bc

UNDENIABLE DESIRE

book_age18+
2.3K
FOLLOW
18.4K
READ
love-triangle
escape while being pregnant
sensitive
drama
sweet
bxg
serious
office/work place
friendship
affair
like
intro-logo
Blurb

Siapa bilang Cinta berakhir pada saat kita menemukan orang yang salah?

Kesempatan itu selalu ada, dan jodoh akan terus mengikat walau Cinta berusaha menjauh dan pergi dari kehidupan laki-laki itu.

Karena Cinta, bukan salah kita menjatuhkan pilihan, tapi pada siapa akhirnya kita akan menemukan kebahagiaan.

chap-preview
Free preview
The Cat and Dog
Aku berjalan ke arah pantry, saat membuka pintu aku melihat sosok cowok itu. Matanya menatap tajam ke arahku. "Ya Lord, pagi-pagi liat muka lo. Bikin gw ilfil ajeh." Suara bariton menyebalkan menyambut saat tanganku membuka pintu. "Eh, ada juga gw yang ngerasa gitu! Cuih.." Aku urung membuat kopi, lebih memilih kembali keluar, menutup pintu agak kencang dan berjalan ke arah kubikelku. Mulutku tidak berhenti bergumam tidak jelas. "Napa lo? Pagi-pagi udah misuh-misuh begitu." Sapa Pingkan, sahabat kantorku. "Noh, si jijay pagi-pagi bikin gw badmood aja!" Daguku mengarah ke pantry, mata Pingkan tertuju pada cowok paling menyebalkan, cuek, sok cool sekaligus songong di kantor ini. Sahabatku malah tertawa. "Kalian tuh ya.. heran deh. Pagi-pagi udah ribut aja."  Tak lama kemudian, si cowok menyebalkan itu menghampiri kami. "Pagi Pingkan!" Dia itu memperlihatkan senyum lebar yang membuatku sakit mata. "Lagi ngomongin gw ya?" "Iiih, geeer banget sih lo jadi laki..?! Hus..hus.. nyingkir lo dari wilayah gw!" Hardikku. "Jiah, bete ya lo, orang gw lagi nyapa Pingkan!" Jawabannya semakin membuatku sebal. "Dih, kalian berdua nih.. berantem mulu. Pagi-pagi udah ribut aja. Heran gw, udah enam bulan kita kerja bareng lo berdua gak bisa akur ya.." Pingkan berdecak kearah kami. "Tar jatuh cinta aja lo berdua baru nyaho!" Aku bergidik, begitu pun cowok itu langsung memasang ekspresi ingin muntah. Sialan!! "Gila, kaya gak ada laki laen di dunia!" "Dih, sapa juga yang mau sama cewek barbar kayak lo!" Cowok itu langsung kabur saat kuangkat tape dispenser kecil yang siap kulempar kapan saja ke arahnya. Suara tawa menyebalkan mengiringi tubuhnya yang berlalu ke ujung kubikel dua meter dari tempatku. "Lo tuh ya Ta, jangan songong. Gw doain beneran jatuh cinta lo.." Cuit Pingkan. "Amit deh gw jatuh cinta ama orang kayak begitu. Kayak gak ada laki laen aja. Lo jangan sembarangan doain ya Pink!" Sahabatku hanya terkikik mendengar ucapanku. Aku duduk di kursi, pandanganku mulai fokus ke layar komputer di depanku. Hari ini ada rapat tim di kantorku. Oh, hampir lupa, aku belum perkenalkan diri. Hai, namaku Cinta Novelyn Yohanes. Umurku 22 tahun. Tinggiku 160cm dengan berat 70kg. Aku sedikit berisi untuk ukuran cewek dirata-rata usiaku. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Aku bekerja di PT.Samudera Biru yang bergerak di bidang penjualan tools untuk industri. Aku lulusan Ekonomi, langsung diterima kerja disini setelah menamatkan kuliahku. Aku bekerja di bagian sales Support, bersama temanku Pingkan, cewek bohay tapi sedikit telmi yang duduk disebelahku. Kami satu ruangan, ada 6 orang diruangan ini. Kantorku ini di ruko. Ada 5 lantai, tiap lantai berisi 6-8 orang. Lantai 5 itu ruang boss dan ruang meeting. Sedangkan aku dilantai 3. Pria menyebalkan tadi, Aldrich Moreno, adalah rekan kerja timku. Tapi sejak pertama kami masuk disini kami selalu cekcok. Entah mengapa cowok menyebalkan itu selalu berusaha mencari masalah. Untung saja ada Pingkan, cewek ini menjadi sahabatku sejak kami bekerja bersama. Pingkan sudah lebih dulu bekerja disini selama satu tahun. Dia yang membantu saat pertama kali aku belajar mengenai pekerjaanku. Orangnya baik, tidak pilih-pilih teman, padahal dia anak orang kaya. Katanya ini perusahaan Oomnya, jadi dia belajar bekerja sebelum nanti mengambil alih perusahaan papanya. Selain itu ada bu Berta, Pak Sony dan mba Yessa yang seruangan dengan kami. Mereka orang-orang lama yang sudah bekerja belasan tahun disini, tapi mereka orang yang sangat menyenangkan. Aku merasa beruntung pekerjaan pertamaku berada dilingkungan seperti ini, kecuali kehadiran kutu kupret satu itu yang sekarang sedang berjalan ke arahku dan menghempaskan file di meja. "Eh, lo nih mintain ttd ke Pak Ringgo sana! Gw udah kerjain jatah gw." Aku hanya melirik sinis ke arahnya, sambil berjalan membawa file tadi. Aku menghembuskan napas kesal. Cowok itu selalu mengeluarkan kalimat yang membuatku kesal. Ganteng juga gak, menarik sih lebih tepatnya, tapi semua itu lenyap nyap nyap karena kelakuannya yang menyebalkan. Aku mengetuk ruangan atasanku. "Masuk".  Aku mendengar suara dan mendorong pintu. Tetapi orang yang kulihat bukanlah pak Ringgo yang biasa. Aku kembali menutup pintu dan menatap sekertaris di depan ruangan bosku. "Ehm, Riska.. ini ruangan pak Ringgo kan? Kok si bapak berubah yak? Mudaan gitu.. mata gw sliwer apa gimana..?" Riska menatapku heran, lalu cekikikan. "Sorry gw lupa bilang. Pak Ringgo sakit. Jadi anaknya yang gantiin hari ini. Pak Rangga namanya." Aku manggut-manggut. Lalu kembali mendorong pintu dengan perlahan. Cowok itu menekuni layar laptop didepannya. Aku berjalan mendekati meja. "Pagi Pak. Maaf ini berkas yang harus di tanda tangani." "Taruh aja disitu." Cowok itu menunjuk ke ujung meja setelah sekilas menatapku. Aku meletakkan file itu lalu berlalu dari sana. Aku baru pertama kali ini bertemu anak pak Ringgo sejak kerja disini. Aku kembali berkutat dengan pekerjaanku hingga tidak terasa tiba waktu makan siang. Biasanya aku membawa bekal, tapi pagi ini aku bangun kesiangan. Aku ngekos di dekat kantor, hanya satu kali naik kendaraan umum selama 15menit kalau jalanan lancar menuju kantor. Rumahku di Cikarang, terlalu jauh kalau setiap hari harus bolak balik kesana. Dirumah hanya ada Papa dan dua adikku. Mamaku meninggal waktu melahirkan adikku yang paling kecil 15 tahun lalu. Papa bekerja di salah satu Bank ternama di Jakarta cabang Cikarang, kondisi ekonomi kami terbilang cukup lumayan. Adikku yang kedua, Clement baru mulai kuliah. Sedangkan adikku yang paling kecil Chelsea baru masuk SMA. Aku pulang satu atau dua kali dalam sebulan. Kadang pekerjaan yang menumpuk dan macetnya perjalanan membuatku jarang pulang. Tapi komunikasi dengan keluarga tetap nomor satu. "Ta, makan apa nih? Laper.." Pingkan menyiapkan tasnya saat jam makan siang tiba. Seperti biasa kami pergi makan keluar kantor atau memesan makanan via ojol. Aku pun segera berdiri. Tapi tak lama si songong muncul. "Pingkan makan bareng yuk?". Si tengil sok kecakepan pasang senyum lebar. "Sama Cinta juga gapapa?" Aku sudah memasang wajah bete. Si songong itu menghela napas melihat ke arahku. Tapi tepukan dibahunya membut kami melihat ke arah cowok dibelakangnya. "Lo makan sama gw. Lupa ya lo?" "Sorry bro. Lupa gw". Aldrich cengar cengir melihat cowok itu. "Eh, ada pak Rangga. Oom kenapa Ga?" Pingkan menyapa cowok itu. "Biasa Ping, pinggangnya kumat. Kita mau lunch di resto gado-gado depan sana. Mau bareng?" "Mau" "Gak!" Aku dan si songong menjawab bersamaan. Kami berdua saling melirik sengit. Pingkan garuk-garuk kepala melihat kami. "Maaf ya Ga, ni anak berdua emang gitu." Rangga tersenyum. "Yuk..." "Tapi..." protes Aldrich terhenti saat cowok itu menarik kerah kemejanya. Aku dan Pingkan mengikuti mereka. Kami berdua duduk di belakang. Sedangkan kedua cowok didepan. Aku memperhatikan pak Rangga. Tadi Pingkan sedikit bercerita bahwa Rangga itu sepupunya. Rangga Pierro Halim, anak laki-laki kedua pak Ringgo. Aldrich dan Rangga sudah besahabat sejak SMA. Mereka bertiga seumur, tiga tahun diatasku. Aku sedikit heran, ada yang mau temenan ama si songong yang gak berenti nyerocos sepanjang perjalanan menuju tempat makan. Bikin hilang napsu makan orang aja. Kami berempat masuk kedalam restoran yang cukup ramai siang itu, maklum masih awal bulan. Banyak yang makan siang diluar. Aku dan Pingkan memesan makanan, kami share lauk dan nasinya. Rangga orang yang menyenangkan. Dan juga luar biasa tampan. Kebalikan sama si nganu didepanku ini. Aku kebanyakan diam, seringnya mendengarkan obrolan mereka. "Jadi lo berdua masi ikut genk motor itu?" Sahut Pingkan. "Eits, jangan sebut genk donk non.. Club motor. Kan bukan motor sembarangan" seringai Aldrich bangga. "Tapi Rangga jarang kumpul. Kalo weekend pacaran mulu". "Lah lo kagak punya pacar emang?" Reflek aku nyamber omongannya dan terkekeh. Cowok itu menatap sengit padaku. "Lah lo nyamber aja! Ini gw lagi pedekate sama Pingkan." "Dia ud punya tunangan bro..." Rangga tersenyum jahil pada temannya itu. "Yaaah... sia-sia donk gw deketin mulu" "Lo deketin Cinta aja. Masih free nooh..." sahut Pingkan. "Ogah!" "Amit-amit iiih.." Aku dan Aldrich menjawab bersamaan. Pingkan dan Rangga sama-sama tersenyum melihat kami berdua saling memicingkan mata. "Gw liat-liat mau pilih cewek. Gw ga mau cewek galak n judes kaya dia." Aldrich menyahut. "Dih, sapa juga yang mau sama lo? Sok kecakepan aja.." Aku tak mau kalah. "Lagian gw kalo pilih yg sesuai sama gw. Gak mungkin gw punya cewek yang bodynya kayak dia." Sahutnya lagi. Aku menggebrak meja. "Lo jangan ngomong sembarang ya. Body body gw, sapa lo? Jangan body shaming ya lo!" Aku sedikit tersinggung dengan ucapannya. "Gw gak nyinggung, gw cuma ngomong kenyataan. Terima aja lah kalo ada yang bilang lo gendut. Jangan menghindari kenyataan." Tanpa sadar tanganku melayang, mendarat tepat di pipi cowok itu. Semua mata di restoran itu memandang ke arah kami. Mata Aldrich melotot tak percaya padaku, begitu pun dengan Pingkan dan Rangga. "Dasar cowok b******k lo!" Aku langsung beranjak sampai lupa meminta maaf pada anak atasanku. Tapi ucapan cowok itu emang menyebalkan. Aku pulang sendiri ke kantor. Aku diam di pantry, memikirkan tindakanku tadi. Aku kesal, kenapa orang harus menilai sesuatu dari fisik? Aku melamun sampai tidak menyadari Pingkan berjalan menghampiriku. "Ta, masih marah? Udah... jangan di anggep ya omongan si Aldrich. Dia cuma bercanda." Pingkan mengelus pundakku. "Tapi candaan dia kali ini kelewatan Ping. Gw gak suka!" Tidak lama nongol batang hidung si pembuat dosa. Sebelum dia berkata-kata yang membuatku lebih marah aku segera melengos dari hadapannya. *_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*CUT*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook