bc

My Dog is a Crown Prince

book_age16+
1.3K
FOLLOW
31.9K
READ
time-travel
arrogant
goodgirl
prince
comedy
bxg
city
royal
office lady
like
intro-logo
Blurb

Alcander Cirrilo Soungga merupakan seorang putra mahkota dari sebuah kerajaan di abad ke-18. Hidupnya berubah total setelah terkena kutukan yang merubah dirinya menjadi seekor anjing.

Ketika dirinya terlempar ke masa depan dan dipertemukan dengan seorang wanita yang ceroboh, lugu, pemalas dan merepotkan bernama Aneila Anggun Ramania. Akan jadi seperti apakah kehidupan Alcander nantinya?

Ikuti kisah mereka, pangeran yang sombong namun perfeksionis bersama seorang wanita dari masa depan yang ceroboh dan polos.

chap-preview
Free preview
My Dog, 01
SOUNGGA KINGDOM, 1720  Seorang pria tengah merebahkan diri di atas tanah beralaskan rumput. Kedua matanya terpejam erat, menikmati semilir angin yang menerpa wajah tampannya. Di saat kesibukan nyaris menyita seluruh waktunya setiap hari, bersantai seperti sekarang ini menjadi pelipur lara baginya. Pria itu bukanlah orang biasa, melainkan seorang putra mahkota kerajaan yang kelak akan naik tahta untuk menggantikan sang raja. Pangeran Alcander Cirrilo Soungga, namanya. Pria dewasa yang tahun ini tepat menginjak usia 28 tahun. Sebagai seorang pangeran, dia terbilang memiliki sifat yang sombong. Sangat pemilih dalam hal bergaul, hanya orang-orang keturunan bangsawan yang dia izinkan berada di sekitarnya. Tak segan-segan memecat pelayan yang tak dia sukai. Hidupnya penuh dengan harta berlimpah yang sering dia gunakan untuk berfoya-foya, menunjukan kekuasaan yang dimilikinya sebagai pewaris tahta. Semua barang yang dia gunakan jelas berkualitas terbaik. Tak mungkin dia sudi mengenakan pakaian sederhana dan terlihat murah. Terlihat elegan, berkharisma dan gagah adalah moto hidupnya. Di samping sifatnya yang menyebalkan karena sifat sombong serta mulut pedasnya yang mengalahkan bon cabe level 30, dia memiliki paras tampan yang mampu membuat jantung para gadis berdebar cepat saat bertatap muka dengannya. Dia memiliki senyuman menawan yang mampu membuat para gadis menjerit histeris. Namun, dengan mudah kata-kata pedasnya sangat mampu membuat para gadis yang sempat terbang melayang langsung dihempaskan ke bawah dengan sekali hempasan. Dia sangat mampu mematahkan hati para gadis hanya dengan satu kata penolakan yang meluncur dari bibir seksinya. Jika ada yang mengira dia tipe pria yang senang tebar pesona ke sana kemari dan sering bergonta-ganti pasangan, maka perkiraan itu salah besar. Terlepas dari betapa beruntung hidupnya karena memiliki paras dan lekuk tubuh sempurna, serta status tinggi yang jelas tak mungkin bisa digapai sembarang orang, dia tipikal pria yang setia. Dia memiliki tunangan yang sangat dicintainya sepenuh hati. Aniq Azalia Queena, nama sang tunangan. Dia bukan seorang putri kerajaan, namun statusnya tetap terpandang karena darah biru mengalir dalam tubuhnya. Dengan kata lain dia adalah keturunan bangsawan.   Alcander tidak seorang diri menikmati indahnya pagi ini di taman belakang istana, dia tengah bersama sang pujaan hati. Menjadikan kedua paha tunangannya sebagai bantalan, Alcander tampak menikmati elusan lembut yang diberikan sang tunangan di kepalanya. “Alca.” Suara lembut nan merdu milik Aniq mengalun, mengundang kedua mata yang sejak tadi terpejam, kini terbuka sempurna. “Hm,” gumam Alcander, memberikan respon. “Sampai kapan hubungan kita seperti ini?” Alcander mengernyitkan dahi, fokus menatap wajah tunangannya yang tampak masam, berbanding terbalik dengan wajah Alcander yang secerah cuaca pagi ini. “Apa maksudmu?” tanyanya, meminta penjelasan. “Sudah hampir lima tahun kita berstatus sebagai tunangan, sampai kapan kita harus berstatus seperti ini?” Alcander mengulum senyum, mulai memahami arah pembicaraan lawan bicaranya. “Kau sudah tidak tahan ingin segera menjadi istriku?” tebaknya, dan siapa sangka Aniq tak memungkiri. Gadis itu mengangguk tanpa ragu, “Ya, aku ingin kita segera menikah,” sahutnya.  Alcander mengulurkan tangan kanan untuk menyentuh wajah cantik sang tunangan, menariknya agar menunduk semakin mendekat ke arahnya, lantas sebuah kecupan panjang dia berikan di bibir sang tunangan yang kini merona hebat. “Aku juga ingin segera menikah denganmu. Kau tahu sebesar apa cintaku, kan?” ucap Alcander, setelah ciuman mereka terlepas. “Aku tahu kau juga mencintaiku. Hanya saja kapan tepatnya kita akan menikah?” “Setelah aku naik tahta,” jawab Alcander tegas, memang seperti itulah peraturan kerajaannya, putra mahkota diizinkan menikah jika sudah naik tahta menjadi raja. Sang istri secara otomatis akan menduduki posisi ratu. Aniq mendesah lelah, “Itulah masalahnya. Kapan tepatnya kau naik tahta?” “Tentu saja setelah raja sekarang lengser dari tahta.” “Maksudmu setelah raja sekarang tiada baru kau akan naik tahta?” sela Aniq. “Seorang raja lengser karena dua alasan. Dia gagal menjalankan tugasnya atau dia tiada. Raja yang sekarang sangat dicintai rakyat karena dianggap sebagai raja adil dan bijaksana. Artinya dia sukses menjalankan tugasnya sebagai raja. Jadi, satu-satunya alasan dia lengser dari tahta jika dia tiada, bukan?” Alcander tertegun, tiba-tiba lidahnya terasa kelu sekadar untuk menyahut. “Dengan kata lain kita baru menikah setelah raja tiada dan kau naik tahta, harus menunggu sampai kapan? Sampai usia kita setengah abad?!” Alcander tersentak mendengar ucapan Aniq sekaligus karena nada suaranya yang sedikit meninggi. “Kita seumuran, Alca. Bagimu mungkin tidak masalah walau harus menikah di usia 50 tahun. Tapi aku? Aku seorang wanita. Menikah di usia itu terlalu tua bagiku. Bahkan di usiaku yang sekarang juga bisa terbilang sudah sangat terlambat untuk menikah. Usia produktif untukku menikah sebagai seorang wanita sudah terlewati.” Aniq meneteskan air mata setelah mengatakan ini, membuat Alcander refleks bangun dari posisi berbaringnya. “Jangan menangis. Aku mohon jangan menangis,” pintanya, sambil mendekap tubuh Aniq yang bergetar dalam pelukan hangatnya. “Kau tidak akan memahami bagaimana perasaanku sekarang. Aku malu, Alca. Saudara-saudaraku semuanya sudah menikah, adikku bahkan mendahuluiku menikah. Apakah menjadi tunangan seorang putra mahkota adalah kesialan untukku?” “Sssttt, jangan bicara begitu,” bujuk Alcander, seraya mengusap-usap kepala tunangannya. “Tapi ini kenyataannya. Andai saja kau bukan seorang putra mahkota, mungkin kita sudah menikah sejak dulu.” Alcander menghela napas panjang, “Aku juga heran kenapa Ayahanda membuat peraturan seperti ini untuk putra mahkota. Jika kelak aku menjadi raja, aku akan mengganti peraturan yang satu itu.”  Aniq mengangkat kepalanya, melepaskan diri dari pelukan Alcander. “Jadi, tidak masalah bagimu sekarang kita tidak bisa menikah sampai kau naik tahta?” “Mau bagaimana lagi, begitulah peraturannya. Mau tidak mau kita harus menerimanya.” Aniq menggelengkan kepala, tampak kecewa. “Kau tidak peduli padaku ternyata.” “Kenapa kau mengatakan itu? Tentu saja aku peduli padamu.” “Jelas-jelas aku sudah menceritakan alasan ingin segera menikah tapi kau tak melakukan apa pun. Curahan hatiku seperti angin yang masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri bagimu, kan?” Alcander membulatkan mata, sebenarnya dia sendiri kesal dengan peraturan konyol ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia memang tak bisa melakukan apa pun untuk menentangnya. Peraturan itu dibuat oleh ayahnya yang tidak lain merupakan raja yang mendirikan kerajaan ini. “Jangan bicara begitu, Aniq. Tentu aku mengerti perasaanmu.” “Lantas, kenapa kau tidak melakukan tindakan apa pun?” “Memangnya aku harus bagaimana? Menentang peraturan istana sama saja mencoreng nama baikku. Aku bisa kehilangan posisiku karenanya.” “Oh begitu, bagimu posisimu lebih penting dibanding aku? Apakah kau juga lebih takut kehilangan posisimu dibanding kehilangan aku?” Alcander tersentak hebat, ancaman Aniq ini cukup membuatnya takut. “Jika kau tetap berdiam diri, aku memilih mundur saja. Walau aku mencintaimu, aku tak sanggup jika harus menunggu menikah denganmu sampai raja tiada. Kita tidak tahu kapan dia akan terus hidup dan menduduki tahta raja, tak menutup kemungkinan aku baru akan menikah denganmu setelah menjadi nenek-nenek. Aku tidak mau hidupku menyedihkan seperti itu,” ucap Aniq, menggebu-gebu. “Aku ingin hidup seperti wanita normal lainnya. Menikah muda, memiliki banyak keturunan.” “Raja yang sekarang sudah lanjut usia. Tidak mungkin kita dibuat menunggu selama yang kau pikirkan, Aniq,” sahut Alcander, menganggap pemikiran Aniq terlalu berlebihan. “Usia Yang Mulia Raja sekarang sudah mencapai 70 tahunan.” “Memangnya kau yakin hidupnya tidak lama lagi? Tidak ada yang tahu usia manusia. Bisa jadi dia berumur panjang, hidup sampai seratus tahun. Apalagi aku dengar Raja sekarang seorang penyihir, dengan kekuatannya bisa saja dia membuat umurnya sangat panjang.” Alcander lagi-lagi tersentak mendengar perkataan Aniq. “Yang Mulia Raja seorang penyihir?” gumamnya. Tertawa lantang setelahnya. “Kau juga mempercayai rumor bohong itu?” “Coba kau pikirkan. Raja sekarang adalah sahabat ayahmu. Setelah ayahmu tiada karena sakit, dia tiba-tiba menjadi raja. Apa kau tidak merasa ini aneh?” Alcander menghentikan tawa, raut wajahnya berubah serius. “Aneh bagaimana maksudmu? Dia menjadi raja karena itulah permintaan Ayahanda dalam surat wasiatnya.” Aniq berdecak jengkel, “Itulah keanehannya. Ayahmu memiliki dua putra. Kau dan adikmu. Seharusnya salah satu dari kalian yang dia angkat sebagai raja. Tapi kenapa di surat wasiat yang dia buat sebelum meninggal, dia justru menunjuk sahabatnya untuk menggantikannya. Tidakkah kau berpikir bisa saja raja sekarang menggunakan kekuatan sihirnya untuk mempengaruhi pikiran ayahmu agar membuat surat wasiat itu?” ucap Aniq, menyuarakan pemikirannya. “Hal aneh lainnya, raja sekarang sudah berusia 70 tahun, tapi lihat penampilan fisiknya. Dia terlihat seperti baru berusia 50 tahunan.” Alcander terdiam, mulai menimbang-nimbang ucapan Aniq. “Selain itu, kerajaan kita selalu menang dalam peperangan. Padahal kerajaan yang berperang dengan kita lebih besar dan kuat. Persenjataan mereka lebih lengkap, jumlah pasukan pun lebih banyak. Anehnya kerajaan kita yang lebih lemah dari mereka selalu memenangkan peperangan dengan mudah. Korban yang jatuh dari pihak pasukan kita bisa dihitung dengan jari. Bukankah ini tidak wajar dalam sebuah peperangan besar?” Aniq dengan menggebu-gebu masih mengutarakan semua pemikirannya tentang sang raja. “Masuk akal jika kemenangan ini bisa diraih karena raja menggunakan kekuatan sihirnya. Bukankah selama ini raja selalu ikut turun tangan dalam setiap peperangan?” Alcander semakin tertegun, kini mulai menyadari ucapan Aniq memang tak ada yang salah. “Dia seorang penyihir, tidak salah lagi. Terlebih dia dulu sahabat mendiang ayahmu, mereka sangat dekat. Semua hal didiskusikan berdua. Mungkin saja dia mempengaruhi ayahmu membuat peraturan konyol untuk putra mahkota karena dia berniat menjadi raja selamanya.” Aniq menghela napas panjang, “Menurutku, raja yang sekarang tidak berniat sedikit pun menyerahkan tahtanya pada putra mahkota. Kau tidak akan pernah menjadi raja yang mana artinya kita tidak akan pernah bisa menikah.”  Alcander refleks berdiri dari duduknya, wajahnya memerah menahan emosi. Aniq ikut berdiri. “Ayahku seorang perdana menteri, dia orang kepercayaan raja. Ayah pernah cerita padaku, saat bersamanya raja sering memuji adikmu. Berkali-kali menyebut Pangeran Danish Nakhla Soungga lebih baik dibanding putra mahkota.” Kedua tangan Alcander terkepal erat. “Ayahku curiga raja berniat mengganti putra mahkota dengan adikmu.” “Kurang ajar!” bentak Alcander, “Aku anak pertama. Tentu saja aku yang pantas menjadi putra mahkota. Tidak seorang pun yang bisa melengserkanku. Kelak aku yang harus menjadi raja.” Aniq mengangguk, menyetujui, “Sayangnya sebagai raja, dia bisa melakukan apa pun. Tentu saja termasuk mengganti posisi putra mahkota.” Alcander mendelik tajam, giginya saling bergemeretak. “Aku minta maaf karena memberitahumu hal ini, aku tahu kau pasti marah mendengarnya. Tapi sebagai tunanganmu, aku merasa harus memberitahumu.” “Jika benar dia berniat mengganti posisiku sebagai putra mahkota dengan Danish. Aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus melakukan sesuatu, tapi apa? Apa yang harus kulakukan untuk menghentikan niat raja?” “Aku memiliki sebuah cara.” Alcander yang sedang memijit pelipisnya itu seketika menoleh pada sang tunangan. “Cara apa?” tanyanya. “ Membunuh raja.” Alcander terbelalak sempurna. Sejujurnya dia tak berpikir sampai sejauh itu.  Aniq mengeluarkan sebuah botol kecil dari saku pada gaun yang dia kenakan. “Ini racun mematikan yang akan membunuh manusia dalam hitungan detik. Campurkan racun ini pada makanan atau minuman raja. Maka raja akan tewas dan kau pun akan naik tahta. Dengan begitu, kita bisa menikah.” “Membunuh raja?” gumam Alcander. Aniq mengangguk. “Tidak. Aku tidak memikirkan sampai sejauh itu.” “Apa yang kau takutkan? Lagi pula dia itu bukan ayahmu. Bukan pula keluargamu. Dia hanya sahabat ayahmu yang licik sehingga menggunakan kekuatan sihirnya untuk mempengaruhi pikiran ayahmu.”  Aniq menyentuh lengan tunangannya yang masih terlihat ragu dengan rencananya ini. “Alca, dia berniat mengganti putra mahkota dengan adikmu. Sejak awal dia tak mendukungmu sebagai putra mahkota. Kau mau kehilangan posisimu?” “Tidak,” jawab Alcander tegas. “Hanya aku yang berhak menjadi pewaris tahta.” “Itulah maksudku. Karena itu kau harus membunuhnya sebelum dia melengserkanmu.” Kedua mata Alcander tampak bergulir gelisah. Dia masih ragu. “Bagaimana caranya aku mencampurkan racun itu pada makanan atau minumannya? Jika rencana ini diketahui orang lain, aku bisa dihukum mati karena berusaha membunuh seorang raja.” Aniq menyentuh kedua bahu Alcander kali ini, menarik atensi pria itu agar fokus padanya. “Menyelinaplah ke kamarnya. Jangan siang hari karena pintu kamarnya selalu dijaga ketat. Lakukan saat malam hari. Aku dengar raja tidak suka ada yang berjaga di depan kamarnya saat malam hari, bukan?” Alcander mengangguk, memang seperti itulah kebiasaan raja yang dia tahu. “Malam hari saat raja tertidur, menyelinaplah ke kamarnya. Kau harus melakukannya sendiri agar tidak ada orang lain yang tahu. Lalu campurkan racun itu pada minumannya. Besok pagi, ketika dia bangun dan meminum air, dia akan tewas seketika. Tidak akan ada yang mencurigaimu sebagai pelaku, melainkan pelayan yang membawakan minuman itu yang akan dituduh sebagai pelakunya.” Alcander memalingkan wajah. Entahlah, dia masih belum yakin dengan rencana yang disusun sang tunangan. “Jangan khawatir, aku akan membantumu agar tak dicurigai. Saat penyelidikan kematian raja dilakukan, aku akan memberi pengakuan bahwa semalaman kau sedang bersamaku. Bagaimana? Bukankah rencana ini sangat sempurna?”  Keraguan yang sempat menggelayut dalam benak Alcander, lenyap seketika. Dia menyeringai yakin. Benar yang dikatakan Aniq, jika ingin menjadi raja dan menikahi wanita yang dia cintai ini, dia harus secepatnya melakukan tindakan. Dan membunuh raja adalah satu-satunya tindakan yang paling tepat untuk dilakukan. “Baiklah. Akan kulakukan malam ini.” Alcander menerima botol kecil berisi racun mematikan yang diberikan Aniq. Aniq tersenyum lebar, wajahnya berbinar senang karena berhasil membujuk Alcander. Kemudian dia menghamburkan diri dalam pelukan pria itu. “Terima kasih, Alca. Aku senang sekali. Dengan ini kita bisa secepatnya menikah,” katanya. “Aku sangat mencintaimu. Aku sudah tidak sabar ingin menjadi istrimu.” “Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu dengan sepenuh hatiku,” sahut Alcander. Dan sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara itu kembali menempelkan bibir masing-masing. Berciuman sangat dalam dan saling memagut penuh gairah.  ***  Sosok pria mengenakan pakaian serba hitam dilengkapi penutup kepala dan kain hitam yang menutupi setengah wajah itu adalah Alcander. Seperti yang dia katakan tadi pagi pada tunangannya, dia benar-benar akan membunuh raja malam ini. Tak sulit baginya untuk melakukan penyusupan di dalam istana yang menjadi tempatnya lahir dan tumbuh. Dia sudah hafal seluk beluk bangunan mewah tersebut.  Ketika dirinya tiba di depan kamar sang raja yang tak dijaga oleh satu pun prajurit. Dia membuka daun pintu dengan sepelan mungkin agar tak menimbulkan suara sekecil apa pun. Saat ini waktu menunjukan tengah malam, sang raja dan semua penghuni istana tentunya sedang terlelap dalam tidurnya. Begitu pintu itu sedikit terbuka sehingga menciptakan celah kecil, Alcander mengintip ke dalam melalui celah tersebut. Mengembuskan napas lega karena sang raja tampak sedang tertidur pulas di ranjangnya. Dengan mengendap-endap dan penuh kehati-hatian, Alcander melangkah masuk. Dia berjalan perlahan layaknya maling, mendekati meja kecil di samping tempat tidur sang raja. Di atas meja itu sebuah guci kecil berisi air minum diletakan. Alcander mengeluarkan botol kecil berisi racun pemberian Aniq. Dia melihat sekali lagi ke arah sang raja yang masih tertidur pulas sebelum membuka tutup botol tersebut. Dia pun menuangkan racun berbentuk cairan itu ke dalam guci tanpa ragu.  “Apa yang kau campurkan pada minumanku, Putra Mahkota?” Alcander tersentak kaget hingga botol di tangannya jatuh ke karpet yang melapisi lantai. Botol itu menggelinding dan berhenti tepat di dekat kaki sang raja yang sudah berdiri di dekat Alcander yang panik luar biasa. Padahal Alcander yakin sang raja sedang tertidur pulas tadi, kenapa tiba-tiba bisa berdiri di dekatnya? Kini dia yakin pria tua yang menduduki tahta raja ini bukan pria sembarangan. Terlebih pria tua itu mengenali dirinya meski dia sudah menutupi sebagian wajahnya dengan kain hitam. Sang raja mengambil botol di dekat kakinya, mengendus aromanya dengan kepala menggeleng seolah tak percaya. “Kau ingin membunuhku dengan racun ini?” tanyanya. Alcander meneguk ludah, tak tahu harus menjawab apa sekarang. Rencananya telah gagal. “A-Aku ....” “Alca, aku memang bukan ayahmu. Tapi, aku sudah berjanji pada mendiang ayahmu untuk menjaga kerajaan ini berserta kedua anaknya. Terutama kau sebagai pewaris tahta,” sela sang raja. “Aku sudah menduga hal seperti ini akan terjadi. Ambisi, keserakahan, dan kesombongan terpancar jelas di wajahmu. Kau tahu pangeran, sifatmu ini sangat tidak mendukung untuk menjadikanmu seorang raja.” “Karena itu kau ingin mengganti posisiku sebagai putra mahkota dengan Danish?!” bentak Alcander. Kini dia tak ragu lagi, ucapan Aniq memang benar adanya. “Kau begitu mudah terpengaruh. Masih ada banyak hal yang harus kau pelajari dalam hidupmu.” “Tutup mulutmu!” Alcander kembali membentak. “Kau bukan ayahku. Kau tidak pantas menduduki tahta raja. Yang seharusnya menjadi raja itu aku, bukan kau atau Danish. Hanya aku yang berhak dan pantas menduduki tahta.” Sang raja menggelengkan kepala, “Sejujurnya kau memang tidak pantas menjadi putra mahkota.”  Alcander murka tiada tara, jika sudah seperti ini keadaannya tak ada pilihan selain terus maju. Jika dia mundur maka kehancuran yang akan dia terima. Selain kemungkinan besar dia akan kehilangan kedudukannya sebagai putra mahkota, dia pun akan kehilangan Aniq serta kebebasannya. Mungkin kehilangan nyawanya juga karena tak menutup kemungkinan dia akan dihukum mati setelah kejahatannya terbongkar, terlebih sang raja sendiri yang memergokinya.  Dengan nekat Alcander menarik pedang miliknya yang tergantung di pinggang, tadinya dia membawa pedang itu untuk berjaga-jaga jika ada prajurit istana yang memergoki penyusupannya. Sekarang, dia merasa beruntung membawa pedang itu karena bisa digunakan untuk membunuh sang raja. Alcander berniat menghunuskan pedangnya ke tubuh sang raja. Namun, belum sempat pedang itu menyentuh tubuh raja, keanehan tiba-tiba terjadi. Tubuh Alcander tiba-tiba tak bisa bergerak, diam bagaikan patung tak bernyawa. Sang raja membacakan sebuah mantra, membuat tubuh Alcander diselimuti cahaya keemasan. Beberapa detik kemudian, tubuh Alcander berubah bentuk. Dia yang memiliki tubuh atletis nan kekar serta paras tampan itu kini berubah menjadi seekor anjing lucu berwarna putih. Tubuhnya kecil dan menggemaskan.  Guk ... Guk Hanya suara itu yang terdengar dari mulut Alcander yang berubah menjadi anjing. “Apa yang kau lakukan padaku?” tanya Alcander, yang sayangnya hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Kini orang lain tak ada yang mengerti bahasanya. “Ternyata benar kau seorang penyihir.” “Pangeran, masih ada banyak hal yang perlu kau pelajari di dunia ini. Tentang arti kerja keras, kebaikan dan ketulusan. Kelak kau akan mengerti alasanku melakukan ini padamu,” ucap sang raja. “Setelah kau memahami arti kehidupan yang sesungguhnya dan menyadari semua kesalahanmu selama ini, kutukan ini akan berakhir dan kau akan kembali ke wujud asalmu.” Sang raja kembali membacakan mantra, tiba-tiba sebuah lubang muncul di dinding. Portal berwarna hitam yang terus berputar searah jarum jam dan menarik tubuh sang anjing masuk ke dalamnya. “Kau akan bertemu dengan seseorang yang akan mengajarkan arti kebaikan dan ketulusan padamu. Nikmatilah petualanganmu di dimensi lain, Pangeran.” Ucapan terakhir sang raja sebelum sosok anjing yang tidak lain adalah Alcander yang terkena kutukan, kini hilang karena tertarik pintu portal menuju masa depan.  Tubuh anjing itu mendarat di sebuah jalan raya dimana berbagai kendaraan sedang berseliweran. Alcander panik luar biasa, dia kebingungan karena di zamannya tak ada kendaraan-kendaraan mewah seperti ini. Terlalu panik, tanpa sadar dia berlari ke arah salah satu mobil yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi, tubuh anjing malang itu terserempet dan terpental cukup jauh, kakinya terluka. Alcander yang malang terbaring lemas di tengah jalan raya dengan luka di kaki yang terus mengeluarkan darah segar. Orang-orang yang berlalu-lalang di pinggir jalan memperhatikan seekor anjing kecil berwarna putih yang tergeletak di jalan raya dengan luka di kakinya yang mengeluarkan darah. Namun, tak ada satu orang pun yang berniat menolongnya. Alcander nyaris tak kuasa mempertahankan kesadarannya karena rasa sakit luar biasa pada kakinya. Pandangannya mulai berkunang-kunang dan indera pendengarannya yang berubah menjadi sangat tajam setelah menjadi anjing itu terasa berdengung karena mendengar suara banyak mobil yang berlalu-lalang di jalan raya. Alcander mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan, di detik-detik kesadarannya yang mulai meredup, dia melihat seorang gadis berlari ke arahnya, membawa dan mendekapnya dalam pelukan hangat. Alcander tak tahu bahwa itulah pertemuan pertamanya dengan seseorang yang dimaksud sang raja. Seseorang yang akan mengajarkan banyak hal padanya juga merubah hidupnya yang tenang menjadi merepotkan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hubungan Terlarang

read
501.0K
bc

I Love You Dad

read
282.8K
bc

Papah Mertua

read
530.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook