lihat rak berisi ramyeon instant. Ia terlihat bingung memilih. "Kau mau Jin ramyeon atau Yeol ramyeon? Atau yang lain?" ia bertanya namun tak menatapku, pandangannya sibuk menelisik bungkus mie yang ada di kedua tangannya. Tanpa perintah, aku terkikik kecil. Secara spontan ingatanku kembali memutar memori lama, Hyeri selalu menanyakan segala hal padaku, meminta persetujuan dariku meski ia sendiri sudah tahu apa jawabannya. "Kenapa tertawa?" ia bertanya polos sembari mengedipkan mata. Sungguh menggemaskan. "Kau masih saja bertanya, padahal kau sendiri sudah tahu apa jawabannya. Aku akan memakan apapun yang kau masak, sekalipun kau memasukan racun di dalamnya." Lagi dan lagi Hyeri tersenyum. Ia mengandeng lenganku erat setelah meletakan beberapa bungkus mie dalam troli. "Aku tidak tahu kau sadar atau tidak saat mengatakan itu. Tapi terimakasih karena masih mengingat momen kecil kita," Aku tetegun. Benar, tanpa sadar aku mulai masuk dalam ingatan masa lalu. Mulai kembali hanyut dalam indahnya kenangan waktu dulu, sebenarna ada apa denganku? "Cha, ayo ke kasir dan bayar ini. Kau bawa dompet kan?" Tak ada hal yang istimewa hari ini. Hanya sedikt berbelanja juga bersantai seharian sambil mengobrol ringan, hal yang selalu kami lakukan saat aku libur bekerja. Waktu baru saja menunjukan pukul sembilan, tapi Hyeri sudah terlihat mengantuk. Itu terbukti dari kepalanya yang beberapa kali terantuk ke arah depan. Aku yang duduk di sampingnya menatap gemas. Dengan gerakan pelan aku mulai meletakan tanganku di antara leher juga kakinya. Menggendongnya ala pengantin baru menuju kamar di lantai dua. Sekali lagi, tanpa sadar aku kembali melakukan hal yang dulu selalu ku lakukan. Untuk saat ini aku hanya ingin memandangi wajah polos Hyeri yang tengah terlelap. Sudah berapa lama aku pergi? Aku bahkan tak menyadari kantong matanya yang kian menghitam sejak terakhir kali aku melihatnya. "Apa yang harus ku lakukan? Apa aku menyakitimu? Aku pasti membuatmu dalam masa sulit bukan?" aku bergumam sendiri, dengan pelan ku singkirkan anak rambut yang ada di sekitar wajahnya. Hari pertama berlalu dengan lancar, tersisa enam hari. Dan jujur saja perasaanku mulai goyah meski aku baru mulai mengabulkan permintaan terakhirnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook