bc

The Gray Girl

book_age18+
3.0K
FOLLOW
27.4K
READ
drama
tragedy
comedy
twisted
sweet
Multi-professional Billionaire Writing Contest
humorous
kicking
mystery
chubby
like
intro-logo
Blurb

WARNING!! 18+

bagi yang dibawah umur dilarang mendekat! ????????????

Catatan penting!

1. Siapkan tisu sebanyak-banyaknya!

2. Jangan terlalu banyak tertawa!

3. Cerita ini dapat membuat anda berkeriput jika terus membaca!!

Savanna Ramadhani Melbrock adalah seorang gadis yang memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang kembaran, tetapi sesuatu hal terjadi dan memisahkan dia dari ayahnya. Savanna hidup bersama ibunya dari ia dilahirkan sampai ibunya meninggal ketika dia berumur 14 tahun.

Savanna memiliki warna mata kelabu yang dapat melihat pada keadaan gelap dan malam hari, gadis 23 tahun itu memiliki wajah yang mirip dengan kakak perempuannya.

setelah meninggalnya sang ibu tercinta, Savanna hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga SMA saja, berbeda jauh dengan kedua kakaknya yang mendapat pendidikan tinggi dan kehidupan mewah. Bekerja sebagai penjaga gudang pada malam hari dan menjadi seorang pengantar bunga pada siang hari. Dia bahkan tidak mau mengingat ayahnya dan kedua saudaranya lagi karena ayahnya sudah menikah dan kedua saudaranya memiliki ibu yang baru.

Ia adalah gadis bermata kelabu.

Ia adalah gadis yang terlupakan.

Jika kalian ingin berbagi sedikit kisah dengan Savanna, silakan membaca.

Namun jika kalian tak ingin, maka saya tidak memaksa.

Mari ikuti cerita saya!

chap-preview
Free preview
Bagian 1
Seorang gadis bermata kelabu sedang berjalan tergesa-gesa sambil memegang dua rangkaian bunga yang indah berjalan memasuki sebuah perusahaan yang bertuliskan SANDAWA GROUP. Savanna melihat sekeliling ruang lobi dan menemukan apa yang ia cari, lalu ia berjalan cepat ke arah resepsionis. "Permisi nona, dapatkah saya tahu dimana ruangan dari tuan Nathaniel Arya Sandawa?" tanya Savanna. Resepsionis tersebut mengamati penampilan Savanna sesaat sebelum menjawab. "Maaf dengan siapa anda? Ada perlu apa anda dengan tuan Sandawa?" tanya resepsionis itu yang masih mengamati penampilan Savanna yang menggunakan kacamata bulat, kaos hitam polos, jaket jeans dan celana jeans, sepatu sneakers serta topi biru. "Oh ya, saya Vanna pengantar bunga, saya datang atas pesanan bunga dari tuan Sandawa." Jawab Savanna. "Ah ya ternyata mbak ini yang sedang ditunggu-tunggu bos, tuan Sandawa sudah menunggu." Ucap resepsionis. "Kalau begitu dimana ruangan beliau?" tanya Savanna. "Silahkan naik lift itu dan naik ke lantai tujuh belas, lalu ada sekretaris tuan Sandawa, mbak bisa kasih ke sana." Jawab resepsionis yang bername tag Martha. "Ah terima kasih nona Martha yang cantik," ucap Savanna. Mendengar pujian dari Savanna, resepsionis yang bernama Marta itu tersenyum bangga. "Ah ya," sahut Martha. Kemudian Savanna melangkah ke lantai tujuh belas, lantai dimana pelanggan yang membeli bunganya. Ting Bunyi lift yang dinaiki oleh Savanna telah sampai dilantai tujuh belas. Savanna berjalan lurus dan seperti arahan Martha, dia menemui sekretaris tuan Sandawa. Sanora Alfaria yang merupakan sekretaris Direktur Utama Sandawa Group itu menoleh dan menatap Savanna yang sudah berdiri tegak sambil memegang dua rangkaian bunga dengan tangan mungilnya. "Anda pengantar bunga itu? Mari tuan sudah menunggu, mengapa terlambat? Tuan tidak suka orang yang terlambat beliau akan-," ucapan Sanora terputus karena mendengar suara bosnya dengan nada tinggi dari dalam ruangannya. "Tak bisakah kau mengerjakannya dengan baik? Dasar tidak becus!" ucapan bos Sanora yang terdengar dari dalam. Ruangan itu memang kedap suara tetapi pintunya tidak tertutup rapat. Savanna dan Sanora yang mendengar suara bosnya yang sedang marah tersebut menjadi terkejut. "Baru saja aku ingin bilang padamu bahwa bos itu tukang pemarah," bisik Sanora takut-takut pada Savanna. "Apakah beliau akan marah jika aku terlambat membawa bunga ini?" Savanna membalas bisikan Sanora. "Mungkin saja," ucap Sanora berbisik. Lalu terdengar bunyi interkom. Mereka berdua yang asik berbisik menjadi terkejut. Tiiiitttt "Astaga!" kaget Savanna dan Sanora. "Nora, apakah bunganya sudah tiba?" tanya Niel. "Eh sudah pak," jawab Sanora. "Bawa kesini cepat!" pinta Niel dengan nada tegas. "Baik pak," sahut Sanora. "Kau masuklah dan bawa bunga ini cepat sebelum kau dimarahi," suruh Sanora pada Savanna. Savanna menggeleng. "Anda saja nona, anda kan lebih tahu watak atasannya anda, saya tidak kenal," ucap Savanna menolak. Sanora menjadi kesal. "Eh kenapa harus saya? Kamu kan pengantar bunganya yah kamu yang harus bawa dong ke ruangan bos," balas Sanora kesal. Savanna berusaha mengelak. "Tapi kan tadi yang di tanyai anda, dan anda yang menjawab iya, lalu yang di suruh bawa oleh pak bos siapa? Saya atau anda?" balas Savanna. "Benar juga yah tadi kan aku yang ditanya bos!" batin Sanora. "Saya," jawab Sanora. "Nah itu berarti anda yang harus bawa bunga ini, ini bunganya," ucap Savanna sambil menyerahkan dua rangkaian bunga itu pada Sanora. Sebelum Sanora memasuki ruangan bosnya, Savanna menyebutkan harga bunganya. "Nona, satu rangkai harganya tujuh puluh lima ribu rupiah totalnya seratus lima puluh ribu, jangan lupa uangnya yah!" ucap Savanna pada Sanora bersemangat. Sanora mengangguk tanda mengerti. Tok tok tok Bunyi ketukan pintu pada ruangan Niel. "Masuk!" seru Niel. Sanora masuk dan menyerahkan bunga itu pada Niel. "Pak, ini bunga yang anda pesan ada-," ucapan Sanora terputus. "Kenapa lama sekali? Taruh saja di situ!" ucap Niel. "Baik pak," sahut Sanora. Sanora berjalan ke arah sofa dan menaruh rangkaian bunga tersebut lalu setelah itu dia berbalik lagi ke arah bosnya, yang niatnya ingin memberitahukan harga bunga tersebut. Niel yang sedang sibuk dengan berkas kantornya menoleh pada ponselnya yang berdering. Drrt drrt Dilihatnya nama Nathalia Sandawa memanggil. "Sebentar lagi aku akan sampai," ucap Niel. "Benarkah? Cepatlahkak," ucap seorang gadis dari seberang telepon. "Hm...kau tenang saja," balas Niel. "Ok," sahut si penelepon di seberang. "Sedang apa kau?" tanya Niel pada Sanora. "Eh...itu pak harga bunganya 150 ribu pengantar bunganya sedang menunggu di luar pak," jawab Sanora. Niel menaikan sebelah alisnya. "Pengantar bunga?" tanya Niel. Sanora mengangguk. "Ada disini?" tanya Niel lagi. Sanora mengangguk. "LALU KENAPA KAU TIDAK SURUH SAJA DIA YANG DATANG KE SINI HAH!?" teriak Niel yang membuat Sanora berjinggat kaget. "Pak itu...anu pak..." kikuk Sanora. "Suruh dia masuk!" pinta Niel. Sanora mengangguk tapi masih di tempat. "Tunggu apa lagi hah!?" kesal Niel. Sanora berjalan cepat keluar ruangan bosnya dengan tergesa-gesa. Ceklek Savanna yang sedang bersandar di dinding kantor menoleh ke arah suara pintu yang dibuka. Sanora keluar dari dalam ruangan bosnya dengan wajah pucat pasi. "Jadi uangnya sudah?" tanya Savanna girang. Sanora yang mendengarnya kesal setengah mati. "Sudah ku bilang kau saja yang masuk tadi, aku dimarahi bos, sana masuk, kau di suruh masuk, cepat!" ucap Sanora. Savanna diam dan berkedip-kedip. "Kenapa berdiri saja? Sana masuk! Kau ini benar-benar membuatku kesal." Ucap Sanora dongkol lalu menarik Savanna dan mendorongnya masuk ruangan bosnya. Savanna masuk niatnya ingin meminta bantuan Sanora, tapi Sanora sudah kembali ke meja kerjanya. Jadi dengan keadaan terpaksa Savanna sendiri yang berjuang. "Permisi pak...saya pengantar bunganya, " sapa Savanna. Niel menoleh dan memandangi gadis pengantar bunga itu dengan tajam. "Sudah terlambat, lelet, lamban tak bertanggung jawab lagi," cerocos Niel. "Astaga sama saja itu artinya, banyak sekali sih memangnya ini disuruh mencari arti sinonim apa," batin Savanna. "Maaf pak tadi ada kecelakaan dan menyebabkan kemacetan panjang apalagi kan siang-siang bolong begini panas lagi, mana matahari terlalu terang dan saya harus berlari-lari belum lagi banyaknya orang yang berlalu lalang dan--," ucapan ngaur Savanna terhenti. "Stop! Kau pikir aku akan mendengar alasan tidak pentingmu itu?" tanya Niel. "Setidak--," terputus lagi ucapan Vanna. "Simpan saja untukmu mengikuti lomba bertutur di sekolah." Tandas Niel. "Tapi pak--," lagi-lagi ucapan Vanna terputus. "Jangan banyak alasan," ucap Niel dengan tajam. "Saya hanya--," dan ucapannya terputus lagi. "Itu urusanmu bukan urusanku," tukas Niel. Savanna dibuat naik darah olehnya. "Bertanya padaku tapi malah menyuruhku tidak menjawab dasar iblis." Batin Savanna dongkol luar biasa. "Kenapa diam? Karenamu aku sudah terlambat untuk memberikan bunga ini pada adik tersayangku," ucap Niel. Ucapan Niel tersebut secara tidak langsung seperti menghantam kepala Savanna dengan batu dan sesak di dadanya. "Adik tersayangku," batin Savanna pedih. "Maaf membuat anda menunggu tuan, ini kesalahan saya." Ucap Savanna menyesal. Niel yang mendengar ucapan itu merasa puas. "Baiklah ini harga bunganya, jika nanti aku memesan bunga lagi jangan sampai terlambat, mengerti?" tanya Niel sambil memberikan harga bunga pada Savanna. Savanna mengangguk dan mendongak melihat wajah Niel. Mata kelabunya bertubrukan dengan mata coklat Niel. Niel memandangi mata kelabu Vanna dan menelusuri wajah gadis yang berada di depannya. Keningnya berkerut seakan mengenal gadis ini. "Kau...aku seperti mengenalmu," ucap Niel ragu-ragu lalu dipandangi lagi wajah itu. "Benarkah?" tanya Savanna. "Yah kau adiknya Alfario?" tanya Niel dengan ragu-ragu. Savanna merasa sesak mendengar pertanyaan itu. "Maaf anda salah orang, saya tidak punya kakak, permisi." Tukas Savanna ketus lalu berjalan keluar dari ruangan Niel dengan muka ditekuk. "Hey tunggu!" seru Niel. Drrt drrt "Aku akan kesana," jawab Niel dalam panggilannya. Savanna melewati sekretaris Niel dengan wajah masam dan mengucapkan. "Permisi." Sanora mengangguk dan heran dengan ekspresi yang dibuat Savanna. "Ada apa dengan dia? Masam sekali wajahnya, apa jangan-jangan...dia dimarahi bos?" bisik Sanora pada dirinya sendiri. "Astaga kasihan sekali dia, dia kan belum tahu tabiat bos, ckck." Ucap Sanora pada diri sendiri. .................. Savanna keluar dari perusahan yang baru saja di masukinya yang membuat hati Savanna dongkol luar biasa. "Dasar buta tak bisahkah dia membedakan mana diriku dan mana orang lain?" omel Savanna. "Memanggnya adik Alfario yang manja dan cengeng itu bisa berpanas-panasan membawa bunga kesini kemari sambil berlari-lari seperti di kejar anjing di siang bolong begini apa?" cerocos Savanna kesal. "Hm...orang kaya." Tukas Savanna dan melanjutkan jalannya kembali ke toko bunga dimana dia bekerja. .......... Nathaniel sedang memasuki sebuah restoran mewah di salah satu kota Bandung yang terkenal akan masakan Italianya. Menoleh sambil melihat sekelilingnya dan mendapati apa yang ia lihat. Seorang gadis perparas cantik dengan rambut sepinggang yang di urai melambaikan tangannya pada sang kakak. "Sini kak!" panggil Nathalia. Niel berjalan ke arah adik kesayangannya itu sambil menentang dua rangkaian bunga yang baru saja didapatkannya. "Kau sendiri, dimana mama?" tanya Niel. "Mama harus menemani papa ke salah satu acara rekan bisnisnya," jawab Thalia. Niel yang mendengarnya agak kecewa, pasalnya dia sudah memesan bunga dan ingin memberikannya langsung pada mama-nya itu, tapi apa dikata mamanya sedang ikut pergi bersama ayahnya. "Oh...ini untukmu khusus untuk adik tersayangku," ucap Niel. "Wah bunga...cantiknya...terima kasih kakakku." Puji Thalia girang. "Ok," sahut Niel. "Kau tidak memesan makanan? Ini sudah jam makan siang" tanya Niel. "Oh sebentar lagi, aku sedang menunggu temanku kak, kau tahu Serafina?" jawab Thalia dan bertanya pada kakaknya. "Serafina...Wiraya?" jawab Niel dengan ragu-ragu. "Yaps tepat sekali, dia akan datang dengan tunangannya, aku mengundang mereka kesini, katanya sih Akhsan baru pulang dari Singapur kemarin," celoteh Thalia. Niel hanya manggut-manggut tanda mengerti. ................... Savanna duduk di kursi kantin dekat tempatnya bekerja pada siang hari. "Wan, nanti malam kamu ikut kan jaga malam?" tanya Savanna pada temannya, Wawan. "Istri aku bawel terus nih semenjak kehamilannya yang ke lima bulan, dia susah tidur maunya sih aku usap-usap perutnya, tiup-tiup perutnya, sama belai-belai punggungnya," bawab Wawan sambil curhat akan sifat hamil istrinya. "Istri kamu pengen di manjain tuh, kan hampir setiap malam kamu kerja malam terus kasihan kan dia nggak dapat belaian darimu hahahaha!" balas Savanna sambil tertawa. "Ck kamu ini bagaimana sih aku kan sedang curhat masa ditertawain," omel Wawan. "Lagian kenapa mesti curhat sama aku? Aku kan belum nikah hahahahaha gak pernah hamil lagi hahahaaha!" ucap Savanna sambil tertawa. "Hem...pasrahlah diriku..." lirih Wawan. "Tadi aku terlambat bawa bunga pesenennya orang, trus aku dimarahin, mana pelanggangnya cerewet, pemarah, laki-laki pula, hidup lagi," cerocos Savanna dengan cemberut. Wawan menaikan sebelah alisnya dan berkata. "Curhat nih?" Savanna mulai dongkol. "Nggak, reper tadi." Oceh Savanna. Pluk! Sendok melayang di kepala Wawan. "Aw...hei sakit GG ngapain sih kamu pukul-pukul aku pakai sendok segala? Pamali tahu." Kesal Wawan. "Siapa suruh nyahut?" balas Savanna. "Barusan kamu yang duluan nyahut perkataanku kok, kok malah gitu sih?" elak Wawan. "Bodo amat, sekarang aku tuh lagi dongkol jangan dibikin dongkol lagi, mau langsung aku siram pake kuah bakso ini?" ucap Savanna bercanda. "Kalau berani ayo siram," tantang Wawan. "Oh yah udah ni..." sahut Savanna. Byuur... "Aw...Vanna panas tahu...kamu ini gimana sih bercandanya kelewatan deh...ish...dasar tukang ganggu orang aja," cerocos Wawan karena mendapat cipratan kuah panas bakso dari Savanna. "Eits sabar...ingat istrimu lagi hamil jangan ngatain orang sembarangan pamali tahu," balas Savanna. Wawan diam dan menatap Savanna dengan kesal. Savanna yang mendapat tatapan kesal dari temannya itu memberikan senyuman tanpa dosa. "Bercanda tapi kamu sih nantang kan tadi aku lagi dongkol" ucap Savanna. Wawan mengusap-usap dadanya sambil berkata. "Sabar, sabar istri sedang hamil tahan emosi..." ucap Wawan. "Hehehehe..." kekeh Savanna. "Aku dengar Serafina Wiraya akan tunangan yah?" wawan bertanya. Savanna menghentikan suapan baksonya. "Tahu dari mana?" tanya Savanna. "Dari TV kemarin katanya tunangannya yang punya museum terkenal itu baru datang dari Singapur," jawab Wawan. Savanna hanya terdiam. Seakan tak memahami ekspresi Savanna yang mulai berubah Wawan terus melayangkan pertanyaan. "Kenapa kamu nggak pergi aja temuin mereka dan bilang kalau kamu juga anak Pengusaha teh yang terkenal itu?" "Siapa tahu kamu bisa melanjutkan sekolah kamu, kamu harusnya dapat hidup layaknya mereka yang menikmati pendidikan tinggi dan mewah, punya rumah bagus, pekerjaan bagus, bisa terkenal," sambung Wawan. "Coba saja kamu pergi kesana siapa tahu kamu bisa dapat uang dari ayahmu dan kamu bisa operasi mata kamu dan bisa sembuh," lanjut Wawan. Savanna hanya terdiam dan matanya berkaca-kaca. Perkataan dan pertanyaan Wawan seakan menamparnya. "" Batin Savanna sedih. "Lagian kan wajah kamu mirip banget sama kakak kamu yang perempuan itu, pasti mereka akan percaya saranku nih ya--," ucapan Wawan terhenti. "Jangan bicara lagi!" seru Savanna. .........

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

Mas DokterKu

read
238.6K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.3K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

Sepenggal Kisah Gama ( Indonesia )

read
5.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook